Anda di halaman 1dari 15

Minyak pelumas akan didinginkan dari temperatur 100oC ke 60oC dengan menggunakan air

sebagai media pendingin. Laju massa alir minyak pelumas dan air masing-masing 0,5 kg/det
dan 1 kg/det. Temperatur masuk air pendingin diatur tetap pada temperatur 30oC.
Data sifat-sifat fisika minyak pelumas adalah sebagai berikut :

Density

800

kg/m3

Cp

Heat capacity

1900

j/kg.K

Viscosity

1 x 10-5

m2/det

Thermal conductivity

0,134

W/m.K

Pr

Prandtl number

140

Rancang desain panas (thermal design) shell and tube yang mungkin dengan standar
TEMA.
Catatan :
1. Buatlah asumsi-asumsi yang proporsional dengan keinginan proses diatas
2. Buatlah skenaro desain panas (thermal design scenario) yang benar
3. Cantumkan referensi rumus-rumus dan grafik serta sifat-sifat fisika yang digunakan
4. Kerjakan sesuai dengan logika saudara sendiri tanpa harus memakai logika orang lain.

PENYELESAIAN

1. Asumsi desain
1. Densitas minyak pelumas > densitas air, sehingga minyak pelumas dialirkan di
tube, air di shell
2. Viscosity minyak pelumas > air, berpotensi menyebabkan fouling, sehingga
minyak pelumas di alirkan di tube
3. Temperature minyak pelumas > air, sehingga minyak pelumas dialirkan di tube,
air di shell
4. Minyak pelumas tidak memiliki sifat corrosive, sehingga dapat digunakan bahan
carbon steel

2. Skenario Thermal Design

step 1

step 10

Spesifikasi

Menentukan baffle spacing dan


memperkirakan shell side heat
transfer coefficient

Menentukan besarnya beban


Membuat neraca energy jika
dibutuhkan untuk di
kalkulasikan laju alir yang tidak
diketahui atau temperatur

Step 11
Kalkulasikan overall heat transfer
coefficient termasuk fouling factors
Uo catc

step 2
Mengumpulkan sifat fisik

no
0<

Langkah 3
Asumsikan nilai overall
koefisien Uo ass

Set Uo

ass

= Uo ass

Step 12
step 4

yes

Menentukan tube and shell side


pressure drop

Menentukan number of shell


and tube passes, kalkulasikan
Tlm, correction factor, F, dan
Tm.

step 5

< 30%

Pressure drop tanpa


spesifikasi ?

no

Menentukan heat transfer


area yang dibutuhkan: Ao =
q/U0 ass Tm.

step 6

step 13

Menentukan tipe, ukuran


tube, material layout assign
fluida untuk bentuk shell or
step 14
tube

yes

Menentukan cost of exchanger

step 7
Kalkulasikan number of tubes

yes

Bisakah mendesain
yang optimal dengan
mengurangi biaya ?

step 8
Kalkulasikan diameter shell

no
Desain diterima

step 9
Kalkulasikan tube-side
koefisien heat transfer

Step 1 . spesifikasi
Dasar dari penentuan desain heat exchanger adalah persamaan 12.1 buku Coulson, yaitu :

= laju transfer panas (W)


= overall heat transfer coefficient (W/m2 oC)
= luas permukaan tansfer panas (m2)
= mean temperature difference (oC)

Dari persamaan diatas, kita dapat mencari nilai Q, dan dapat menentukan nilai U dengan
melihat grafik atau dengan trial dan error. Variabel yang akan kita cari disini adalah A dan
Tm. Kita dapat mencari nilai Q dan U dengan melihat spesifikasi yang diberikan konsumen :
Minyak Pelumas

Air

Flow rate = 20000 kg/h

Flow rate = 70000 kg/h

T1 = 100oC

t1 = 30oC

T2 = 60oC

t2 = ?

