: Epidemologi
Dosen
Oleh :
Nama
MASYKUR KHAIR
Stambuk
Kelas
Aliran Nafsian yang dikembangkannya itu bertujuan untuk menggantikan doktrindoktrin kedokteran yang dicetuskan pendahulunya yakni Ibnu Sina alias Avicena dan
Galen seorang dokter Yunani. Al-Nafis menilai banyak teori yang dikemukakan
kedua dokter termasyhur itu keliru. Antara lain tentang denyut, tulang, otot, panca
indera, perut, terusan empedu, dan anatomi tubuh lainnya.
Guna meluruskan teori dan doktrin kedok teran yang dianggapnya keliru itu, al-Nafsi
lalu menggambar diagram yang melukiskan bagian-bagian tubuh yang berbeda dalam
sistem fisiologi (kefaalan) yang dikembangkannya. Dalam Kitab Sharh al-Adwiya alMurakkaba, al-Nafis mengomentari Canon of Medicine karya Ibnu Sina.
Dalam bidang fisiologi, al-Nafis mengungkapkan, ''Darah dari kamar kanan jantung
harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjembatani
kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang.'' Al-Nafis pun menambahkan,
Dan bukan seperti apa yang dipikirkan Galen, tak ada pori-pori tersembunyi di
dalam jantung. Darah dari bilik kanan harus melewati vena arteriosa (arteri paru-paru)
menuju paru-paru, menyebar, berbaur dengan udara, lalu menuju arteria venosa (vena
paru-paru) dan menuju bilik kiri jantung dan bentuk ini merupakan spirit vital.
5. Qusta ibnu Luqa
Qusta ibnu Luqa dikenal sebagai salah seorang penerjemah dan penulis buku terkemuka
di abad ke-10 M. Salah satu karyanya yang terkait dengan isu lingkungan adalah risalah
tentang penyakit menular. Ibnu Luqa mengungkapkan, penyakit menular berpindah dari
tubuh yang sakit ke tubuh yang sehat. Sedangkan penularannya melalui berbagai macam
cara antara lain, melalui udara di sekitar penderita dan melalui infeksi.
Dalam risalahnya, dia juga menerangkan hubungan antara penyakit menular dengan
polusi lingkungan. Polusi yang berasal dari bumi antara lain; uap dari hutan dan rawarawa, asap dari gunung berapi, dan asap dari jenazah yang dibakar. Lingkungan yang
banyak polusinya membuat penyakit menular bisa menular dengan lebih cepat.
Ia juga mengungkapkan, faktor ekstrem dari langit juga bisa membuat orang-orang
menjadi mudah sakit, antara lain; panas yang sangat ekstriem pada musim panas dan
dingin yang sangat ekstrim pada musim dingin. Dalam cuaca yang sangat ekstrem, papar
Ibnu Luqa, kekebalan tubuh manusia cenderung menurun.
Salah satu karya besar yang ditulis Ibnu Luqa adalah buku pedoman kesehatan bagi para
jamaah haji yang berjudul Medical Regime for the Pilgrims to Mecca. Buku tersebut
berisi petunjuk kesehatan bagi para jamaah haji yang akan menghadapi lingkungan
ekstrem di kota Makkah.
Beberapa bab dalam buku tersebut juga berisi tentang kaitan antara lingkungan dengan
penyakit diantaranya: Pada bab empat, Ibnu Luqa membahas tentang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh hembusan angin yang berbeda-beda. Selain itu, pada bab
enam, ia juga memaparkan tentang batuk dan pilek yang disebabkan oleh perubahan
cuaca dan bagaimana cara menyembuhkannya.
Pada bab ketujuh, Ibnu Luqa juga mengkaji tentang penyakit mata yang disebabkan oleh
debu dan angin serta cara menanganinya. Dalam bab kedelapan, sang ilmuwan
membahas tentang pengujian tentang berbagai macam air untuk mencari tahu jenis air
yang terbaik. Pada bab selanjutnya, Ibnu Luqa memaparkan cara memperbaiki air yang
telah terkontaminasi.
