Oleh
KETANG WIYONO
(NIM. 0908074)
Dasar
Negara
Republik Indonesia
Tahun
1945
kesejahteraan
bagi
guru
yang
kualifikasi
akademik
dan
atau kompetensi minimal yang disyaratkan, dan hal ini hanya akan terwujud
apabila program sertifikasi dilakukan secara obyektif dan valid. Selain itu,
sertifikasi juga harus berkeadilan, dalam arti prioritas kesempatan untuk
mengikuti sertifikasi berdasarkan atas berbagai faktor yang merupakan indikator
kualitas dan prestasi guru di lapangan, seperti kesenioran (usia, kualifikasi
akademik, pengalaman akademik,kepangkatan), prestasi kerja sehari-hari yang
dinilai oleh atasan dan teman sejawat, dan kinerja profesional yang diperlihatkan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan demikian mudah dipahami bahwa
program sertifikasi yang dilaksanakan secara obyektif, valid dan berkeadilan akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja guru dan selanjutnya akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.
dianggap
cocok
dengan
materi
pembelajaran,
termasuk
di
dalamnya
Dari ketiga ciri perkerjaan profesional yang disebutkan di atas, lalu apa
ciri-ciri guru yang profesional dan apa saja yang harus dibekali oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan untuk menghasilkan calon-calon guru yang
profesional? Berikut marilah kita simak ciri-ciri guru yang profesional. Ada tujuh
komponen yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
guru yang profesional, yaitu :
a.
Guru sebagai sumber belajar; Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan
erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang
informasi
perkembangan
menuntut
teknologi
setiap
mutakhir.
guru
untuk
Melalui
dapat
mengikuti
teknologi
informasi
guru
berperan
dalam
menciptakan
iklim
belajar
yang
dalam
melaksanakan
fungsi
perencanaan
diantaranya
d.
e.
Guru sebagai pembimbing; Seorang guru dan siswa seperti halnya petani
dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya
cepat tumbuh dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan
berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada
waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar
tanamannya itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama dan penyakit
yang bisa menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan
sehat, hingga tanaman menghasilkan buah. Demikian juga halnya seorang
guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ini atau jadi itu.
Siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tugas
guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensinya. Agar guru dapat berperan sebagai
pembimbing, ada dua hal yang harus dimiliki. Pertama, guru harus
memahami anak didik yang sedang dibimbingnya. Misalnya memahami
tentang gaya dan kebiasaan belajarnya, memahami potensi dan bakatnya.
Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik
merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, maupun
merencanakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan
dengan baik, manakala sebelumnya guru merencanakan hendak dibawa
kemana siswanya, apa yang harus dilakukan, dan lain sebagainya.
f.
10
g.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
11
soalsoal yang biasa keluar dalam tes. Oleh karena itu evaluasi semestinya
juga dilakukan terhadap proses pembelajaran. Hal ini sangat penting sebab
evaluasi terhadap proses pembelajaran pada dasarnya evaluasi terhadap
keterampilan intelektual secara nyata.
kesadaran
terhadap
kesulitan-kesulitan
konsepsi,
melatih
12
13
14
yang
menjadi
tolok
ukur
keberhasilan
proses
pembinaan.
Membina
15
serta
proses
perbaikan/peningkatan
dilaksanakan
secara
16
4.
5.
6.