Fouling Factor = 0,0005 (W/m2 OC)-1

Fouling Factor = 0,001 (W/m2 OC)-1

(Data diambil dari Chemical Engineering Design 6th Edition oleh Coulson, halaman 640)
Pressure drop yang diizinkan < 10 psi (mengambil asumsi umum)

Spesifikasi di atas belum dikatakan lengkap, karena kita harus mengetahui variabel t2 dan
juga heat transfer rate (Q). Untuk menentukan Q, kita harus mengetahui temperatur rata-rata
dari air terlebih dahulu untuk mengetahui besarnya specific heat capacity yang harus kita
gunakan dengan persamaan :

Pada temperatur 80oC, specific heat capacity untuk minyak pelumas yang kita dapatkan dari
data adalah 1,9 kJ/kgoC. Nilai-nilai ini kita masukkan ke persamaan untuk mencari heat
transfer rate yang ada di buku Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, yaitu
:

Untuk mendapatkan nilai t2, kita dapat menggunakan neraca energi yang telah kita dapatkan
tadi, dengan menggunakan specific heat capacity untuk air pada temperatur 30oC yaitu 4,189
kJ/kgoC (data didapat dari buku Elementary Principles of Chemical Process)

= 39,1oC
Sehingga nilai temperature rata-rata dari air :

Step 2 :Menentukan physical properties fluida


Physical properties fluida didapatkan dari buku Process Heat Transfer karangan Kern, dimana
fluid properties untuk Minyak pelumas dan air :

Minyak Pelumas

Dynamic viscosity = 1 x 10-5 m2/s

Air

inlet

mean

outlet

temperature

30

34,5

39

specific heat

4,18

4,18

4,18

kJ/kg oC

thermal conductivity

618

623,85

629,7

x 10-6W/m oC

density

995,2

994,12

993,04

kg/m3

viscosity

797

740,3

683,6

x 10-6 kg/m.s

Step 3 : Menentukan overall coefficient


Untuk heat exchanger tipe shell and tube, overall coefficient dapat dilihat melalui tabel 12.1
dan gambar 1.2 dimana :

Dan dari grafik dan berdasarkan tabel didapatkan data U = 60-300 W/m2 oC, kita bisa
menggunakan yang paling rendah yaitu 60 W/m2 oC.
Untuk nilai yang lebih akurat, kita dapat menggunakan persamaan pada section T-1.3 buku
TEMA Edisi 9 yaitu :
[(

)( )

)]

Dimana :
= overall heat transfer coefficient
= film coefficient pada shell
= film coefficient pada tube
= fouling resistance pada permukaan luar tube
= fouling resistance pada permukaan dalam tube
= ketahanan dinding tube sampai permukaan luar dari dinding tube
= ratio dari permukaan outside dan inside tube
= Fin eficiency (jika ada)

Untuk menggunakan rumus ini, kita perlu mengetahui film coefficient shell dan tube, luas
permukaan tube, dan fouling resistance dari tube. Tetapi kita belum bisa menggunakan rumus
ini karena kita belum mengetahui secara pasti tube berukuran apa dan material apa yang akan
kita gunakan.

Step 4 : Tipe HE dan dimensi


Untuk menyederhanakan pipework dari HE, maka kita asumsikan bahwa posisi nozzle inlet
danoutlet berada di sisi yang sama dari HE. Sehingga kita dapat menggunakan figure berikut
:

Karena minyak pelumas merupakan fluida dengan viskositas tinggi (diatas air), maka kita
akan menggunakan jumlah tube and shell pass yang sedikit untuk meminimalkan kerja

pompa untuk mengalirkan fluida. Kita dapat mencoba untuk membuat desain dengan
menggunakan 1 shell pass dan 2 tube passes.
Sebelum menentukan luas permukaan transfer panas, pertama-tama, kita harus mencari nilai
log mean temperature differences, yaitu perbedaan dari temperatur inlet dan outlet dari kedua
fluida dengan persamaan 12.4 buku Coulson :
Tlm

T1 t2 (T2 t1 )
T t
ln 1 2
(T2 t1 )

Tlm =

) (

)
(

= 43,64 oC

Dengan menggunakan 1 shell pass dan 2 tube passes, kita dapat mencari R dan S. Dimana
persamaan R dan S dapat kita temukan dari bagian figure T-3.2a buku TEMA edisi 9.
(

=(
=

= 4,39
= 0,13

S menunjukkan efisiensi temperatur. Kemudian kita harus mencari correction factor dari HE
tipe ini. Correction factor atau Ft dapat ditentukan dengan melihat grafik di T-3.2a buku
TEMA Edisi 9.

Namun untuk perhitungan yang lebih akurat, kita dapat menentukan nilai correction factor
dengan menggunakan persamaan pada buku Coulson halaman 656, persamaan 12.8 :
)

(
(

[(

) (

)]

)+

)+

(
(

]
)

Nilai Ft adalah 0,96, dimana nilai ini masih dibawah nilai toleransi. Dari data yang telah
didapat, kita dapat mencari nilai Mean Temperature Difference dari persamaan 12.5 buku
Coulson yaitu :

Sehingga didapat nilai Tm = 41,89oC.

