Anda di halaman 1dari 10

Yogyakarta | [Geofisika UGM] |

[Metode Suhu]
[PRAKTIKUM FGA 2016]

1. Latar Belakang
Panas dapat merambat dengan berbagai cara, yaitu dengan cara
konduksi, konveksi dan radiasi. Sinar matahari merambat secara
radiasi melalui udara dari matahari sampai ke permukaan bumi.
Setelah sampai di permukaan bumi, maka sinar matahari ini akan
merambat secara konduksi ke dalam tanah. Oleh karena itu, jika kita
melakukan pengukuran suhu dibawah permukaan tanah, kemungkinan
masih terpengaruh oleh suhu luar akibat pemanasan matahari.
Daya tembus matahari kedalam tanah terbatas hanya sampai
pada

kedalaman

kedalaman

lebih

dari
dari

tanah
nya

di

tempat

suhu

tersebut,

dipermukaan

artinya

pada

sudah

tidak

mempengaruhi. Dengan melakukan monitoring suhu dipermukaan dan


di berbagai kedalaman tertentu biosa diketahui nilai dari skin depth
dari tanah, dan dengan pengolahan lebih lanjut bisa diketahui
difusivitas dan konduktifitasnya.

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum metode suhu ini adalah untuk:
a.
b.
c.
d.

Mengetahui nilai Skin Depth Pada area penelitian


Mengetahui gradient suhu vertical terhadap kedalaman
Memetakan persebaran konduktivitas thermal area penelitian
Memetakan persebaran isothermal dari area penelitian

PAGE 1

3. Dasar Teori
Suhu merupakan variabel intensif, yaitu variabel yang nilainya
tidakbergantung pada massa sistem. Dasar yang digunakan dalam
pengukuran

suhuadalah

hukum

ke

nol

termodinamika,

yang

menyatakan : Jika dua buah bendamempunyai kesamaan suhu


dengan benda ketiga, maka kedua benda tersebut satu. dengan yang
lain mempunyai kesamaan suhu. Dengan kata lain jika benda A
danbenda B secara terpisah dalam keadaan setimbang termal dengan
benda C, makabenda A juga dalam keadaan setimbang termal dengan
benda B (Hadi, 1993).
3.1 Tinjauan matematika mengenai persamaan hantaran kalor
Konduksi adalah peristiwa perpindahan panas yang berasal dari
daerah yang bersuhu tinggi menuju ke daerah yang bersuhu lebih
rendah dalam suatu medium(padat, cair, atau gas) dan tidak diikuti
oleh perpindahan zat atau mediumnya (Kreith dan Priyono, 1994).
Hubungan
dasar
perpindahan
panas
secara
konduksi
dikemukakan oleh ilmuwan Perancis J. B. J Fourier pada tahun 1982.
Hubungan tersebut dalam satudimensi dirumuskan (Keith dan Priyono,
1994):

q=kA

T
x

Q adalah laju aliran konduksi (W), k merupakan konduktivitas


panas suatu bahan (W m C), A adalah luas penampang yang ditembus
tegak lurus oleh aliranpanas (m), sedangkan T adalah gradien suhu
atau laju perubahan suhu ( Cm).
Proses pemindahan panas ini menyebabkan aliran konduksi panas
q positif jika gradien suhu berharga negatif. Selain itu arah kenaikan
jarak x merupakan alirankonduksi panas positif, seperti ditunjukkan
dalam gambar 1.

