Definisi
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Tirotoksikosis ialah manifestasi kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi.
Epidemiologi
Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 diperkirakan 200 juta,
12 juta diantaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroidisme yang didapat dari
beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan
penyakit kelenjar gondok. Insiden keseluruhan hipertiroidisme di Amerika Serikat diperkirakan
antara 0,5% dan 1,3% dengan sebagian besar berupa keadaan subklinis. Sebuah studi
berdasarkan populasi di Inggris dan Irlandia menemukan insiden sebesar 0,9 kasus per 100,000
anak berusia lebih muda dari 15 tahun, ini menunjukkan bahwa insiden penyakit meningkat
dengan
usia.
Prevalensi
hipertiroidisme
kira-kira
5-10 kali
lebih
rendah
daripada
hipotiroidisme.1,3
Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid sangat bervariasi.
Perbandingan wanita dan laki-laki pada RSUP Palembang adalah 3,1:1, di RSCM Jakarta 6:1, di
RS Soetomo 8:1 dan di RSHS Bandung 10:1. Sedangkan distribusi menurut umur di RSUP
Palembang yang terbanyak adalah pada usia 21-30 tahun (41,73%) tetapi menurut beberapa
penulis lain puncaknya antara usia 30-40 tahun.1
Etiologi
Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:
Penyakit Graves
Penyakit Graves
Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari kelenjar
tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi
ini, kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan
kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitari via TSH.
Penyakit Graves adalah diturunkan/diwariskan dan adalah sampai lima kali lebih umum
diantara wanita-wanita daripada pria-pria. Penyakit Graves diperkirakan adalah suatu
penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang adalah karakteristik-karakteristik dari
penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi-antibodi ini termasuk thyroid
stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase antibodies (TPO), dan
antibodi-antibodi reseptor TSH.
Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave termasuk:
stres
merokok
obat-obatan dan
yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap
tingkat-tingkat TSI yang meningkat.
Penyakit
Grave'
mungkin
berhubungan
dengan
penyakit
mata
(Graves'
Klasifikasi
Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan.
Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan
goiter nodular toksik. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu
tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter
akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang
berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila
panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat,
palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal
oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lig lag,
dan kegagalan konvergensi. Goiter nodular toksik, lebih sering ditemukan pada pasien lanjut usia
sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves
(Schteingart, 2006).
Meningkat
Meningkat
Menurun
Meningkat
Beragam
Menurun
Tirotoksikosis factitia
Menurun
BENTUK JARANG
Tumor Pituitari penghasil hormon tiroid
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Manifestasi Klinis
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretoris kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal.
Bahkan, akibat proses metabolisme yang keluar jalur ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai
akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang
takikardi, atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Exopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokular, akibatnya bola mata terdesak keluar.6-9
Pada kebanyakan penderita tetapi biasanya ringan. Melemahnya kelopak mata atas
sehingga mata tampak menurun, menggangguk onvergensi dan retraksi kelopak mata atas serta
mungkin akan jarang berkedip. Kulit halus dan memerah dengan keringat berlebihan. Kelemahan
otot adalah tidak lazim tetapi dapat cukup berat sehingga mengakibatkan jatuh. Takikardia,
palpitasi, dispnea, dan insufisiensi serta pembesaran jantung menyebabkan ketidaknyamanan
tatapi jarang membahayakan kehidupan penderita. Fibrillasi atrium merupakan komplikasi yang
jarang. Regurgitasi mitral mungkin akibat dari disfungsi otot papillaris, merupakan penyebab
bising sistolik apeks yang ada pada beberapa penderita. Tekanan darah sistolik dan tekanan nadi
meningkat. Banyak temuan pada penyakit Graves akibat dari hiperaktivitas sistem syaraf
simpatis.9-11
Diagnosis Hipertiroid
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
gemetaran-gemetaran,
keringat berlebihan,
rambut halus,
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karekteristik
disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih
lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang
yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata. Pada semua kasus-kasus, suatu tes darah
diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosisnya.
