SKENARIO
PENGLIHATAN TIDAK JELAS
Seorang laki laki usia 52 tahun dating diantar oleh anaknya ke
poliklinik umum dengan keluhan nyeri kepala yang menghebat sejak 1 hari yang
lalu selain itu pasien juga merasa mual hingga muntah, kejadian ini juga diikuti
oleh penglihatan pada mata kanannya yang tiba tiba tidak jelas melihat. Pasien
mengaku sudah minum obat warung tetapi keluhan tidak berkurang. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg. Frekuensi denyut nadi
: 90x/ menit. Suhu 37,3 C, frekuensi pernapasan 18 x/ menit dari pemeriksaan
sudut mata ocular dextra tampak bayangan berbentuk bulan sabit dan pada palpasi
palpebra ocular dextra lebih keras dari pada ocular sinistra.
STEP I. CLARIFY UNFAMILIAR TERMS
STEP II. DEFINE THE PROBLEM(S)
1. Apa hubungan nyeri kepala hebat disertai mual muntah dengan pengliatan
mata kanan yang tiba tiba tidak dapat melihat dengan jelas?
2. Anatomi dan fisiologi mata?
3. Apa kelainan struktur makroskopis pada mata , patofisiologi dan kelainan
fungsi ?
4. Macam macam keluhan dan kelainan mata?
5. Mengapa terlihat bayangan bulan sabit pada pemeriksaan sudut mata
ocular dextra?
6. Mengapa palpasi palpebra ocular dextra lebih keras dari pada ocular
sinistra?
STEP III. BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION
1. (SB)
2.
MEKANISME PENGLIHATAN
Sumber cahaya (melalui
kornea) pupil yang melebar
diatur oleh iris (dibiaskan oleh
lensa)
retina
bayangan
(nyata,
di
terbalik,
3. Normal
Eksoftalmos , mata yang menonjol
Enoftalmos, kedudukan bola mata yang kebelakang
Tropia, deviasi nyata dari pada kedudukan mata normal
Esotropia, mata juling ke dalam
Eksotropia, mata juling ke luar
Esoforia, mata yang berbakat juling ke dalam
Eksoforia, mata yang berbakat juling ke luar
4.
-
Mata merah
Tajam penglihatan dan kelainan refraksi
Mata merah dengan ppenglihatan turun mendadak
EXPLANATIONS
SOLUTIONS
Macam
9.
macam
10.
pada
11.
gangguan
anatomi
12.
pada
13. mata
14.
15.
Anatomi dan
Hubungan nyeri
16.
fisiologi mata
kepala hebat,
17.
mual muntah dan
18.
penurunan mata
19. STEP V. DEFINE LEARNING OBJECTIVES
INTO
TENTATIVE
Terlihat bayangan
bulan sabit pada
pemeriksaan ocular
dextra
Palpasi ocular
dextra lebih
keras dari pada
ocular sinistra
kanan
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di
depan kornea. Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata.
28.
membuka mata.
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a.palpebra
Persarafan sensoriknya di dapatkan dari rumus frontal N.V sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
29. Posisi palpebra pada waktu istirahat bergantung pada tonus
M.orbicularis oculi dan M.levator palpebrae serta posisi bola mata. Palpebra
menutup oleh kontraksi M.orbicularis oculi dan relaksasi M.levator palpebrae
superioris. Mata dibuka oleh kontraksi M.levator palpebrae superioris. Mata
dibuka oleh kontraksi M.levator palpebrae superioris yang mengangkat
palpebrae superior. Pada waktu melihat ke atas, M.levator palpebrae
superioris berkontraksi dan palpebrae superioris bergerak bersama bola mata.
Pada waktu melihat ke bawah, kedua palpebra bergerak, palpebrae superioris
terus menutupi kornea bagian atas dan palpebra inferior agak tertarik ke
bawah oleh konjungtiva yang melekat pada sklera dan palpebra inferior.
30.
31. HUBUNGAN
NYERI
KEPALA
HEBAT,
MUAL,
MUNTAH
dengan kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi
yang mengakibatkan pupil lebar , kornea buram dan edem, iris sembab
meradang, papil saraf optik hiperemis, edem dan lapang pandang menciut
berat.
35.
