Disusun Oleh:
Erwina Rusmawati
115070201111018
Program Profesi Ners
Kelas Reguler
1. Apendisitis
1.1 Definisi
Apendisitis adalah inflamasi vermiformis (umbai cacing) paling sering pada penyakit
bedah abdomen mayor dan fatal bila tidak ditangani akan timbul gangren dan perforasi
dalam 36 jam (Kimberly,2007). Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya
kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderungmenjadi
tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi yang disebut apendisitis (Bare &
Smeltzer, 2001)
1.2 Faktor Resiko
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun
faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat
diketahui secara pasti. Di antaranya adalah faktor-faktor berikut:
-
Keperawatan Medikal Bedah, bahwa apendisitis lebih sering ditemui pada pria daripada
wanita, dan pada remaja daripada orang dewasa. Walaupun penyakit ini bisa menyerang
siapa saja, akan tetapi lebih banyak kasus dijumpai pada rentang usia antara 10-30
tahun (Bare & Smeltzer, 2001)
1.3 Manifestasi Klinis
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritoneum lokal.
Gejala klasik apendisitis ialah:
a. Nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah
epigastrium di sekitar umbilikus.
b. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah.
c. Umumnya nafsu makan menurun.
d. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat.
e. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena
bisa mempermudah terjadinya perforasi.
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh sekum,
tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan
peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan
karena kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal (Sjamsuhidajat, De Jong,
2004).
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala
dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltis meningkat, pengosongan
rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke
kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan
dindingnya (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya:
1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak). Pada kondisi ini gejala yang
ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat
berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan
menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah
saja.
2. Penyakit Radang Usus Buntu kronik. Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip
dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan
terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan
kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan
tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney.
Karakteristik nyeri berdasarkan letak apendiks vermiformis:
-
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama
dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih.
Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa didaerah
lumbal.
Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada
pemeriksaan rektal. nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat
rektum.
Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus
kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran
bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah.
Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen terjadi
akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.
Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
Sehari sebelum pemeriksaan pasien diberi BaSO4 dilarutkan dalam air masak
dan diminta untuk diminum pada jam 24.00 WIB setelah itu puasa.
Pasien di panggil masuk ke ruang pemeriksaan dalam keadaan puasa.
Pasien diminta untuk membuka pakaian.
Pasien diberi baju RS untuk dipakai.
Prosedur:
o
o
o
2011)
-Gambaran Radiologis
Appendicogram dengan non-filling apendiks (negatif appendicogram) merupakan
apendisitis akut. Appendicogram dengan partial filling (parsial appendicogram) diduga
sebagai apendisitis dan appendicogram dengan kontras yang mengisi apendiks secara total
(positif appendicogram) merupakan apendiks yang normal (Sibuea, 1996).
Appendicogram sangat berguna dalam diagnosis apendisitis akut, karena merupakan
pemeriksaan yang sederhana dan dapat memperlihatkan visualisasi dari apendiks dengan
derajat akurasi yang tinggi (Sibuea, 1996).
2. Laparotomi
2.1 Definisi
Bedah Laparatomi adalah tindakan operasi pada daerah abdomen merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dilakukan pada bedah
digesif dan kandungan. Adapun tindakan digesif yang sering dilakukan dengan teknik
sayatan arah laparatomi. (Smeltzer, 2001).
Tindakan bedah yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi
adalah berbagai jenis operasi. Contohnya operasi uterus, operasi ovarium, operasi
ileus selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi dengan bedah digesif
dan kandungan. (Smeltzert, 2001).
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang (12,5
cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4
cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.
Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll).
2.2 Perawatan Pre Operatif
PENGKAJIAN
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
Umur
Pengalaman pembedahan
Pengalaman anestesi
Lingkungan
Support system
PEMERIKSAAN FISIK
System kardiovaskuler
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi pembedahan dan
anestesi. Perubahan jantung 39 % kematian perioperatif.
Sistem pernapasan
Lansia, smoker, PPOM resiko atelektasis, kolap jaringan paru.
Mencegah pertukaran oksigen/CO2
Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.
Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru efisiensi ekskresi paru
terhadap anestesi menurun.
Renal system
Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi
Skopolamin, morphin konfusi disorientasi
Neuorologi system :
Kemampuan ambulasi, dan reflek, serta aktivitas lainya.