Untuk menilai fungsi tiroid dilakukan pemeriksaan :
TSH serum (biasanya menurun)
T3,T4 (biasanya meningkat)
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan biasanya
meningkat dengan hipertiroid. Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi hipertiroid adalah
pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH dikeluakan oleh kelenjar
pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan hadir, TSH diatur untuk turun dan
tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Jadi,
pengukuran TSH harus berakibat pada tingkat-tingkat yang rendah atau tidak terdeteksi pada
kasus-kasus hipertiroid. Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang
berlebihan disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan TSH, maka tingkat-tingkat
TSH akan menjadi tingginya tidak normal. Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai "hipertiroid
sekunder".
Meskipun tes-tes darah yang disebutkan sebelumnya dapat mengkonfirmasi kehadiran dari
hormon tiroid yang berlebihan, mereka tidak menunjuk pada suatu penyebab spesifik. Jika ada
kelibatan yang jelas dari mata-mata, suatu diagnosis dari penyakit Graves adalah hampir pasti.
Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk penyakit Graves) dan suatu thyroid scan
menggunakan yodium yang dilabel radioaktif (yang berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat
Nila
Dyspneu on effort
Palpitasi
Capai/lelah
Suka udara panas
Suka udara dingin
Banyak keringat
Gelisah
Nafsu makan meningkat
Nafsu makan menurun
Berat badan meningkat
Berat badan menurun
i
+1
+2
+2
-5
+5
+3
+2
+3
-3
-3
+3
Obyektif
Ada
<10
10-20
: Mungkin hipertiroid
> 20
: Hipertiroid
: Eutiroid
Tidak
Ada
-3
-2
0
0
0
-2
-2
-1
0
0
0
0
0
Penatalaksanaan
Sasaran terapi hipertiroidisme adalah 4: (1) menghambat sintesis hormon tiroid, (2)
menghambat sekresi hormon tiroid, (3) menekan konversi T4 menjadi T3 di perifer, dan (4)
mengurangi massa kelenjar tiroid. Saat ini pilihan terapi: (1) obat antitiroid, (2) iodin radioaktif,
(3) pembedahan.
Pengobatan yang ideal untuk penyakit Graves bertujuan untuk menangani respon autoimun
pada kelenjar tiroid dan orbita, namun belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
respon autoimun tersebut, sehingga tidak memungkinkan untuk menormalkan fungsi kelenjar
tiroid dan menghilangkan oftalmopati.5
Obat Antitiroid
Tujuan pemberian obat antitiroid adalah11: (1) sebagai terapi yang berusaha memperpanjang
remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada penderita muda dengan struma ringan
sampai sedang dan tirotoksikosis, (2) sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan atau sesudah pengobatan pada penderita yang mendapat yodium radioaktif, (3)
sebagai persiapan untuk tiroidektomi, (4) untuk pengobatan penderita hamil dan lanjut umur, dan
(5) penderita dengan krisis tiroid.
Obat antitiroid yang sering digunakan untuk menangani penyakit Graves adalah golongan
thionamide yang bekerja dengan menghambat oksidasi dan pengikatan iodida sehingga
mengakibatkan defisiensi iodin intratiroid. Propylthiouracil (PTU) dapat menekan konversi T4
menjadi T3 pada jaringan perifer.16 Berikut obat golongan thionamide yang digunakan untuk
terapi penyakit Graves 9,13:
1. Methimazole
Merupakan obat pilihan kecuali pada krisis tiroid dan pengobatan pada wanita hamil.
Waktu paruh lebih lama dibandingkan PTU, maka dari itu obat ini dapat diberikan dua
kali sehari.
Memiliki hubungan yang lemah dengan aplasia kutis pada neonatal setelah terjadi
paparan in utero.
Dosis dewasa: dosis awal 10-15 mg per oral dua kali sehari kemudian dilakukan titrasi
cepat sampai setengah dosis awal setelah tercapai keadaan eutiroid.
Dosis anak-anak: dosis awal 15-20 mg/m2/hari per oral dibagi dalam dua kali pemberian
per hari kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif terendah untuk
mempertahankan keadaan eutiroid.
Monitor dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, dan tes fungsi hati.
Juga perlu dilakukan tes fungsi tiroid agar dapat dilakukan penyesuaian dosis.
Efek samping berupa terjadinya rash pada kulit, artritis, artralgia, kolestatik jaundice,
neutropenia, dan agranulositosis.
2. Propylthiouracil (PTU)
Merupakan obat pilihan pada keadaan krisis tiroid karena dapat menghambat konversi
perifer T4 menjadi T3, serta pada laktasi dan kehamilan karena tidak melewati plasenta.
