Disusun Oleh:
Kelompok 15
1.
(2011.029)
3. Riska Yuliana
(2011.103)
4. Leo Ardiansyah
(2011.074)
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
Jl. Kusuma Bangsa No.7A, Lamongan
Telp. (0322) 324352
Tahun Ajaran 2012 / 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANG
Luka bakar ( Combustio ) adalah suatu kejadian yang paling sering terjadi
di Indonesia dan negara lainnya. Luka bakar yang terjadi dapat disebabkan oleh
panas, listrik ataupun kimia. Dan kecelakaan luka bakar ini dapat terjadi dimanamana seperti di rumah, kantor ataupun tempat umum yang lainnya (mal, terminal).
80% kecelakaan yang menyebabkan luka bakar terjadi di rumah dan korban yang
terbanyak ternyata anak-anak, entah terkena air panas, tumpahan kuah sayur, api
dan lain sebagainya.
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian. Oleh sebab itu penderita luka bakar
memerlukan perawatan secara khusus, karena luka bakar berbeda dengan luka
tubuh lain (seperti tusuk, tembak atau sayatan). Ini disebabkan karena luka bakar
terdapat keadaan seperti mengeluarkan banyak air, serum, darah, terbuka untuk
waktu yang lama dan ditempati kuman dengan patogenitas tinggi (mudah
terinfeksi).
Oleh sebab itu, pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius
dimana dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Selain itu, diperlukan kerjasama dengan tim
medis yang lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi dan bahkan psikiater.
2 RUMUSAN MASALAH
Masalah yang diangkat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
2.1 Jelaskan pengertian dari luka bakar?
2.2 Jelaskan fase-fase luka bakar?
2.3 Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
2.4 Jelaskan klasifikasi dari luka bakar?
2.5 Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratandari luka bakar?
TUJUAN
3.1 Tujuan Umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Gas
2.3.2
Cairan
2.3.3
3.6
Sedang bila :
3.6.1 Derajat 2 dengan luas 15 25 %.
3.6.2 Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka, kaki
dan tangan.
3.7
Ringan bila :
3.7.1
3.7.2
MANIFESTASI KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat
3 atau lebih dari keadaan berikut :
4.1 Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
Bahan Kimia
Termis
Radiasi
Listrik
LUKA BAKAR
Pada muka dan
leher
Nyeri
Kerusakan
Kerusakan kulit
integritas kulit
Kerusakan mukosa
Penguapan6 meningkat
Obstruksi jalan
Odema
Gagal
nafas
laring
nafas
Peningkatan
pembuluh
Cairan Intravaskuler
Ekstravasasi
cairan
(H2O,
KP:
Hipovolemia
darah
kapiler
menurun
Elektrolit,
Protein)
Potensi
masuknya
kuman
SIRS
KP: Sepsis
Tekanan onkotik
menurun
MK:
Ketidakefektifan
pola nafas
KP :
hipoksemia
1. Trakheostomi
2. Berikan O2 aliran
rendah
Pemberian
Antibiotik sesuai
program
Rawat luka
Pemberian
cairan infus
MK :
6 PENEGAKAN DIAGNOSIS :
6.2 Tergantung derajad luka bakar.
6.3 Luas permukaan
6.4 Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit
perawatan dan mudah kontraktur.
6.5 Usia dan kesehatan penderita.
7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
7.1 secara klinis
7.2 Laboratorium : Hb, Hematokrit, Electrolit dsb
8 PENATALAKSANAAN.
7
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita
trauma trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.
8.1 Evaluasi Pertama (Triage)
8.1.1 Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan
meliputi
airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan
intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan
volume
sirkulasi
8.1.2 Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang
steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar
dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan
trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami
patah tulang punggung / spine.
8.1.3 Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui
penderita
terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma
inhalasi
yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya
terjadi,
serta ditanyakan penyakit penyakit yang pernah di alami
sebelumnya.
8.1.4 Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar
sedang atau ringan. 1) Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule
of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya. 2) Ditentukan
kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)
tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air
dicampur Salvon 1 : 30
8.2.12 Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati
(eskar)dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis
jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah.
Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan
melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
8.2.13 Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi beda
luka telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative
lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur
operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar
yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang
tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting
merupakan tindakan definitive penutup luka yang luas. Tandur alih
kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh sembuh dalam waktu
2 minggu dengan diameter > 3 cm.
Dewasa
4,5%
4,5 %
Dada
9%
Punggung atas
9%
Perut
9%
Punggung bawah
9%
Kelamin
1%
4,5 %
4,5 %
Tungkai depan
9%
Tungkai belakang
9%
Total:
100%
10
.
