Anda di halaman 1dari 17

HUKUM TERMODINAMIKA

Termodinamika adalah nama yang kita berikan kepada bidang


yang mempelajari proses di mana energi dipindahkan sebagai kalor
dan usaha. Dalam mendefinisikan termodinamika, kita sering mengacu
pada sistem tertentu. Sistem adalah suatu benda atau sekelompok
benda yang ingin kita pertimbangkan.
Hukum termodinamika pertama menghubungkan usaha dan
perpindahan kalor dengan perubahan energi internal system, dan
pernyataan umum tentang konservasi energi. Hukum termodinamika
kedua mengepresikan batas kemampuan untuk melakukan usaha yang
bermanfaat, dan serng dinyatakan dengan istilah entropi yaitu ukuran
ketidakteraturan.

A. Hukum Termodinamika Pertama


Perubahan energi internal merupakan sebuah sistem tertutup,
U akan sama dengan energi yang ditambahkan ke sistem melalui
pemanasan dikurangi usaha yang dilakukan oleh sistem pada
sekelilingnya. Dalam bentuk persamaan, kita menulis
U = Q W

(1-1)

di mana Q adalah kalor neto yang ditambahkan pada sistem dan W


adalah usaha neto yang dilakukan oleh sistem. Karena W dalam pers.
1-1 adalah usaha yang dilakukan oleh system. Sebagai contoh, bila gas
mengembang melawan suatu piston, maka usaha dilakukan pada
sekitarnya, dan W positif. Begitu pula sebaliknya, panas Q positif jika
diberikan kepada system dan negative jika keluar dari system.
Pers. 1-1 dikenal sebagai hukum termodinamika pertama.
Hukum ini merupakan rumusan kekekalan energy . Energi panas yang
diberikan pada system diperhitungkan sebagai usaha yang dilakukan
oleh system atau sebagai kenaikan energy internal system atau
sebagai kombinasi tertentu dari keduanya, karena Q dan W
mempresentasikan energi yang dipindahkan kedalam atau keluar
sistem, energi internal pun akan berubah sesuai dengan perpindahan
itu. Maka, hukum termodinamika pertama merupakan pernyataan yang
hebat dan luas tentang hukum konservasi energi.

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Panas neto


yang ditambahkan pada suatu system sama dengan perubahan
energy internal system ditambah usaha yang dilakukan oleh system.
Bila usaha yang dilakukan kepada system, maka W akan bernilai
negative dan U akan meningkat serta Q akan berilai positif bagi kalor
yang ditambahkan ke system, begitu pula sebaliknya.

B. Proses Termodinamika
Terdapat beberapa proses termodinamika yang dapat dijelaskan
oleh hukum termodinamika pertama. Proses-proses tersebut yaitu :
1. Proses Isotermal (T = 0)
Sistem yang sangat sederhana seperti proses gas ideal dengan
menambahkan kalor atau melakukan usaha yang dilakukan pada
temperature konstan sehingga PV=nRT menjadi PV=konstan . Maka
grafik tekanan P terhadap volume V, diagram PV, akan membentuk
kurva untuk proses isothermal yang merupakan kurva PV= konstan.
Ada proses-proses dimana setelah terjadi beberapa perubahan
tertentu dari panas dan usaha, maka sistem akan kembali ke kondisi
awal. Dalam hal ini, tidak ada variable instrinsik dalam sistem
termasuk energi internal yang mungkin dapat berubah. Grafik
isothermal sebagai berikut:

Temperatur dan massa tetap konstan sehingga, dari persmaan U =


3
2 nRT = 0 energi internal tidak berubah. Maka berdasarkan hukum
termodinamika pertama (pers. 1-1), U = Q W = 0 sehingga W = Q
dimana usaha yang dilakukan oleh gas dalam proses isotermal sama
dengan kalor yang ditambahkan pada gas.

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Proses


isothermal merupakan proses yang dialami gas pada suhu yang tetap.
Karena memiliki temperature dan massa yang tetap konstan sehingga
dari U =

3
2 nRT=0 energi internalnya tidak berubah.