Tidak dihubungkan dengan aplasia kutis pada fetus.
Dosis dewasa: dosis awal 100-150 mg per oral tiga kali sehari kemudian dilakukan titrasi
sampai tercapai dosis efektif terendah untuk mempertahankan keadaan eutiroid.
Dosis anak-anak: dosis awal 5-7 mg/kgBB/hari per oral dibagi menjadi tiga kali
pemberian kemudian dilakukan titrasi sampai tercapai dosis efektif terendah untuk
mempertahankan keadaan eutiroid.
Kontraindikasi pada hipersensitivitas, neutropeni, dan penyakit hati
Interaksi: mempunyai aktivitas antivitamin K sehingga dapat meningkatkan aktivitas
antikoagulan oral.
Monitor dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, dan tes fungsi hati.
Juga perlu dilakukan tes fungsi tiroid agar dapat dilakukan penyesuaian dosis.
Efek samping: terjadinya rash pada kulit, artritis, artralgia, hepatitis, neutropenia, dan
agranulositosis.
Untuk pemantauan pemberian obat pada penderita rawat jalan, perlu dilakukan
pemeriksaan tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan pemeriksaan darah lengkap dalam interval
waktu tiap 6 minggu sampai 3 bulan. Juga perlu dicari apakah ada efek samping obat yang
potensial dapat timbul dengan mencari riwayat penyakit sebelumnya. Perbaikan klinis tergantung
pada jumlah hormon tiroid yang tersimpan dalam kelenjar dan kecepatan sekresi kelenjar.
Perbaikan ini biasanya terjadi dalam 3 minggu dan eutiroidisme dapat tercapai dalam 6-8
minggu.9,11 Algoritma terapi obat antitiroid pada penyakit Graves dapat dilihat pada gambar 2.
131
oral. Dosis ini dapat mengendalikan tirotoksikosis dalam 3 bulan, namun kira-kira sepertiga dari
penderita akan menjadi hipotiroid dalam tahun pertama. Efek samping lain yang mungkin timbul
adalah eksaserbasi hipertiroidisme dan tiroiditis.11
Terapi Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dipilih apabila: (1) gondok sangat besar dengan/atau tanpa
tirotoksikosis yang berat; (2) menunjukkan gejala penekanan, terutama gondok retrosternal; (3)
tidak berhasil dengan obat antitiroid; (4) penderita tidak kooperatif meminum obat antitiroid; (5)
ada reaksi dengan obat antitiroid; (6) karena keadaan geografi dan sosial ekonomi tidak
memungkinkan dipantau secara teratur oleh dokter; (7) gondok nodular toksik terutama pada
penderita muda.4,11
Subtotal tiroidektomi apabila terdapat multinodular goiter atau ukuran kelenjar yang besar.
Pada subtotal tiroidektomi, jika terlalu banyak jaringan tiroid yang ditinggalkan maka akan
terjadi relaps. Biasanya ahli bedah meninggalkan 2-3 g jaringan tiroid pada leher kanan dan kiri. 1
Penyebab lain terjadinya kekambuhan adalah iodine uptake dan aktivitas imunologi penderita.9
Tiroidektomi total dilakukan apabila terdapat progresifitas yang cepat dari oftalmopati.1
Sebelum operasi penderita disiapkan dengan pemberian obat antitiroid sampai tercapai
keadaan eutiroid (kurang lebih selama 6 minggu).1 Biasanya penderita diberi cairan kalium
iodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-15 tetes per hari selama 10 hari sebelum dioperasi
untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.11
Pengobatan Tambahan
Obat-obat lain yang biasa digunakan sebagai obat tambahan adalah 11:
Penyekat beta-adrenergik. Dengan pemberian obat ini diharapkan gejala seperti palpitasi,
tremor, berkeringat banyak, serta gelisah akan dapat berkurang. Obat ini juga dapat
menurunkan kadar T3 dalam serum. Dosis yang dianjurkan sebesar 40-200 mg/hari yang
dibagi atas 4 dosis.
Yodium. Terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan dengan yodium
radioaktif dan pada krisis tiroid. Dosisnya adalah 100-300 mg/hari.
Ipodate. Bekerja dengan menurunkan konversi T4 menjadi T3 di perifer, mengurangi sintesis
hormon tiroid dan mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid.