6. Al-Tamimi
Buku al-Tamimi mengenai hubungan antara ekologi dengan lingkungan bisa dibilang
cukup lengkap pada abad ke-10 M. Al-Tamimi membuat buku secara berseri, buku
tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: Pertama, berbagai macam tipe polusi udara di
negara-negara Islam dan hubungannya dengan kondisi geografi. Kedua, tentang berbagai
macam penyakit akibat polusi udara dan berbagai macam infeksi alami. Ketiga, tentang
prosedur hieginisasi lingkungan ketika epidemi penyakit terjadi. Keempat tentang cara
mengatasi polusi air. Kelima, cara merawat air di kolam dan berbagai macam polusinya.
Keenam, obat untuk menguatkan ketahanan tubuh. Ketujuh, tentang penggunaan
wewangian, musik dan terapi psikologi guna meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi.
Kedelapan, al-Tamimi juga membahas ciri-ciri cacar dan campak serta cara
mengobatinya. Kesembilan, sang dokter juga membahas tentang obat-obatan bagi
penderita masuk angin.
Selain buku tersebut, dia juga menulis buku tentang jus asam dan acar untuk mencegah
penyakit , buku berisi metode untuk memperbaiki tingkat kualitas udara, dan
meningkatkan ketahan tubuh dari penyakit.
7. Rufaidah binti Saad Al Bani Aslam Al-Khazraj
Rufaidah binti Saad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di
Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut
Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat
membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya
merawat kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat
dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan
dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW pun memerintahkan agar
para korban yang terluka di bantu oleh dia.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam
perang Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang
pertempuran untuk merawat mereka yang terluka dan rasul pun mengijinkannya. Inilah
dimulainya awal mula dunia medis dan dunia keperawatan.
Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim,
penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur dan empati sehingga
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan
sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan
sisi kemanusiaan ( human touch ) jadi seimbang.
8. Al-Zahrawi/Abulcasis (930-1013 M)
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat
Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan
di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah Abdel Rahman
III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan
khususnya masalah bedah.
Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, 'Al-Tastif Liman Ajiz'an
Al-Ta'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku itu digunakan
di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan
pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari
tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang
operasi gigi.
9. Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M)
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M).
Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di Eropa. Kontribusinya
dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb'
(Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya
berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran.
Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam
mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami kemunduran, seiring
runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan. sampai disini, penulis tidak akan
menjelaskan nasib Ilmu kedokteran masa kemunduran Islam. Karena sudah jelas Peradaban
Islam mengalami kematian. Oleh karena itu, dalam sub-bab selanjutnya penulis akan terus
menulusuri warisan-warisan peradaban Islam berkaitan dengan bidang ini. Karena banyak
sekali warisan peradaban Islam dalam bidang kedokteran, baik itu berupa teori-teori
pengobatan, lembaga-lembaga, beserta sistemnya.
Warisan-Warisan Peradaban Islam Dalam Bidang Kedokteran
Era kejayaan Islam, kegiatan kedokteran semakin maju pesat. Dokter-dokter Islam sangat
berjasa dengan kontribusinya pada dunia ilmu kedokteran. Hal ini dapat dilihat melalui
penemuan-penemuan mereka dalam menganilisis dan menemukan penyakit beserta obat
penawarnya, cara-cara pengobatan, institusi-intitusi pengobatan maupun pendidikan, serta
bangunan-bangunan lembaga tang berdiri kokoh hingga sekarang. Dibawah ini akan
dipaparkan warisan-warisan Islam yang dijelaskan diatas.