PAGE 2

Jika gradien suhu , maka besarnya aliran konduksi panas suatu


bahan merupakan jumlah energi panas yang mengalir pada suatu
bahan tiap satu satuan luas.
3.2 Persamaan konduksi panas dalam tiga dimensi
Pada medium yang homogen k dianggap seragam, jika panas jenis
c setara kerapatan atau densitas dan tidak bergantung pada suhu
maka persamaan umumkonduksi panas dirumuskan (Kreit dan Priyono,
1994):
2

T T T 1 1 T
+ 2+ 2+ =
2
X Y Z k K t
K adalah difusitas panas (m s) dirumuskan:

K=

k
cp

Untuk sistem yang tidak mengandung sumber panas (q = 0),


persamaankonduksi panas yang memenuhi persamaan Fourier:
2

T T T 1 T
+ 2+ 2=
2
X Y Z K t
Pada sistem yang keadaannya konstan, yaitu sistem yang laju
aliranpanasnya tidak berubah terhadap waktu, suhu pada setiap titik
dalam sistem tidakberubah terhadap waktu.
3.3 Syarat batas

PAGE 3

Persamaan konduksi panas merupakan persamaan differensial


yangmemerlukan syarat batas dan kondisi awal untuk mempermudah
penyelesaian(Ozisik, 1980). Ada tiga jenis syarat batas yaitu: syarat
batas jenis pertama, syarat batas jenis kedua, syarat batas jenis
ketiga.
1. Syarat batas jenis pertama
Syarat batas jenis pertama sering disebut dengan syarat batas
Dirichlet. Pada syarat batas ini suhu yang berada pada semua
permukaan sudah ditentukan.Secara matematik syarat batas
ini dapat dituliskan dalam bentuk (Ozisik, 1980):
T = f (r, t)
Dalam kondisi tertentu, yaitu pada saat di permukaan batas Si
suhunya T = 0, keadaan ini syarat batasnya disebut syarat
batas Dirichlet homogen.
2. Syarat batas jenis kedua
Syarat batas jenis kedua sering disebut syarat batas Neumann,
syarat batas
ini secara matematik dapat dituliskan:

T
=f ( r ,t )
n i i
Dengan

T
n i

menunjukkan turunan terhadap permukaan

batas S. dalam kondisi tertentu, yaitu pada saat permukaan

batas Si besarnya

T
n i

keadaan ini disebut dengan syarat

batas neuman homogeny.

PAGE 4

3. Syarat batas jenis ketiga


Syarat batas jenis ketiga ini merupakan perpaduan antara
syarat batas Dirichlet dan syarat batas Neumann. Secara
numerik syarat batas jenis ini dapat dituliskan:

ki

T
+h T =f i(r ,t )
n i i

dalam kondisi tertentu, yaitu pada saat di permukaan batas Si

besarnya k i

T
+h T =0 keadaan ini disebut dengan syarat
n i i

batas campuran homogen.

3.4 Aliran panas dalam bidang semi tak hingga


Jika suhu permukaan merupakan suatu osilasi panas dalam bentuk
To sin t berada pada suatu permukaan bidang z = 0 dan berada dalam
suatu medium semitak hingga dengan difusitas panas K, maka setelah
masuk dalam medium besarnyaamplitudo suhu dirumuskan (Stacey,
1977):

( 2k ) sin (tz 2k )

T ( z ,t )=T 0 exp z
Pada saat

T ( z ,t )=

T0
, jarak yang ditempuh suhu masuk ke dalam
e

medium suhu disebut dan dirumuskan (Turcote,1982):

dw=

( 2k )

Dimana d adalah skin depth(m), sedangkan beda fasenya adalah:

=z

2k

PAGE 5

Dari persamaan di atas terlihat bahwa semakin masuk ke dalam


tanah suhunya makin kecil dan fasenya berubah, atau semakin tinggi
frekuensi perubahan
suhu permukaan, maka semakin cepat perubahan suhu yang
masuk

ke

dalam

tanah,

akibatnya

semakin

cepat

melemah

amplitudonya (Pipes dan Harvill, 1984).