Komplikasi Hipertiroid
Efek samping yang biasanya dialami pasien dengan terapi obat anti-tiroid adalah kemerahan,
utrikaria, demam dan atralgia. Hal ini dapat membaik secara spontan atau dengan menggantikan
obat alternatif anti-tiroid yang lain. Propanolol dengan dosis 20-40mg tiap 6jam atau penghamat
beta yang lebih panjang waktu kerjanya seperti atenolol dapat membantu dalam menagontrol
efek adrenergic terutamanya pada tahap awal pemberian obat anti-tiroid (sebelum anti-tiroid
dapat memberikan efek yang optimal). Pemberian obat anti-koagulasi harus dipikirkan pada
pasien dengan atrial fibrilasi. Jika digoxin akan digunakan sebagai regimen yang dipilih,
peningkatan dosis harus dilakukan pada kondisi tirotoksikosis (Harrison, 2004). Terapi pada
pasien ini meliputi pemberian PTU 400 mg dalam jangka waktu tiap 8 jam dan propanolol 10 mg
tiap 6 jam.
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tiroid (thyroid
storm) yang merupakan komplikasi serius, dengan angka kematian 20-60 %. Hal ini dapat
berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan
kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis
Krisis tiroid adalah tirotolsikosis yang amat membahayakan, meskipun jarang terjadi. Hampir
semua kasus diawali oleh faktor pencetus. Pada kasus ini dijumpai acute lung infection dengan
bayangan radiopak di basal paru dan diduga terjadi pneumania. Tidak satu indikator biokimiawi
pun mampu meramalkan terjadinya krisis tiroid, sehingga tindakan kita didasarkan pada
kecurigaan atas tanda-tanda krisis tiroid membakat, dengan kelainan yang khas maupun yang
tidak khas. Karena mortalitas amat tinggi, kecurigaan krisis saja cukup menjadi dasar
mengadakan tindakan agresif. Hingga kini patogenesisnya belum jelas : free -hormon meningkat,
naiknya free-hormon mendadak, efek T3 pascatranskripsi, meningkatnya kepekaan sel sasaran
dan sebagainya. Faktor resiko krisistiroid: surgical krisis (persiapan operasi yang kurang baik,
belum eutiroid), medicalkrisis (stres apapun, fisik serta psikologik, infeksi dan sebagainya).
Kecurigaan akan terjadi krisis apabila terdapat triad yaitu menghebatnya tanda tiroksitosis,
kesadaran menurun, dan hipertermia. Apabila terdapat triad maka kita dapat meneruskan dengan
menggunakan skor indeks klinis tiroid dari Burch-Wartosky. Skor menekankan 3 gejala pokok
yaitu hipertermia, takikardia dan disfungsi susunan saraf. Pada keadaan ini dijumpai acute lung
infection dengan bayangan radiopak di basal paru. Pada kasus toksikosis pilih angka tertinggi,
>45 highly seggestive, 25-44suggestive of impeding storm, dibawah 25 kemungkinan kecil.
Criteria diagnosis untuk krisis tiroid (Burch-Wartofsky, 1993)
Disfungsi
Suhu oF 99-99.9
kardiovaskular
Takikardi 99-109
110-119
100-100.9
101-101.9
5
120-129
102-102.9
103-103.9
>104
Efek pada SSP
Tidak ada
Ringan (agitasi)
Sedang (delirium, psikosis,
130-139
>140
5
3
0
0
1
0
Gagal jantung
Tidak ada
Ringan (edema
kaki)
Sedang (ronki
basal)
5
0
5
1
0
Berat (edema
letargi berat)
2
Berat (koma, kejang)
paru)
Fibrilasi atrium
1
5
Disfungsi gastrointestinal-
hepar
Tidak ada
0
Ada
Tidak ada
1
Riwayat
Ringan (diare,
nausea/muntah/nyeri perut)
pencetus
0
Negative
yang jelas)
1
Positive
Prognosis
Hipertiroid yang bersifat permanen dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Setelah
kenormalan fungsi tiroid tercapai dengan obat-obat antitiroid, direkomendasikan untuk
menggunakan iodin radioaktif sebagai terapi definitifnya. Pertumbuhan hormon tiroid
kemungkinan akan terus bertambah perlahanlahan selama diterapi dengan obat-obat antitiroid.
Namun prognosisnya akan jauh lebih baik setelah diterapi dengan iodin radioaktif.