2. Proses Adiabatik (Q = 0)
Proses adiabatik adalah proses di mana tidak ada kalor yang
diperbolehkan mengalir ke dalam atau keluar sistem. Dengan
mengasumsikan Q = 0 pada hukum pertama, maka akan menghasilkan
:

U =W

(1-3)
Hal ini menjelaskan bahwa
jika usaha yang dilakukan oleh sistem (yaitu, jika W adalah positif),
maka energi internal sistem akan menurun sebanding dengan jumlah
usahanya. Begitu pula sebaliknya, jika usaha dilakukan pada sistem
(yaitu, jika W adalah negatif), maka energi internal sistem akan
meningkat dan temperature naik sebanding dengan jumlah tersebut.
Salah satu contoh proses yang sangat mendekati proses adiabatic
adalah pemuaian gas yang sangat cepat dalam mesin pembakar
internal.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa proses
adiabatik merupakan proses yg tidak ada kalor yg masuk atau keluar dari sistem (gas) ke
lingkungan. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat sekat yg tidak menghantarkan kalor
atau prosesnya berlangsung cepat. Pada proses adiabatic jika volume bertambah dengan
jumlah tertentu, maka tekanananya turun lebih banyak pada adiabatic daripada pada
isotermis.

3. Proses Isobarik dan Isovolumetrik


Proses isotermal dan adiabatik hanyalah dua proses yang mungkin
terjadi. Terdapat dua proses termodinamika sederhana lain, yaitu
isobarik dan isovolumetrik. Proses isobarik adalah proses dimana
tekanan dijaga konstan, sehingga proses dipresentasikan oleh garis
lurus. Sedangkan proses isovolumetrik atau isokorik adalah proses
dimana volume tidak berubah. Jika volume sistem (seperti gas)
dipertahankan konstan, sistem itu tidak dapat melakukan usaha dan
jika kita memberi nilai W = 0 pada hukum termodinamika pertama,
maka akan menghasilkan :
U = Q

(1-4)

Dari
pembahasan
diatas
maka
dapat
disimpukan bahwa proses isobaric merupakan
proses yang berlangsung pada tekanan yang
tetap. Bila volume gas bertambah, berarti gas melakukan usaha atau usaha gas positif
(proses ekspansi). Jika volume gas berkurang, berarti pada gas dilakukan usaha atau
usaha gas negatif (proses kompresi). Sedangkan pada proses isokhorik merupakan proses
yang volumenya tetap. Dalam proses ini berlaku hokum termodinamika pertama.

C. Metabolisme Manusia dan Hukum I


Manusia dan hewan melakukan usaha. Usaha dilakukan ketika
orang berjalan atau mengangkat benda berat. Usaha sendiri pastinya
memerlukan energi. Energi juga diperlukan tubuh untuk menghasilkan
sel baru, dan menggantikan sel lama yang sudah mati. Proses
perpindahan energi dalam jumlah besar trjadi di dalam organisme
yang disebut metabolisme. Kita dapat menerapkan hukum
termodinamika pertama :
U = Q W

Terhadap suatu organisme, misalnya tubuh manusia. Usaha W


dilakukan oleh tubuh dalam berbagai aktivitas. Jika tidak menghasilkan
penurunan energi internal tubuh (dan temperatur), energi harus di
tambahkan untuk menggatikan yang hilang. Meskipun demikian,
energi internal tubuh, mempunyai internal yang lebih tinggi daripada
lingkungannya, sehingga kalor basanya mengalir keluar dari tubuh.
Dalam sistem tertutup, energi internal berubah hanya sebagai hasil
aliran kalor atau usaha yang dilakukan. Dalam sistem terbuka, seperti
manusia, energi internal itu sendiri dapat mengalir ke dalam atau
keluar dari sistem. Ketikan kita makan, kita memasukkan energi
internal ke dalam tubuh kita secara langsung, yang kemudian
meningkatkan total energi internal U dalam tubuh kita. Energi ini pada
akhirnya menjadi usaha dan kalor yang mengalir keluar dari tubuh
menurut hukum pertama.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa dalam tubuh manusia
terdapat energy internal yang dapat mengalir kedalam atau keluar dari system
seperti pada saat kita makan kita memasukkan energy internal kedalam tubuh
secara langsung sehingga total energi internal U dalam tubuh kita meningkat
yang kemudian energy tersebut pada akhirnya menjadi usaha dan kalor yang
mengalir keluar dari tubuh.
D. Hukum Termodinamika II Pendahuluan
Hukum termodinamika kedua adalah suatu pernyataan tentang
proses mana yang terjadi secara alami dan mana yang tidak. Hukum
ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, semuanya ekuivalen.
Rumusan Kelvin-Plank atau rumusan mesin panas untuk hokum kedua
termodinamika yaitu Tidak mungkin bagi sebuah mesin panas yang
bekerja secara siklis untuk tidak menghasilkan efek lain selain
menyerap panas dari suatu tendon dan melakukan sejumlah usaha
yang ekuivalen. Salah satu pernyataan, oleh R. J. E. Clausius (18221888), adalah bahwa
Kalor dapat mengalir secara spontan dari benda panas ke benda
dingin; kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin
ke benda panas.
Perkembangan pernyataan umum hukum termodinamika kedua
sebagian didasarkan pada studi tentang mesin kalor. Mesin kalor