Step 5 : Menentukan Heat Transfer Area


Mencari heat transfer area dapat kita gunakan persamaan pada section 7 T-1.2 buku TEMA,
yaitu :

Step 6 : Layout and Tube Size


-

Karena fluida yang mengalir di heat exchanger merupakan fluida yang memiliki
viskositas tinggi, dan minyak pelumas merupakan fluida yang masih banyak
mengandung impurities, kita perlu mempertimbangkan untuk menggunakan heat
exchanger yang mudah untuk dibersihkan, karena impurities berpotensi untuk
menimbulkan fouling dan scaling jika dibiarkan. Maka dari itu, kita akan
menggunakan heat exchanger dengan internal floating head dari buku Coulson
halaman 653, atau jika dilihat di buku TEMA Edisi 9, kita menggunakan HE jenis
AES (figure N-2) . Kelebihan dari heat exchanger jenis ini adalah serba guna, cocok
untuk sistem yang memiliki nilai temperatur differensial yang tinggi, mudah dalam
pelepasan tube dari bundle, dan lebih mudah dibersihkan jika kita menggunakan

fluida viscous. Di dalam HE kita tambahkan split ring untuk mengurangi besarnya
clearance yang dibutuhkan, agar tidak terjadi aliran bypass yang berlebihan dan
leakage.

Air dan minyak pelumas tidak memiliki sifat korosif, sehingga kita dapat
menggunakan carbon steel biasa untuk material shell dan tube.

Karena minyak pelumas lebih viscous dan memiliki impurities yang berpotensi untuk
menimbulkan fouling dan scaling, maka kita harus menempatkan minyak pelumas di
dalam tube, dan air di dalam shell.

Untuk ukuran tube, kita menentukan dengan melihat range tube diameter yang sering
digunakan, yaitu 5/8 (16 mm) sampai 2 in (50 mm). Kita akan menggunakan range
diameter kecil (5/8 sampai 1 inch) karena lebih mudah dalam pemasangan, serta lebih
murah dalam biaya pembuatan. Karena fluida yang akan kita gunakan viscous, maka
kita akan gunakan yang lebih besar dari 5/8 inch, asumsikan kita menggunakan tube
inch, digunakan inch karena menurut buku Coulson, ukuran ini paling baik
digunakan untuk trial. Dengan outside diameter (19,05 mm) dan material tube
carbon steel, kita melihat data di tabel RCB-2.21 Section 5 buku TEMA, didapat nilai
inside diameter 14,83 mm.

Untuk panjang tube, kita menggunakan panjang optimum yang diberikan di buku
Coulson pada halaman 645, yaitu sekitar 5-10 m. Kita akan mengambil nilai terkecil
dan paling sering digunakan yaitu 5 m.

Untuk tube arrangements, kita akan menggunakan pattern triangular agar besarnya
heat transfer rate lebih tinggi, namun menyebabkan pressure drop yang lebih besar
dari square atau rotated square. Untuk jarak antar tube atau tube pitch, menurut buku

Coulson, biasanya akan memiliki besaran 1,25 kali lebih besar dari outside diameter
tube yang digunakan. Karena OD tube inch adalah 19,05 mm, maka = 19,05 mm x
1,25 = 23,81 mm.
Step 7 : Number of Tubes and Tube Properties
Pertama-tama kita harus menghitung luas permukaan dari satu tube :

Karena nilai Ao yang kita dapatkan pada step 5 adalah 70,86 m2, maka kita dapat mencari
jumlah tube yang harus kita gunakan, adalah :

Karena kita menggunakan heat exchanger dengan jumlah tube pass 2 passes, maka jumlah
tube untuk tiap pass adalah : 52/2 = 260 tube per pass.
(

Menurut buku Coulson halaman 660, fluida proses yang mengalir pada tube side harus
memenuhi nilai pada range 1 2 m/s, sehingga tube side velocity yang kita hitung memenuhi
syarat.