Muskulussceletal
Deformitas mempengaruhi posisi intra dan post-operasi
Artritis menerima posisi nyeri post-operasi oleh karena immobilisasi
Kekuatan, tonus otot.
Status Nutrisi
Malnutrisi, obesitas resiko tinggi pembedahan
Vit. C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.
Obesitas wound healing menurun oleh karena jaringan lemak tinggi
Psikososial asesment
Tujuan : menentukan kemampuan coping
Informasi
Support
Laboratorium
Secara umum pemeriksaan laboratorium yang wajib dilakukan adalah:
: Edukasi pre-operasi
Informasi
Informed Consent :
-
alasan pembedahan
resiko pembedahan
resiko anestesi
Pembatasan diit NPO (nothing per oral ) 6 8 jam sebelum pembedahan GI (gastro
intestinal ) preparasi :
-
Skin preparasi
Tube, drain, Intra Venous line
Post op exercise :
-
diaphragmatic breating
incestive spirometri
Kecemasan :
Tujuan : kecemasan klien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat
Intervensi :
-
preoperatip teaching
comunikatip
rest.
Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau
perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan
suction untuk melihat letak operasi.
Circulating Nurse
Selama pembedahan :
-
Mengkoordinasikan aktivitas
Mengimplementasikan NCP
Membenatu anesthetic
Kamar terima
Ruang ganti
Scrub area.
Lampu operasi.
Anesthesia station.
Peralatan suction.
System komunikasi.
Pencegahan kontaminasi :
Cuci tangan.
Handscoen.
Mandi.
Ahli Bedah
Semua asisten
Scrub nurse.
sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.
Alat-alat:
Anasthesia.
Anasthesia (Bahasa Yunani) Negatif Sensation. Anasthesia menyebabkan keadaan
kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa disertai kehilangan
kesadaran. Tujuan: Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan
relaksasi otot. Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi
dengan ahli bedah dan factor klien.
Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf
otak.
Stadium Anesthesia.
-
Stadium I : Relaksasi
Stadium II : Excitement.
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan
yang iregulair dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
Stadium IV : Bahaya.
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.
Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal
Inhalasi
Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh
paru. Obat anesthesia inhalasi yang diberikan :
Gas: Nitrous Axida ( N20).
Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi
dengan masa induksi dan pemulihan yang cepat.
Jenis yang biasa dipakai;
a.
Folatile:
b.
Halotan :
c.
Ethrane.
d.
Penthrane.
e.
Forane.
Neuromusculer Brochler.
Anestesi Topikal
Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesi. Bentuk: Salep
atau spray.
Lokal Anestesi
Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka atau lesi.
Field Block
Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi ( hernioraphy , dental
prosedur ,bedah plstik )
Nerve Block
Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi
daerah yang dioperasi. Block saraf memutus transmisi sensasi, motor, sympatis.
Chart Review.
-
Perawat menanyakan.:
-
Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
Kateterisasi.
Diagnosis Keperawatan.
1.
Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya
lain dari lingkungan intra operatif.
2.
3.
4.
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dan cairan tubuh
selama pembedahan.
Perencanaan
Dx 1: Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan
bahaya lain dari lingkungan intra operatif.
Tujuan : Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama
pembedahan dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.
Intervensi:
-
Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan kontaminasi yang
minimal.
Intervensi:
-
Penutupan kulit:
Tujuan:
System Pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
-
Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam
(4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung depresi miocard, shock,
perdarahan atau overdistensi.
Nadi meningkat shock, nyeri, hypothermia.
Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
Homans saign trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).
Sistem Persyarafan.
Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran semua klien dengan anesthesia
umum.
Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum depresi fungsi motor.
Sistem Perkemihan.
-
Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam
komplikasi ginjal.
Sistem Gastrointestinal.
-
Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
Meningkatkan istirahat.
Memonitor perdarahan.
Sistem Integumen.
-
Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi,
obat-obat steroid.
Infeksi luka.
Dehiscence.
Eviscerasi.
Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative. Kaji
tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis,gelisah,
menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi . Pemeriksaan didasarkan pada prosedur
pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post operative. Test yang lazim adalah
elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.
Diagnosis keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post
operasi.
6.
7.
Maintenance (M)
: 2 cc/kgBB
: (Lama Puasa x M) : SO
: BB x Jenis Operasi
M + PP + SO
Sedangkan pada jam ke 2:
M + PP + SO
Ctn:
M : Maintenance
PP: Pengganti Puasa
SO: Stress Operasi