Anda di halaman 1dari 6

PHLEBITIS

I.

Definisi
Plebitis adalah iritasi vena oleh alat IV, obat-obatan, atau infeksi yang ditandai dengan
kemerahan, bengkak, nyeri tekan pada sisi IV (Weinstein, 2001)
Terapi interavena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan
obat atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi
intra vena (IV) terletak pada system infus atau tempat menusukkan vena (Darmawan, 2008)
Banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis plebitis, antara lain:

PLEBITIS KIMIA
1.
Ph dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko plebitis
tinggi. pH larutan dekstrosa berkisar antara 3-5, di mana keasaman diperlukan
untuk mencegah karamelisasi dekstrosa selama proses sterilisasi autoklaf, jadi
larutan yang mengandung glukosa, asam amino dan lipid yang digunakan dalam
nutrisi parenteral bersifat lebih flebitogenik dibandingkan normal saline. Obat
suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium
klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan
banyak obat khemoterapi. Larutan infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus
diberikan melalui vena sentral.
2.
Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap plebitis. Jadi , kalau
diberikan obat intravena masalah bisa diatasi dengan penggunaan filter 1 sampai
5 m
3.
Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah)
sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L.
Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia
lanjut
4.
Jangan gunakan vena punggung tangan bila anda memberikan : Asam
Amino + glukosa; Glukosa + elektrolit; D5 atau NS yang telah dicampur dengan
obat suntik atau Meylon dan lain-lain
5.
Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi
dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih
thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk plebitis dimiliki kateter yang terbuat
dari polivinil klorida atau polietilen.
6.
Dulu dianggap pemberian infus lambat kurang menyebabkan iritasi
daripada pemberian cepat.
PLEBITIS MEKANIS
Plebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula. Kanula yang dimasukkan ada
daerah lekukan sering menghasilkan plebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih
sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik.
PLEBITIS BAKTERIAL
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap plebitis bakteri meliputi:
1.

2.

3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Teknik pencucian tangan yang buruk


Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak. Pembungkus yang bocor
atau robek mengundang bakteri.
Teknik aseptik tidak baik
Teknik pemasangan kanula yang buruk
Kanula dipasang terlalu lama
Tempat suntik jarang diinspeksi visual

Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka plebitis mencakup, usia, jenis kelamin dan
kondisi dasar (yakni. diabetes melitus, infeksi, luka bakar). Suatu penyebab yang sering luput
perhatian adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan
penggunaan filter.

Bagaimana mencegah dan mengatasi plebitis?


Di samping pedoman sederhana di atas, bisa dipertimbangkan strategi berikut:
1.
Mencegah plebitis bakterial
Pencegahan ini menekankan pada kebersihan tangan, teknik aseptik, perawatan
daerah infus serta antisepsis kulit. Walaupun lebih disukai sediaan chlorhexidine-2%,
tinctura yodium, iodofor atau alkohol 70% juga bisa digunakan.
2.
Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik.
Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian infus
IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang potensial
ke dalam tubuh. Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45 50%
dalam serangkaian besar kajian.
1.
Rotasi kanula
May dkk(2005) melaporkan hasil 4 teknik pemberian PPN, di mana mengganti
tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral setiap hari pada 15 pasien
menyebabkan bebas plebitis. Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi barubaru ini oleh Webster dkk disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman di
tempatnya lebih dari 72 jam JIKA tidak ada kontraindikasi. The Centers for Disease
Control and Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk
membatasi potensi infeksi, namun rekomendasi ini tidak didasarkan atas bukti yang
cukup
2.
Aseptic dressing
Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah plebitis. Kasa setril diganti setiap 24
jam
3.
Laju pemberian
Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus larutan hipertonik diberikan
makin rendah risiko plebitis. Namun, ada paradigma berbeda untuk pemberian infus
obat injeksi dengan osmolaritas tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L
jika durasi hanya beberapa jam. Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk
mengurangi waktu kontak campuran yang iritatif dengan dinding vena. Ini
membutuhkan kecepatan pemberian tinggi (150 330 mL/jam). Vena perifer yang
paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk
mencapai laju infus yang diinginkan, dengan filter 0.45mm. Kanula harus diangkat
bila terlihat tanda dini nyeri atau kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih relevan dalam
pemberian infus jaga sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan maintenance
atau nutrisi parenteral.
4.
Titrable acidity
Titratable acidity dari suatu larutan infus tidak pernah dipertimbangkan dalam
kejadian plebitis. Titratable acidity mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menetralkan pH larutan infus. Potensi plebitis dari larutan infus tidak bisa ditaksir
hanya berdasarkan pH atau titrable acidity sendiri. Bahkan pada pH 4.0, larutan
glukosa 10% jarang menyebabkan perubahan karena titrable acidity nya sangat
rendah (0.16 mEq/L). Dengan demikian makin rendah titrable acidity larutan infus
makin rendah risiko plebitisnya.
5.
Heparin & hidrokortison
Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infus sampai kadar akhir 1 unit/mL,