2. Dakriosistitis
3. Alakrima
39. Patofisiologi
42. Peradangan
kelenjar lakrimal
bengkak, konjunctiva
akibat infeksi
kemotik dengan
virus, bakteri,
jamur, sarkoid,
atau idiopati
44. Peradangan sakus
orbita
45. Epifora, sakit yang
lakrimal yang
hebat di daerah
biasanya diawali
oleh obstruksi
pembengkakan
duktus
nasolakrimal
46. Defek kongenital
unilateral atau
bilateral tersendiri
atau berkaitan
dengan sistem
saraf lain, seperti
aplasia nuclei saraf
4. Dakriostenosis
kranial
48. Penyumbatan
49. Epiforia
duktus
nasolakrimal
akibat tertutupnya
membran di daerah
meatus inferior
pada neonatus
(kelainan bawaan),
atau dakriolit atau
5. Insufisiensi lakrimal
dakriosistitis
50. Defisiensi air mata
akibat kerusakan
51. Keratokonjunctivitis
sika, mata panas
sel Goblet
konjunctiva atau
disfungsi kelenjar
6. Dakriolit
Meibom
52. Pengendapan
kapur di dalam
56. Lakrimasi,
pseudoptosis, injeksi
lendir menutupi
konjunctiva,
belakang kelopak
kemosis, eksudat
dengan sekret
jamur
57. Noda merah atau
merah coklat pada
konjunctiva bulbi
dan dapat
disebabkan oleh
3. Pinguekulum
perubahan
degenerasi elastic
atau hialin pada
4. Pterigium
konjunctiva
61. Lesi konjunctiva
asing
63. Benigna jaringan
adipose dan
6. Nevus konjunctiva
jaringan ikat
65. Lesi kecil dengan
pigmentasi,
7. Simbleferon
biasanya benigna
67. Melengkungnya
konjunctiva tarsal
bola mata,
menyebabkan
adhesi jaringan
diplopia
parut antara
konjunctiva
kelopak dan bola
mata setelah
operasi atau luka
69. Lensa
1. Katarak
70. Terbentuknya
agregat-agregat
gangguan
protein yang
pengelihatan
menghalangi
2. Ektopia lentis
transparensi lensa
72. Kelainan sistem
suspensi karena
diplopia karena
defek
perubahan refraksi
perkembangan,
penyakit, atau
trauma yang
mengakibatkan
ketidakstabilan
atau pergeseran
3. Lentikonus
lensa
74. Anomali mata
karena gangguan
benjolan di posterior,
sistemik atau
lensa dapat
herediter dominan
mengeruh
autosomal
76. Uvea
77. Uveitis
79. Gangguan
pengelihatan, nyeri
82. Gangguan
pengelihatan, buta
vasoproliferasi
yang dapat
mengakibatkan
pengelupasan
2. Vitreus primer hiperplastik
persisten
retina
83. Menetapnya
berbagai sistem
vaskular hialoid
dangkal, pembuluh
fibrovaskular
vaskuler
85. Tumor maligna
primer pada
intraocular akibat
kelainan
kromosom 13
4. Retinitis pigmentosa
segmen 13q14
87. Degenerasi
progresif berupa
bintik/bercak-bercak
perubahan
pigmen retina
pigmentasi,
penyempitan
arteriola, biasanya
atrofi optic ringan,
dan gangguan
progresif fungsi
5. Retinoskhisis
pengelihatan
89. Kelainan terkait
herediter (X-
dalam retina,
juvenil); distrofi
gangguan
vitreoretina
pengelihatan
kehidupan
91. Lepasnya retina
perkembangan
96. Jarak antar orbita
yang sempit, yang
dapat terjadi
sebagai varian
morfogenetik
sendirian atau
dalam hubungan
dengan anomali
3. Eksoftalmus
lain
98. Penonjolan mata
akibat orbita yang
orbita
100.
Pergeseran
101.
Gangguan
mata ke posterior
motorik ocular,
gangguan
atrofi jaringan
pengelihatan
sindrom Horner
102.
Radang
103.
Gangguan
jaringan orbita
gerakan mata,
akibat infeksi
pembengkakan
kelopak mata,
penyebaran dari
kemosis
berdekatan
104.
Radang
105.
Gangguan
gerakan mata,
dan jaringan
pembengkakan
periorbita tanpa
kelopak mata,
tanda-tanda
kemosis
keterlibatan orbita
yang sebenarnya
disebabkan oleh
trauma, luka yang
terinfeksi, atau
oleh abses kelopak
mata atau daerah
7. Tumor orbita
periorbita
106.
Tumor di
107.
Proptosis,
tahanan terhadap
orbita
pergeseran mata ke
posterior, gangguan
gerakan mata
108.
109.
110.
a.
b.
c.
d.
Bengkak
Mikroftalamus
Hidroftalamus
Diskiasis
Kolomba Kelopak
Ekstropoin
Entropoin
Sikatris
Supersilia
114.
115.
Palpebra
Iris
Atrofi
Rubeosis
Sinekta Anterior
-Trikiasis
- Xantelasma
- Blefarospasmus
- Tumor Kelopak Mata
- Ptosis
- Epikantus
- Kalazion
- Hordeoium
- Blefaritis
Sinekta Posterior
Aniridia
Kolobama Iris
Heterokromia
Iridodialisa
Hifema
116.
117.
Retina
Retina Blastoma
Retinitis Pigmentosa
Retinokhisis
118.
119.
120.