B. TINGKAT PROVINSI
Program pembinaan profesionalisme guru ditingkat Provinsi dilaksanakan
oleh LPMP atau Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan yang berada dibawah
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Departemen Pendidikan Nasional yang berada di Provinsi. LPMP dikembangkan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 tanggal
4 Juli 2003. Adapun Tugas Pokok LPMP adalah melaksanakan Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah di provinsi berdasarkan kebijakan nasional dan
memiliki fungsi :
1. Pengukuran dan evaluasi pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah
2. Perancangan model-model pembelajaran di sekolah sesuai dengan kebutuhan
provinsi dan standar mutu nasional
3. Fasilitasi lembaga pendidikan dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil
belajar
4. Fasilitasi lembaga pendidikan dalam pengelolaan sumber daya pendidikan
5. Fasilitasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik
dan tenaga kependidikan
6. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan
18
C. TINGKAT KABUPATEN
Program
pembinaan
profesionalisme
guru
ditingkat
Kabupaten
19
khususnya dalam mata pelajaran yang digeluti. Hal-hal baru tersebut di zaman
sekarang tidak sulit dicari, dengan mengakses internet banyak sekali bahan-bahan
yang dapat didiskusikan dalam setiap pertemuan MGMP-IPA. Guna mengatur
semua itu, setiap guru anggota MGMP-IPA dapat ditugaskan untuk presentasi
hasil penelitian, makalah, artikel, pengalaman mengajar dalam menerapkan suatu
metode tertentu, pengembangan materi yang sudah dilakukan oleh guru mata
pelajaran di sekolahnya masing-masing,
20
5. Pemanfaatan ICT
IPA adalah mata pelajaran yang erat kaitannya dengan perkembangan
IPTEK, sehingga guru IPA-pun harus melek teknologi. Pada masa kini guru IPA
21
22
sistematik, analisis, evaluasi dan refleksi. Selanjutnya, dari hasil refleksi akan
ditentukan apakah perlu dilakukan tindakan dalam siklus berikutnya. Pada
umumnya rencana kedua tidak sama dengan rencana tindakan pertama atau
dilakukan penyempurnaan rencana sebelumnya berdasarkan hasil refleksi siklus
sebelumnya. Akhirnya penentuan kembali masalah pembelajaran. Tujuan
penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang
dapat diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk
memperbaiki praksis secara langsung, di sini dan sekarang (Raka Joni,1998).
9. Peran LPTK
Tuntutan terhadap lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin
dirasakan mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja.
Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang
memungkinkan peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing)
membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan antar lembaga
pendidikan akan semakin berat. Pengertian mutu terkadang sudah direduksi
dengan berkiblat kepada orientasi terhadap kekuatan dominan tertentu, karena
adanya persaingan tersebut. Mereka yang hadir di kemudian, dituntut bersaing
dengan mereka yang terlebih dahulu ada bahkan sudah lebih maju. Apa mungkin?
Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang
semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi LPTK untuk mengupayakan
cara-cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik
lainnya, yang antara lain dicapai melalui revitalisasi peran ilmu pendidikan dalam
rangka peningkatan mutu LPTK. Peningkatan mutu LPTK pada akhirnya juga
akan meningkatkan profesioanalisme guru yang notabene adalah out put dari
LPTK tersebut.
23
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam rangka
meningkatkan profesioanlisme guru mata pelajaran IPA ada beberapa hal yang
perlu kita perhatikan antara lain :
1. Bahwa guru adalah pekerjaan profesional yang harus disadari oleh guru itu
sendiri.
2. Pekerjaan profesional harus ditunjang oleh latar belakang pendidikan yang
sesuai dan menekankan pada keahlian pada bidang tertentu.
3. Guru perlu diberi kebebasan dalam mengelola proses belajar mengajar dan
harus bebas dari tekanan dan kepentingan yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Guru perlu diberi kebebasan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan profesionalisme-nya seperti MGMP, seminar, dan lainnya.
5. Dalam rangka peningkatan profesionalisme, guru IPA harus melek teknologi
(technology literacy).
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, J.M. (1990). Classroom Teaching Skills. Lexinton: D.C. Heath and
Company.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang meliputi Guru TK/RA,
Guru SD/MI,Guru SMP/MTs, Guru SMA/MA dan Guru SMK/MAK
untuk kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif
Peraturan Pemerintah R.I. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
Raka Joni, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kedua : Prosedur
Pelaksanaan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah,
Ditjen Dikti.
Sallis, E. (1993).Total Quality Management in Education. London: Kogan Page
Limited
Satori, D. (1983).Pelayanan Profesional Bagi Guru-guru. Bandung: Pustaka
Martiana
24
25