adalah semua peralatan yang mengubah energi ternal menjadi usaha


mekanis, seperti mesin uap dan mesin mobil.

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa


Hukum termodinamika kedua adalah suatu pernyataan
tentang proses mana yang terjadi secara alami dan mana
yang tidak. Rumusan Kelvin-Plank atau rumusan mesin
panas untuk hokum kedua termodinamika yaitu Tidak
mungkin bagi sebuah mesin panas yang bekerja secara siklis
untuk tidak menghasilkan efek lain selain menyerap panas
dari suatu tendon dan melakukan sejumlah usaha yang
ekuivalen.

E. Mesin Kalor
Suatu mesin kalor, atau lebih praktisnya suatu mesin, adalah alat
untuk mengekstraksi energi dari lingkungannya dalam bentuk kalor
dan melakukan pekerjaan yang berguna. Pusat setiap mesin adallah
suatu subtansi kerja. Dalam mesin uap subtansi kerjanya adalah air,
baik dalam bentuk uap maupun dalam bentuk cair. Jika mesin harus
melakukan usaha secara berkelanjutan, subtansi kerja harus
beroperasi pada suatu siklus, hal itu karena subtansi kerja harus
melewati suatu rangkaian tertutup proses termodinamika.
Ide dasar di belakang semua mesin kalor adalah bahwa energi
mekanis bisa didapatkan dari energi termal
hanya ketika kalor
dimungkinkan mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
Dalam setiap siklus, perubahan dalam energi internal sistem adalah
U = 0 karena sistem kembali ke keadaan awal. Maka masukan kalor
QH pada temperatur tinggi TH sebagian diubah menjadi usaha W an
sebagian berubah menjadi kalor QL pada temperatur yang lebih rendah
TL. Beradasarkan konservasi energi, QH = W + QL. Temperatur yang
tinggi dan rendah, TH dan TL, disebut temperatur operasi mesin.

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Ide dasar di


belakang semua mesin kalor adalah bahwa energi mekanis bisa
didapatkan dari energi termal
hanya ketika kalor dimungkinkan
mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Rumus mesin
kalor : QH = W + QL.
Efisiensi
Efisiensi (e) dari suatu mesin kalor dapat didefinisikan sebagai
perbandingan usaha yang dilakukan W, terhadap masukan kalor pada
temperatur tinggi QH
e=

W
QH

(1-

6a)
Ini adalah definisi yang masuk akal karena W adalah keluaran yang
didapatkan dari mesin, sementara QH adalah apa yang dimasukkan dan
bayar untuk bahan bakar yang dibakar. Karena energi itu
terkonservasikan, masukna kalor QH harus sama dengan usaha yang
dilakukan ditambah kalor yang mengalir keluar pada tempertaur
rendah (QL) :
QH = W + QL