Bayi
Kepala dan Leher
21%
13%
13%
Lengan
10%
Tungkai
13,5%
Bokong
5%
Alat kelamin
1%
11
9 KOMPLIKASI
9.1 Syok karena kehilangan cairan.
9.2 Sepsis / toksis.
9.3 Gagal Ginjal mendadak
9.4 Peneumonia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis, no. Register.
2. Keluhan utama
Biasanya pada luka bakar akan mengalami peningkatan panas dalam tubuh
dan disertai nyeri pada daerah yang terbakar..
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit luka bakar biasanya terjadinya karena kontak dengan
suhu tinggi, seperti : api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.
12
13
Radiologi.
Pemeriksaan laboraturium.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan inhalasi asap, luka bakar
sekitar leher dan trauma panas.
2. KekuranKgan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga intestinal.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit, jaringan
traumatik.
4. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan, pembentukan
edema.
5. Resiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan luka bakar.
6. Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan bakar, nyeri,
penurunan kekuatan dan tahanan.
7. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman kematian atau
kecacatan.
INTERVENSI
1. Diagnosa 1
Tidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan inhalasi asap, luka bakar
sekitar leher, dan trauma panas.
Tujuan : jalan nafas efektif dalam waktu 1 jam.
KH :
Intervensi
1. Kaji refleks gangguan /menelan ; perhatikan pengaliran air liur,
ketidakmampuan menelan, sesak, batuk mengi.
R / : Dugaan cedera inhalasi.
2. Awasi frekuensi ; irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya
pucat / sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.
R / : Takepnea, penggunaan otot bantu, sianosis, dan perubahan sputum
menunjukkan terjadi distress pernapasan / edema paru dan
kebutuhan intervensi medik
3. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal dibawah
kepala, sesuai indikasi.
R / : Meningkatkan ekspansi paru optimal / fungsi pernafasan.
4. Dorong batuk / latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.
R / : Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi, dan drainase sekret
5. Awasi 24 jam keseimbangan cairan, perhatikan variasi / perubahan.
R / : Perpindahan cairan atau kelebihan pengganti cairan meningkatkan
resiko edema paru.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
R / : O2 memperbaiki hipoksia / asidosis. Pelembab menurunkan
pengeringan saluran pernafasan dan menurunkan viskositas
sputum.
2. Diagnosa 2
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari
inhalasi intrabaskuler ke dalam rongga intestisial.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi dalam waktu 1 x 24 jam.
KH : - Haluaran urin individu adekuat.
- Tanda vital stabil.
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital
15
3. Diagnosa 3.
Resiko infeksi sehubungan dengan kerusakan perlindungan kulit, jaringan
traumatik
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
KH : - Penyembuhan luka tepat waktu.
- Bebas eksudat purulen.
- Tidak demam.
Intervensi :
1. Implementasi teknik isolasi yng tepat sesuai indikasi.
R / : Untuk menurunkan resiko kontaminasi silang flora bakteri
multipel.
2. Tekanan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk
R / : Mencegah kontaminasi silang : menurunkan resiko infeksi.
16
3. Cukur / ikat rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci batas
(termasuk bulu alis). Cukur rambut wajah (pria) dan beri sampo pada
kepala dua hari sekali.
R / : Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri, namun alis mata
bertindak sebagai pelindung mata, pencucian secara teratur
menurunkan keluarnya bakteri keluka bakar.
4. Periksa luka setiap hari, perhatikan / catat perubahan penampilan, bau,
atau kualitas drainase.
R / : Mengidentifikasi adanya penyembuhan (granulasi jaringan) dan
memberi deteksi dini infeksi luka bakar.
4. Diagnosa 4.
Nyeri sehubungan dengan kerusakan kulit / jaringan, pembentukan edema.
Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam.
KH : -
Intervensi
TTV normal.
17
BAB IV
4.1
KESIMPULAN
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang
memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek
dengan biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas
karena beberapa faktor penderita, factor pelayanan petugas, factor fasilitas
pelayanan dan faktor cideranya. Untuk penanganan luka bakar perlu perlu
diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar, derajat.
4.2
SARAN
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
memahami tentang pengertian, frekuensi penderita, etiologi, manifestasi
klinik, pengobatan dan pragnosis dari Luka Bakar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Noer. Sjaifudin M.,2006. Penanganan Luka Bakar. Airlangga University Press.
David S. Perdanakusuma.,2006. Penanganan Luka bakar. Airlangga University
Press.
Sjamsuhidajat R, Wim De Jong.,2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
19