Penemuan-penemuan Islam Dalam Bidang Medis
1. Urologi, Bakteriologi, Anesthesia, Surgery, Ophthamology, Psikoterapi
Salah satu penemuan Islam yang juga diungkap oleh karya-karya Barat dalam bidang
medis adalah Urologi. Urologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus
menangani tentang penyakit ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Mengenai
cabang ilmu ini ditulis dalam kitab Prof. Rabie E Abdel-Halim, bertajuk Paediatric
Urology 1000 Years Ago. Dikitab ini disebutkan keberhasilan dunia kedokteran muslim
pada seratus tahun seribu tahun silam dalm bidang Urologi.
Dalam ilmu Urologi dikaji oleh empat dokter Islam dalam karyanya masing-masing. Kitab
keempat dokter tersebut ialah Kitab al-Hawi fi al-Tibb karya al-Razi, Risalah fi Siyasat asSibian wa- Tadbirihim, karya Ibnu al-Jazzar, kitab at-Tasrif li-man Ajiza an at-Talif,
karya Al-Zahrawi, dan Al-Qanun fi at-TIbb, karya Ibnu Sina. Dalam Urologi ini, mereka
membahas dan menganalisis penyakit ginjal dan yang lainnya dengan gejala-gejal yang
timbul tentunya. Mereka berhasil mengembangkan warisan-warisan ilmu medis YUnani
dan menciptakan penemuan baru.
Cabang-cabang Ilmu kedokteran yang tidak bias saya jelaskan semuanya dari ilmuwan
Islam, diantaranya Anesthesia, Surgery, Ophthamology, Psikoterapi. Bakteriologi, Ilmu
yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim yang banyak memberi
perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu Sina. Anesthesia, suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Ibnu Sina tokoh yang memulai mengulirkan ide
menggunakan anestesi oral. Ia mengakui opium sebagai peredam rasa sakit yang sangat
manjur.
Surgery, Bedah atau pembedahan adalah adalah spesialisasi dalam kedokteran yang
mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Dokter Islam yang
berperan dalam bedah adalah Al-Razi dan Abu al-Qasim Khalaf Ibn Abbas Al-Zahrawi.
Ophthamology, cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf
mata, otak serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi kontribusi pada
Ophtamology adalah lbnu Al-Haytham (965-1039 M).
Selain itu, Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan kontribusinya. Jasa mereka
masih terasa hingga abad 19 M. Psikoterapi, serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu
psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
Dokter Muslim yang menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.
2. Aneka Metode Terapi dalam Medis Islam
Kometerapi, Krometerapi, Hirudoterapi :
Kometerapi adalah metode peratan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel penyakit kangker. Perawatan ini berguna untuk menghambat kerja sel.
Dalam penggunaan modernnya, istilah ini merujuk kepada obat antineoplastik yang
digunakan untuk melawan kangker. Kometerapi pertama kali dikenalkan oleh dokter
legendaris muslim, Al-Razi. Al-Razi merupakan dokter pertama yang memperkenalkan
penggunaan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam penyembuhan. Zat-zat itu meliputi
belerang, tembaga, merkuri, garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, ter, aspal dan
alcohol.
Krometerapi merupakan metode perawatan penyakit dengan menggunakan warnawarna. Terapi ini merupakan terapi suportif yang dapat mendukung terapi utama.
Menurut praktisi krometerapi, penyebab dari beberapa panyakit dapat diketahui dari
pengurangan warna-warna tertentu dari system dalam menusia. Terapi ini
dikembangkan oleh Ibnu Sina. Ia mampu menggunakan warna sebagai salah satu
bagian paling penting dalam mendiagnosa dan perawatan. Seperti yang telah ia
ungkapkan dalam kitabnya, The Canon of Medicane, warna merupakan gejala yang
nampak dalam penyakit.
Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan
pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan pengobatan. Metode terapi ini juga diperkanalkan
oleh Ibnu Sina dalam karya yang sama. Tapi dalam kemajuannya, pengobatan dengan
lintah inidiperkenalkan lagi oleh Abdel-Latief pada abad ke-12 M. yang kurang lebih
menulis bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah
operasi pembedahan.