Maka W = QH - QL, dan efisiensi mesin adalah :


e=

W
QH

Q HQ L
QH

atau
e=1-

QL
QH

(1-

6b)
Untuk menyajikan efisiensi sebagai persen, kita dapat mengalikan
per. 1-6 dengan 100. Ingat bahwa e bisa menjadi 1,0 (atau 100%)

hanya jika QL nol yaitu, hanya jika ada kalor yang dibuang ke
lingkungan (yang mana akan segera kita lihat tidak pernah terjadi).
Dengan perkataan lain, semua panas yang diserap dari tandon panas
harus diubah menjadi usaha dan tidak ada panas yang dibuang ke
tendon dingin.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Efisiensi (e)
dari suatu mesin kalor merupakan perbandingan usaha yang dilakukan
W, terhadap masukan kalor pada temperatur tinggi QH. Efisiensi
tersebut dapat dirumuskan dengan

e=

W
QH

Q H[Q L]
=
1QH

[Q L]
QH

Mesin Carnot
Untuk mencari cara meningkatkan efisiensi, ilmuwan Prancis Sadi
Carnot (1796-1832) mempelajari karakteristik mesin ideal (yang
sekarang kita sebut mesin Carnot). Carnot menemukan bahwa semua
mesin reversible yang bekerja antara dua tendon panas mempunyai
efisiensi yang sama dan bahwa tidak ada mesin yang dapat
mempunyai efisiensi yang lebih besar dari pada efisiensi mesin
reversible yang dinamakan dengan mesin Carnot.
Mesin Carnot Ideal terdiri dari empat proses yang dilakukan
dalam satu siklus, dua diantaranya adalah proses adiabatik (Q = 0)
dan dua isotermal (T = 0). Setiap proses dianggap dilakukan secara
berlawanan arah. Maka, setiap proses (misalnya, sepanjang pemuaian
gas mendorong piston) dilakukan begitu lambat sehingga proses dapat
dianggap sebagai sederet keadaan kesetimbangan, dan seluruh proses
dapat dilakukan berlawanan arah tanpa menngubah megnitudo usaha
yang dilakukan atau kalor yang dipertukarkan. Di lain pihak, proses
sesungguhnya akan terjadi jauh lebih cepat; akan ada torbulensi dalam
gas, akan ada gesekan, dan seterusnya. Karena faktor-faktor ini,
proses sesungguhnya tidak dapat dilakukan berlawanan arah secara
presisi-torbulensi akan berbeda dan kalor yang hilang akibat gesekan

tidak akan
reversibel.

terbalik

sendiri.

Maka,

proses

sesungguhnya

tidak

Proses-proses isotermal dari mesin Carnot, dimana kalor QH dan


QL dipindahkan, diasumsikan dilakukan pada temperatur konstan TH dan
TL. Jadi sistem diasumsikan bersentuhan langsung dengan
penampungan-penampungan kalor ideal yang sedemikian besar
sehinggan temperatur mereka tidak akan berubah secara signifikan
ketika QH dan QL dipindahkan.
Carnot memperlihatkan bahwa untuk mesin reversibel yang
ideal, kalor QH dan QL sebanding dengan temperatur operasi TH dan TL
(dalam Kelvin), jadi efisiensi dapat ditulis sebagai :
eideal =

T HT L
TH

=1-

TL
TH

[efisiensi

ideal Carnot] (1-7)


Kita dapat melihat dari pers. 1-7 bahwa pada temperatur normal,
mesin yang memiliki efisiensi 100% tidak mungkin ada. Hanya jika
temperatur keluaran TL, berada pada nol mutlak efisiensi 100% dapat
dicapai. Tapi, mencapai temperatur nol mutlak secara praktis (dan juga
secara teoritis) tidak mungkin. [percobaan yang hati-hati menunjukan
bahwa nol mutlak tidak dapat tercapai. Hasil ini dikenal sebagai hukum
termodinamika ketiga]. Karena tidak ada mesin yang bisa 100%
efisien, kita dapat mengatakan bahwa Tidak alat yang dapat
mengubah sejumlah tertentu kalor seluruhnya menjadi usaha. Ini
dikenal sebagai pernyataan Kelvin-Planck tentang hukum
termodinamika kedua.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa semua mesin
reversible yang bekerja antara dua tendon panas mempunyai efisiensi
yang sama dan bahwa tidak ada mesin yang dapat mempunyai
efisiensi yang lebih besar dari pada efisiensi mesin reversible yang
dinamakan dengan mesin Carnot. Mesin Carnot Ideal terdiri dari empat
proses yang dilakukan dalam satu siklus, dua diantaranya adalah
proses adiabatik (Q = 0) dan dua isotermal (T = 0).

