Anda di halaman 1dari 2

Hukum Qadha Puasa Bagi Orang yang Membatalkan Puasa Tanpa Udzur Syari

Friday, 18 July 2014 00:00


Diasuh Oleh: Ust M Shiddiq Al Jawi
Tanya :
Ustadz, jika orang membatalkan puasa secara sengaja tanpa
udzur syari, apakah ada kewajiban qadha atas orang itu?
Bagaimana dengan hadits yang menyebutkan lam yaqdhi
shiyamud dahri wa in shaamahu (dia tak akan dapat mengqadha`nya dengan puasa satu tahun, meskipun dia melakukan
puasa satu tahun)?

Jawab :
Para ulama berbeda pendapat mengenai orang yang dengan sengaja tak berpuasa atau berpuasa
tapi membatalkannya tanpa udzur syari, misalnya sakit atau dalam perjalanan. Ada dua
pendapat sbb; Pertama, pendapat jumhur ulama yang mengatakan orang tersebut wajib
mengqadha`. Dalam kitab Rahmatul Ummah fi Ikhtilafil A`immah disebutkan,Mereka [Imam
Abu Hanifah, Malik, Syafii, dan Ahmad] sepakat bahwa orang yang sengaja makan atau minum
pada siang hari pada bulan Ramadhan sedang dia dalam keadaan sehat dan mukim (tak dalam
perjalanan), maka dia wajib mengqadha`... (M. Abdurrahman Ad Dimasyqi, Rahmatul Ummah fi
Ikhtilafil A`immah, hlm. 93).
Dalil wajibnya qadha` adalah hadits dari Abu Hurairah RA yang diriwayatkan Imam Dawud
mengenai seorang laki-laki yang menggauli istrinya pada siang hari bulan Ramadhan. Pada
ujung hadits, Rasulullah SAW bersabda, Dan berpuasalah satu hari [sebagai gantinya] dan
mintalah ampun kepada Allah [wa shum yauman wastighfirillaah]. (HR Abu Dawud, no 2393).
Jumhur ulama mengatakan hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan wajibnya qadha` bagi
orang yang sengaja berbuka (membatalkan puasanya) tanpa udzur syari. (Imam Shanani,
Subulus Salam, 2/164; Said Al Qahthani, Al Shiyam fil Islam, hlm. 288; Ahmad Huthaibah, Al
Jami li Ahkam Al Shiyam, hlm. 138).
Kedua, pendapat sebagian ulama, seperti Imam Ibnu Hazm dan Imam Ibnu Taimiyyah, yang
mengatakan bahwa qadha` tidak disyariatkan bagi orang tersebut. Dalilnya, hadits dari Abu
Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,Barangsiapa berbuka pada satu hari dari bulan
Ramadhan tanpa suatu rukhsah yang diberikan Allah kepadanya maka dia tak akan dapat mengqadha`nya dengan puasa satu tahun (lam yaqdhi anhu shiyaam ad dahr). (HR Abu Dawud, no
2396; Ibnu Majah no 1672; Ad Darimi 2/10; Ahmad, 2/376).
Dalil lainnya, pendapat sebagian shahabat seperti Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khaththab, Ali
bin Abi Thalib, Ibnu Masud, dan Abu Hurairah yang tak mewajibkan qadha` bagi orang yang
sengaja berbuka tanpa udzur syari. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, 2/359; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al

Islami wa Adillatuhu, 3/108; Abdurrahman Al Harafi, Ahkamush Shiyam, hlm. 45).


Pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat jumhur ulama, yang mewajibkan qadha` bagi orang
yang membatalkan puasa secara sengaja tanpa udzur syari. Ada dua alasan; pertama, bahwa
hadits Abu Hurairah RA bahwa orang yang berbuka tanpa rukhsah tak akan dapat meng-qadha`
puasanya walau puasa setahun, adalah hadits yang dhaif (lemah). (Nashiruddin Al Albani,
Dhaif Sunan Abi Dawud, hlm. 517).
Alasan kelemahannya, karena ada seorang periwayat hadits bernama Abu Muthawwas yang
majhul (tak diketahui dengan jelas identitasnya). Demikian sebagaimana dijelaskan oleh Imam
Bukhari dalam At Tarikh Al Kabir, Imam Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari, dan Imam
Ibnu Hazm dalam Al Muhalla. Imam Ibnu Hazm berkata,Abu Muthawwas tidaklah terkenal
sifat keadilannya (ghairu masyhur bi al adalah). (Ibnu Hazm, Al Muhalla, 2/358;
Abdurrahman Al Harafi, Ahkamush Shiyam, hlm. 45).
Kedua, pendapat sebagian shahabat yang tak mewajibkan qadha, kedudukannya hanya sebagai
ijtihad yang boleh saja diikuti, namun bukan dalil syari. (Mahmud Uwaidhah, Al Jami li
Ahkam Al Shiyam, hlm. 55). Ijtihad shahabat dalam ilmu ushul fiqih disebut dengan istilah
mazhab al shahabi, yakni mazhab seorang shahabat. Para ulama berbeda pendapat apakah
mazhab al shahabi dapat menjadi hujjah (dalil syari) atau tidak. Namun yang rajih menurut
jumhur ulama adalah bukan dalil syari. Imam Taqiyuddin An Nabhani berkata,Madzhab
shahabat tidak termasuk dalil-dalil syari. [mazhab al shahabi laisa min al adillah al
syariyyah]. (Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, 3/417). Kesimpulannya, orang yang membatalkan
puasa secara sengaja tanpa udzur syari, wajib mengqadha`. Wallahu alam.[]

Anda mungkin juga menyukai