Step 8 : Bundle and Shell Diameter


Data untuk K1 dan n1 untuk jumlah 2 tube pass adalah dari tabel 12.4 buku Coulson :

Diameter bundle menggunakan persamaan 12.3b :


(

Shell clearance untuk split ring floating heat exchanger didapat dari figure 12.10 buku
Coulson :

Dari grafik didapat nilai 56 mm, sehingga ID shell :

Step 9 : Tube Side Heat Transfer Coefficient

Pr (didapat dari data) = 140

Untuk mencari Nusselt Number kita perlu mengetahui besaran jh yaitu didapat dari grafik
12.23 buku Coulson :

Dari gambar 12.23 ,didapatkan :


=7x
Dari persamaan 12.14 buku Chemical Engineering Design, Coulson didapatkan :
(

Dari persamaan 12.12 dalam buku yang sama, Stanton Number dapat dicari dengan :

Dengan mensubstitusi persamaan 12.12 dan 12.14, didapat persamaan 12.15 pada buku
Coulson, yaitu :

Nu= 7 x

(2061).(140)

= 73,68

Dari persamaan 12.15 buku Chemical Engineering Design, Coulson :


(

Sehingga untuk mencari heat transfer koefisien dengan menggunakan persamaan bilangan
Nusselt menjadi :

) = 665,75

= 73,68 x(
Dengan

60

C, maka nilai hi memenuhi spesifikasi ini .

Step 10. Shell Side Heat Transfer Coefficient


Untuk menentukan shell side heat transfer coefficient digunakan metode Kerns .
Pertama di ambil jarak baffle =

= 270,2924 mm/5 = 54,05 mm. dimana dari jarak itu

seharusnya perpindahan panasnya baik tanpa penurunan tekanan .


Dengan menggunakan persamaan 12.21 dari buku Coulson :
(

As =

mm2 = 0,002921 m2

Kemudian nilai tersbut digunakan untuk persamaan 12.23 :

( 23,812- 0,917 x 19,052) = 13,52 mm

de =

Volumetric flow-rate on shell-side = 1 kg/s x


Shell-side velocity =

= 0,0010059 m3/ s

= 0,34437 m/s
= 5739,94 (5,74 x 103)

Re =
Pr =

= 5,35

Di gunakan segmental baffles dengan 25%. Dengan perpindahan panas coefficient tanpa
pressure drop yang tinggi.

Dari gambar 12.29, didapatkan jh = 2,2x 10-2 .


Dengan mengabaikan viscosity correction digunakan persamaan12.25 dari buku untuk
mencari hs:
hs= (

x 5,74 x 103 x 5,350,33 = 10,1343

) x 2,2x

Step 11 . Overall Coefficient


=(
Uo = 58,6

+ 0,001

C ( persamaan 12.2)

Ini di bawah perkiraan diatas dimana : 60

C . kemudian jumlah tube dapat dikurangi.

Tetapi dilihat dulu pressure drop nya .

Step 12. Pressure Drop


Tube side
Tube= 52 ,dengan 2 passes, tube i.d. 14,83 mm, ut 1,39 m/s
Re = 2,061 x 103 . dari gambar 12.24 , jf = 7 x 10 -3.
t

= 2( 8 x 2,2 x 10-2 .(

= 31347 N/m2 = 4,54 psi


Shell Side
s

= 1 ( 8 x 7 x 10-3 .(

= 1,8 psi

(persamaan 12.20)

Desain diatas sudah memenuhi spesifikasi, sehingga desain dapat diterima.

SUMMARY OF DESIGN
1. Split ring, floating head, 1 shell pass, 4 tube passes.
2. 360 carbon steel tubes, 5 m long, 19,05 mm o.d., 14,83 mm i.d., triangular pitch,
pitch 23,8 mm.
3. Heat transfer area 15,12 m2 (didasarkan outside diameter)
4. Shell i.d.,270,2924 mm , baffle spacing 140 mm, 25% cut.
5. Tube side coefficient 665,75 W/m2 C
6. Shell side coefficient 10,1343 W/m2 C
7. Overall coefficient, estimated 60 W/m2 C
8. Overall coefficient, required 58,6 W/m2 C
9. Dirt / Fouling factor :
a. Tube-side (minyak pelumas) 0,0005 (W/m2 C)-1
b. Shell-side (air) 0,001 (W/m2 C)-1
10. Pressure drop :
a. Tube-side, estimated 4,54 psi, + 0,000145 for nozzles, specified 10 psi overall
b. Shell-side, estimated 1,8 psi + 0,000145 for nozzles, specified 10 psi overall

Anda mungkin juga menyukai