F. Refrigerator, Pengkondisi Udara, dan Pompa Kalor


Prinsip operasi refrigerator, pengkondisi udara, dan pompa kalor
hanyalah kebalikan prinsip mesin kalor. Masing-masing alat tersebut
beroperasi dengan memindahkan keluar kalor dari lingkungan dingin
ke lingkungan hangat. Dengan melakukan usaha W, kalor diambil dari
daerah yang bertemperatur rendah, TL (seperti di dalam refrigerator)
dan sejumlah kalor yang lebih besar dikeluarkan pada temperatur
tinggi, TH (ruangan). Kalor QL diambil dari kumparan pendingin di dalam
refrigerator dan kalor QH dilepaskan oleh kumpara di luar di bagian
belakang refrigerator.
Refrigerator sempurna dimana tidak ada usaha yang
diperlukan untuk mengambil kalor dari daerah temperatur rendah ke
daerah temperatur tinggi tidak mungkin ada. Ini adalah pernyataan
Clausius tentang hukum termodinamika kedua, yang dapat
dinyatakan secara formal sebagai
Tidak ada alat yang dapat memindahkan kalor dari satu
sistem pada temperatur TL ke sistem kedua pada temperatur
yang lebih tinggi TH.
Untuk mengalirkan kalor dari benda (atau sistem) bertemeratur rendah
ke benda yang bertemperatur tinggi, harus dilakukan usaha. Maka
tidak ada refrigerator yang sempurna.
Koefisien kinerja (COP) refrigerator didefinisikan sebagai kalor QL
yang dipindahkan dari daerah bertemperatur rendah (di dalam
refrigerator) dibagi oleh usaha W yang dilakukan untuk memindahkan
kalor.
COP =

QL
W

[refrigerator

dan

pengkondisi

udara] (1-8a)
Kita menggunkan QL karena yang menjadi inti masalah dari sisi praktis
adalah kalor yang diambil dari dalam. Semakin banyak kalor QL, yang

dapat dipindahkan dari dalam refrigerator untuk sejumlah usaha


tertentu, semakin baik atau semakin efisien refrigerator itu. Energi
dikonservasikan, sehingga dari hukum termodinamika pertama kita
dapat menulis QL + W = QH atau W = QH - QL lalu pers. 1-8a menjadi
COP =

QL
W

QL
Q HQ L

(1-

8b)
Untuk refrigerator ideal (bukan refrigerator semprna, yang tidak
mungkin), persamaan terbaik adalah
COPideal =

TL
T HT L

(1-8c)

Analog dengan mesin (Carnot) ideal (pers. 1-7)


Koefisien kinerja (COP) refrigerator didefinisikan sebagai kalor QL
yang dipindahkan dari daerah bertemperatur rendah (di dalam
refrigerator) dibagi oleh usaha W yang dilakukan untuk memindahkan
kalor.
COP =

QL
W

[refrigerator

dan

pengkondisi

udara] (1-8a)

Pengkondisi udara bekerja sangat mirip dengan refrigerator,


meskipun rincian konsturksi berbeda. pengkondisi udara mengambil
kalor QL dari dalam bangunan atau ruangan pada temperatur rendah
dan menyimpan kalor QH di luar kepada lingkungan pada temperatur
tinggi. persamaan 1-8 juga menggambarkan koefisien kinerja
pengkondisi udara.
Kalor mengalir secara alami dari temperatur tinggi ke temperatur
rendah. Refrigator dan pengkondisi udara melakukan usaha untuk
medapatkan sebaliknya. yaitu mengalirkan kalor dari dingin ke panas.

Istilah Pompa kalor biasanya digunakan untuk peralatan yang dapat


memanaskan rumah pada musim dingin dengan menggunakan motor
listrik yang melakukan usaha W untuk mengambil kalor QL dari luar
pada temperatur rendah dan menghantarkan panas QH untuk
menghangatkan ruangan di dalam rumah. Seperti pada refrigerator,
ada pnukran kalor dalam dan luar dan motor kompesor listrik. Prinsip
operasinya mirip dengan refrigerator dan pengkondisi udara; tetapi
tujuan pompa kalor adalah untuk memanaskan (menghantarkan QH),
bukan mendinginkan (memindahkan QL). Maka, keofisien kinerja
pompa kalor didefinisikan secara berbeda dengan pengkondisi udara
karena sekarang yang penting adalah kalor QH dihantarkan ke dalam
rumah.
COP =

QH
W

[Pompa kalor]

(1-9)

COP harus lebih besar dari 1. pompa kalor yang umum saat ini
memiliki COP 2,5 sampai dengan 3. Sebagian besar pompa kalor
dapat diputar balik dan digunakan sebagai pengkondisi udara pada
musim panas.