4. Metode Penelitian
4.1
Alat yang digunakan
a. Alat monitoring
Alat penggali
Sensor suhu bawah permukaan tanah dengan 5 sensor
Baterai 9 volt
DVM ( Digital Voltmeter)
Termometer air raksa
Alat tulis
b. Alat mapping
Needle probe
Aki
Kabel sambungan aki
Alat penggali
Alat tulis
4.2
Prinsip kerja alat ukur suhu
a. Sensor suhu LM-35
Alat ukur suhu ini merupakan rangkaian dengan sensor LM35
yang dimodifikasi, digunakan untuk mengukur suhu dengan
jangkauan yang sesuaidengan kebutuhan dan spesifikasi
multimeter yang ada.Keluaran dari sensor LM35 ini bersifat
linear dengan faktor skala 10 Mv/ C.
Hasil pengukuran mulamula(dalam milivolt) kemudian diubah
ke

dalam

satuan

derajat

Celcius

denganmenggunakan

persamaan :

PAGE 6

T
C
10

( )

t=

Dengan t adalah suhu terukur (dalam C) dan T adalah suhu


terukur (dalam mV).
b. Alat monitoring suhu bawah permukaan
Untuk metode pengukuran monitoring

suhu,

digunakan

gradiometer sepanjang 2m yang ditanam di tanah. Alat


tersebut terdiri dari 6 sensor suhu (thermistor) masing-masing
di kedalaman 0; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2 meter. Pengambilan
data dilakukan setiap 5 menit sekali.
c. Alat Mapping suhu
Dari mapping suhu ini akan diperoleh
termal

di

setiap

titik

pengukuran.

nilai konduktivitas
Pengambilan

data

konduktivitas ini menggunakan needle probe, alat yang diberi


elemen pemanas dan sensor suhu terisolasi yang diletakkan
di dekat ujung probe. Pengambilan data dilakukan setiap
selama 10 menit disetiap titik.
4.3
Metode pengumpulan data
a. Monitoring suhu
Alat ukur dengan lima buah sensor dimasukkan ke dalam
tanah, untuk
mengukur suhu di dalam tanah. Untuk mengukur suhu di
permukaan

digunakan

termometer

air

raksa.

Sampling

pengukuran yang dilakukan setiap 10 menit selama2 x 24


jam. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
suhu luarterhadap suhu yang terukur di sensor pada tiap
kedalaman.
Untuk melihat nilai suhunya dengan menggunakan Digital
Voltmeter

(DVM).Data

yang

terbaca

ini

kemudian

dikonversikan ke dalam C, setelah sebelumnyaditambahkan


atau dikurangkan dengan data hasil kalibrasi alat.Setelah data

PAGE 7

sudah

diperoleh

dalam

C,

kemudian

dibuat

grafiknya,

dandilakukan analisa. Gambar 2. Merupakan diagram alir


untuk monitoring suhu

Gambar 2. Diagramalir monitoring suhu


Dari data yang diperoleh dapat dibuat grafik suhu vs waktu.
Pehitungan nilai skin depth (d) dapat dilakukan dengan cara
mengeplot

harga

amplitude

maksimal

tiap

sensor

vs

kedalaman. Kurva yang didapat didekati secara eksponensial


dan diperoleh persamaan-persamaan eksponensial. Sesuai
dengan definisi skin depth, maka dimasukkan nilai y sebesar
1/e dari amplitude maksimalnya. Dengan memasukkan nilai y
ke persamaan maka dapat dicari nilai x yang merupakan nilai
skin depth (d)
b. Mapping suhu
Data yang diperoleh dari akuisisi data mapping suhu, dibuat
grafik T (suhu) vs In t (In waktu) untuk memperoleh nilai
konduktivitas masing-masing titik pengukuran. Dari nilai
konduktivitas

masing-masing

titik

pengukuran

dapat

memetakan persebaran konduktivitas di area pengukuran


yaitu mengeplot posisi dengan konduktivitas pada surfer.
Selain

itu,

juga

memetakan

suhu

permukaan

di

area

pengukuran dengan cara mengambil data suhu pertama pada

PAGE 8

bagian

grafik

linier.

Gambar

3.

Merupakandiagram

alir

mapping suhu.

Gambar 3. Diagram alir mapping suhu

Dari data suhu dan waktu yang didapat maka dapat dibuat
grafik T vs lnt yang merupakan grafik linier .dari grafik ini
dapat diekstrak nilai konduktivitas thermal ().

PAGE 9

Anda mungkin juga menyukai