Struktur geologi Yogyakarta dan sekitarnya menunjukkan adanya gejala pengaruh
yang nyata dari tumbukan antar dua lempeng utama dunia yaitu Eurasia dengan Indo-australia di sebelah selatan Pulau Jawa. Lempeng Eurasia yang mengalasi Yogyakarta menumpang pada Lempeng Indoaustralia di laut selatan Jawa menghasilkan jalur magmatik Jawa, jalur busur luar, dan palung samudra. Jalur busur luar selatan Jawa tidak menghasilkan pulau seperti halnya baratdaya Sumatera yaitu Simeulue, Nias, Siberut, Sipora, Pagai dan lainnya karena sudut penunjaman atau subsdaksi yang lebih landai. Konsekwensi dari letak Yogyakarta dalam tatanan geologi tersebut adalah kerentanan multi bencana yang tinggi. Zona gesekan penunjaman merupakan pembangkit gempa bumi, batas lempeng pada palung samudera merupakan zona pembangkit tsunami, zona pelelehan merupakan sumber magma bagi gunungapi, serta zone kompresi menghasilkan sesar pada batuan kaku dan lipatan pada batuan lentur. Kompresi berakibat pada penghancuran batuan yang menimbulkan zona rawan gerakanmassa terutama sepanjang Pegunungan Kulon Progo dan Baturagung. Pensesaran di Yogyakarta cukup aktif dalam kurun waktu sejarah geologi. Sesar Opak yang membujur antara Prambanan sampai Parangtritis di timur Kota Yogyakarta merupakan sesar utama yang diikuti dengan puluhan sesar dengan posisi tegaklurus pada pegunungan Baturagung. Demikian juga sesar yang membatasi Pegunungan Kulon Progo dengan dataran Yogyakarta pada bagian barat Yogyakarta, juga terdapat puluhan sesar dengan arah selatan barat tegak lurus dengan Pegunungan Kulon Progo. Kedua sesar utama tersebut mengakibatkan zona dataran Yogyakarta bagian selatan ambles ke bawah yang dikenal sebagai Graben Bantul. Antara Graben Bantul apabila ditarik ke arah utara melintasi Gunungapi Merapi sampai ke Gunungapi Ungaran dan Kota Semarang, akan membentuk suatu kelurusan yang membagi geologi Pulau Jawa menjadi sisi barat dan timur. Sumber : http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/pkl-plk/222-karakteristik-fisik-yogyakartadan-sekitarnya Karakteristik Resiko Wilayah Gempa Yogyakarta Gempa bumi Yogyakarta adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006.Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya MineralRepublik Indonesia terjadi di koordinat 8,007 LS dan 110,286 BT pada kedalaman17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26LS dan 110,31 BT pada kedalaman 33 km, itu direlease sesaat terjadi gempa. Setelahdata dari berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMG dan dilakukan perhitungan,update terakhir BMG menentukan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga) pada kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body)atau setara 6.3 SR Mw (Magnitude Moment).USGS memberikan koordinat 7,977 LSdan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbeda-beda. (http://dokumen.tips/documents/tugas-karakteristik-gempa-bumi-kelompok-idocx.html )
Peristiwa tersebut mengakibatkan beberapa sarana pendidikan, fasilitas sosial, perkampungan
dan infrastruktur lain (jalan, masjid, jembatan,jaringan listrik dan air ) diperkirakan rusak oleh gempabumi. Daerah yang mengalami dampak yang paling parah adalah kabupaten Bantul yang terletak disebelah selatan dari Kotamadya Yogyakarta dan sepanjang jalur patahan hingga ke kota Klaten, Jawa Tengah. Dataran ini merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, dimana orangorangnya tinggal pada desa-desa yang dibatasi oleh persawahan. Sumber : MUKTAF HAIFANI,AKHMAD,2008."MANAJEMEN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI (STUDI KASUS GEMPABUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2006)". Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Keselamatan, Instalasi dan Bahan Nuklir Bapeten : Jl. Gajah Mada No. 8 Jakarta 10120)