Tugas Makalah:

PENDIDIKAN FISIKA
Termodinamika dan Elastisitas

OLEH:
Wa Ode Novi Astuti Yasin
A1K1 15 164

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
KENDARI
2015

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Refrigator dan


pengkondisi udara melakukan usaha untuk mengalirkan kalor dari
dingin ke panas. Sedangkan pada pompa kalor prinsip operasinya mirip
dengan refrigerator dan pengkondisi udara tetapi tujuan pompa kalor

adalah untuk memanaskan (menghantarkan QH), bukan mendinginkan


(memindahkan QL). Hal tersebut dapat dirumuskan:
COP =

QL
W

COP =

QH
W

[refrigerator dan pengkondisi udara] (1-8a)

[Pompa kalor]

(1-9)

K. Polusi Termal, Pemanasan Global, dan Sumber Energi


Sebagian besar energi yng kita gunakan sehari-hari mulai dari
kendaraan sampai sebagian besar listrik yang diproduksi oleh
pembangkit tenaga listrik menggunakan mesin kalor. Keluaran kalor
QL dari setiap mesin kalor, dari pembangkit tenaga sampai mobil,
berhubungan dengan polusi termal karena kalor ini (QL) harus diserap
oleh lingkungan seperti oleh air sungai atau danau, atau oleh udara
lewat menara pendingin besar.
Polusi udara yaitu zat-zat kimia yang dilepaskan dalam
pembakaran bahan bakar fosil pada mobil, pembangkit tenaga, dan
industri menghasilkan asap dan masalah lain. Salah satu masalah
besar adalah pembentukan CO2 di atmosfer bumi akibat pembakaran
bahan bakar fosil. CO2 ini mnyerap sejumlah radiasi infra merah yang
dipancarkan bumi secara alami, yang dapat menyebabkan
pemanasan global, masalah serius yang dapat diatasi dengan
membatasi pembakaran bahan bakar fosil.
Meskipun demikian, polusi udara, tidak dapat dihindarkan. para
insinyur dapa menncoba merancang dan membuat mesin yang lebih
efisien, tetapi mereka tidak dapat mengabaikan efisiensi Carnot dan
harus menerima TL terbaik pada temperatur ambient air atau udara.
Hukum termodinamika kedua memberi tahu kita batas yang ditetapkan
oleh alam. Bahkan sumber energi alternative seperti angin dan sel
matahari dapat berkontribusi kepada pemanasan global. Berdasarkan

hukum termodinamika kedua, solusi yang dapa diambil yaitu


membatasi penggunaan energi dan menghemat penggunaan bahan
bakar
Dari pembahasan diatas maka disimpulkan bahwa Keluaran kalor
QL dari setiap mesin kalor, dari pembangkit tenaga sampai mobil,
berhubungan dengan polusi termal karena kalor ini (QL) harus diserap oleh
lingkungan seperti oleh air sungai atau danau, atau oleh udara lewat
menara pendingin besar. Polusi udara yaitu zat-zat kimia yang

dilepaskan dalam pembakaran bahan bakar fosil pada mobil,


pembangkit tenaga, dan industri menghasilkan asap dan masalah
lain.