mengurangi masalah dan menambah waktu pasang kateter. Risiko plebitis yang
berhubungan dengan pemberian cairan tertentu (misal, kalium klorida, lidocaine, dan
antimikrobial) juga dapat dikurangi dengan pemberian aditif IV tertentu, seperti
hidrokortison. Pada uji klinis dengan pasien penyakit koroner, hidrokortison secara
bermakna mengurangi kekerapan plebitis pada vena yg diinfus lidokain, kalium
klorida atau antimikrobial. Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau dikombinasi
dengan hidrokortison telah mengurangi kekerapan plebitis, tetapi penggunaan
heparin pada larutan yang mengandung lipid dapat disertai dengan pembentukan
endapan kalsium.
6.
In-line filter
In-line filter dapat mengurangi kekerapan plebitis tetapi tidak ada data yang
mendukung efektivitasnya dalam mencegah infeksi yang terkait dengan alat
intravaskular dan sistem infus.
KESIMPULAN
Plebitis masih merupakan masalah lazim dalam terapi cairan, ketika kita memberikan
obat intravena, terapi cairan rumatan serta nutrisi parenteral. Berbagai faktor terkait dan
faktor-faktor predisposisi meliputi usia lanjut, trauma, ukuran kateter besar, diabetes,
infeksi, hiperosmolaritas, pH, teknik aseptik yang jelek dll. Klinisi harus memikirkan
sebab-sebab multifaktor ini dan melakukan pemantauan ketat untuk mencegah dan
mengatasi komplikasi serius.
Pasien mana yang lebih cenderung mengalami plebitis?
Faktor-faktor predisposisi
Nassaji-Zavareh M, Ghorbani. R mengkaji kekerapan plebitis pada 300 pasien yang dirawat di
bangsal interna dan bedah, dan mendapatkan sebagai berikut:
Tabel 1. Kekerapan plebitis pada pasien yang dikaji (faktor tidak terkait)
Parameter
Besar sampel Plebitis (n) Kekerapan (%) OR (Odds ratio) 95% Cl for OR
Usia<60th

169

47

27.8

Usia60th

131

31

23.7

Ya

58

19

32.8

Tidak

242

59

24.4

109

30

27.5

1.18

0.79-1.74

1.34

0.87-2.07

1.11

0.75-1.65

Trauma

Ukuran kateter
20 G

18 G
190
47
24.7
Tabel 2. Kekerapan plebitis pada pasien yang dikaji (faktor terkait)
Parameter
Besar sampel Plebitis (n) Kekerapan (%) OR (Odds ratio) 95% Cl for OR
Jenis Kelamin
Wanita

155

48

31.0

Pria

145

30

20.7

Diabetes Melitus

1.50

1.01-2.22

Ya

111

64

57.7

Tidak

189

14

7.4

100

297

75

25.3

Ya

67

50

74.6

Tidak

233

28

12.0

Tungkai

13

10

76.9

Lengan

287

68

23.7

Darurat

140

50

35.7

Tidak Darurat

160

28

17.5

7.78

4.59-13.21

3.96

3.26-4.82

6.21

4.27-9.03

3.25

2.26-4.67

2.04

1.36-3.05

Luka Bakar
Ya
Tidak
Penyakit Infeksi

Lokasi kateter

Sifat pemasangan

Phlebitis Definition

Phlebitis (fle-BYE-tis) is a condition in which a vein becomes inflamed (phleb=vein + it


is=inflammation). The inflammation may cause pain and swelling. When the
inflammation is caused by a blood clot or thrombus, it is called thrombophlebitis.
Thrombophlebitis usually occurs in leg veins, but it may also affect the veins in the
arms.
There are two sets of veins in the arms and legs, 1) the superficial veins that run just
under the skin, and 2) the deep veins.
Superficial phlebitis affects veins on the skin surface. The condition is rarely serious
and usually resolves with local treatment of the inflammation with warm compresses
and anti-inflammatory medications. Sometimes superficial phlebitis can be associated
with deep vein thrombophlebitis and medical evaluation may be needed.
Phlebitis in the deep veins is referred to as deep vein thrombophlebitis (or DVT, deep
vein thrombosis) affects the veins located deeper in the arms and legs. Blood
clots (thrombi) that form may embolize or break off and travel to the lungs. This is a
potentially life-threatening condition calledpulmonary embolism.
Superficial phlebitis is usually caused by local trauma to a vein. Superficial phlebitis is
most often caused by an intravenous catheter (IV) placed in a vein, and the vein
becomes irritated. Superficial phlebitis may or not have a blood clotform to cause

the pain and inflammation. In the legs, superficial phlebitis can be associated
with varicose veins.
Causes of deep vein thrombosis or thrombophlebitis include:

inactivity (blood pools in the veins and tends to clot if a person is inactive for a prolonged period of time);

trauma, and

blood clotting abnormalities (may be inherited).

The best way to prevent phlebitis is to be active. Participate in dailyexercise such as walking, swimming,
jogging, cycling, dance classes, etc.

Avoid prolonged periods of sitting or lying down (if possible).

Avoid bed rest for prolonged periods. If you are limited to bed rest, wear supportive stockings.

When traveling and movement is limited for long periods of time, get up and move around occasionally or
stop at a rest stop and move around. Keep hydrated and drink plenty of fluids.

Changing of IV lines will help prevent phlebitis.

If the health care professional makes the diagnosis of superficial phlebitis, the treatment includes warm
compresses and anti-inflammatory medications such as ibuprofen. Compression stockings may be helpful.

If there is a skin infection associated with the superficial phlebitis, antibioticsmay be prescribed.

If the diagnosis is deep vein thrombophlebitis (DVT), anticoagulation or thinning the blood is required to
prevent pulmonary embolism. Initial treatment may begin with enoxaparin (Lovenox), an injectable
medication that immediately thins the blood. Warfarin (Coumadin) is also started immediately but takes a
few days to reach therapeuticlevels in the blood, so Lovenox is used as a bridge until that occurs. INR is a
blood test that measures the clotting function of blood and is used as a guide to determine warfarin dosing.

Anda mungkin juga menyukai