ELASTISITAS
A. Elastisitas dan Hukum Hooke
Semua benda tegar di dunia sebenarnya, sampai tingkat
tertentu, elastis, yang berarti kita dapat mengubah dimensinya sedikit
dengan menarik, menekan, memuntir, atau memanpatkannya.
Bilamana suatu gaya dikerahkan pada sebuah benda, semisal
pada tongkat logam tipis yang tergantung panjang benda tersebut
akan berubah. Bila jumlah perubahan panjang ini, l, adalah kecil
dibandingkan dengan panjang benda itu sendiri, eksperimen telah
menunjukan bahwa perubahan panjang tersebut sebanding dengan
besarnya gaya yang dikerahkan pada benda itu. Proposionalotas ini,
dapat dituliskan dalam bentuk sebuah persamaan matematis:
F = k l

(1-1)

Dimana F, adalah gaya yang bekerja menarik benda, dan , l adalah


perubahan panjang pada benda, dan k adalah konstanta
proposionalitas. Persamaan 1-1 sering disebut sebagai hukum Hooke
yang berasal dari nama Robert Hooke (1635-1703) seorang ilmuwan
yang pertama kali mengamatinya, dan telah dibuktikan berlaku untuk
semua benda padat mulai dari besi hingga tulang namun hanya
hingga suatu ambang batas tertentu saja. Karena jika gaya yang
diberikan terlalu besar, benda akan terenggang secara berlebihan dan
akhirnya akan patah.

Jika kita sedikit memberikan gaya lagi hingga ke titik yang


disebut batas elastis (elastic limit), benda akan kembali ke panjang
aslinya bilamana gaya eksternal atau gaya luar tidak lagi bekerja.
Dimulai dari titik awal hingga batas elastis ini disebut daerah elastis
(elastis region). Apabila sebuah benda diregangkan melewati batas
elastis ini, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis (plastic
region) yaitu keadaan dimana benda tak akan kembali ke panjang
aslinya, biarpun gaya eksternal telah dikeluarkan
dari benda,
melainkan akan mengalami deformasi secara permanen seperti buah
klip kertas yang dibengkokkan. Perubahan panjang maksimum akan
dicapai pada titik batas patah (breaking point). Besarnya gaya
maksimum yang dapat dikerjakan pada benda tanpa menjadikan
benda itu patah disebut kekuatan ultimat (ultimate strength)
untuk material benda yang bersangkutan.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Persamaan 11 sering disebut sebagai hukum Hooke yang berasal dari nama
Robert Hooke (1635-1703) telah dibuktikan berlaku untuk semua
benda padat mulai dari besi hingga tulang namun hanya hingga
suatu ambang batas tertentu saja. Karena jika gaya yang diberikan
terlalu besar, benda akan terenggang secara berlebihan dan akhirnya
akan patah yaitu keadaan dimana benda tak akan kembali ke panjang
aslinya,
F = k l

(1-1)

B. Modulus Young
Untuk tensi (tension) dan kompresi (compression) sederhana,
tegangan pada objek didefinisikan oleh

F
A

, dimana F adalah

magnitudo gaya yang diterapkan secara tegak lurus terhadap area A


pada objek. Regangan, atau deformasi unit adalah kuantitas tanpa
dimensi ,

l
L

, perubahan dalam nilai pecahan (atau kadang-kadang

dalam presentase) mengubah panjang benda. Jika benda merupakan


sebuah batang panjang dan tegangan tidak melebihi kekuatan aslinya,

maka tidak hanya batang secara keseluruhan, namun juga setiap


bagiannya akan mengalami regangan yang sama ketika tegangan
diberikan. Temuan ini dapat digabungkan dengan persamaan 1-1 untuk
menghasilkan:
l =

1
E

F
A

l0

(1-2)

dimana l0 adalah panjang asli benda, A adalah luas penampang


melintangnya, dan l adalah perubahan panjang akibat bekerjanya
gaya eksternal F. Modulus Young disimbolkan dengan E konstanta
proporsionalitas : nilainya hanya bergantung pada material benda
yang bersangkutan. Karena E merupakan sifat dari material saja dan
tidak bergantung pada ukuran atau bentuk bendanya, maka pers. 1-2
jauh lebih bermanfaat untuk perhitungan-perhitungan praktis.
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpukan bahwa Jika benda
merupakan sebuah batang panjang dan tegangan tidak melebihi
kekuatan aslinya, maka tidak hanya batang secara keseluruhan,
namun juga setiap bagiannya akan mengalami regangan yang sama
ketika tegangan diberikan. Temuan ini dapat digabungkan dengan
persamaan F = k l untuk menghasilkan:
l =

1
E

F
A

l0

(1-2)

Anda mungkin juga menyukai