Anda di halaman 1dari 12

POFD

1I-13

MF-BTG

sdsdzzxcxzcxzxZXAsasas1212BAB II
trtgdgdfgdsadsadGEOLOGI

2.1.Geologi Regional
Dalam pembahasan Geologi Regional ini akan diuraikan secara singkat:
1. Cekungan Sumatera Selatan
2. Tektonik
3. Stratigrafi Umum Cekungan Sumatera Selatan

2.1.1.Cekungan Sumatera Selatan


Cekungan Sumatera Selatan dan Tengah mempunyai sejarah pembentukan yang sama di
mana ke-dua cekungan tersebut merupakan suatu cekungan back-arc basin yang
mempunyai bagian-bagian yang dalam dan terban (graben). Ke-dua cekungan ini dibatasi
oleh suatu tinggian yang mempunyai arah Timurlaut-Baratdaya melalui bagian Utara
Pegunungan Tiga Puluh. Cekungan-cekungan yang bentuknya asimetrik dibatasi di sebelah
baratdaya oleh sesar-sesar serta singkapan-singkapan batuan Pra-Tersier yang terangkat
sepanjang kawasan kaki Pegunungan Barisan, dan disebelah Timur Laut dibatasi oleh
formasi sedimen dari paparan Sunda. Di sebelah selatan dan sebelah timur, daerah
cekungan dibatasi oleh daerah tinggian Lampung. Pada Cekungan Sumatera Selatan dan
Jambi terdapat beberapa bentuk struktur akibat aktifitas tektonik Tersier Pulau Sumatera
yang terdiri dari beberapa periode tektonik ( Sukendar, 1988).
Cekungan Sumatra Selatan secara struktural dapat dibagi menjadi Sub-Cekungan Jambi
dan Sub cekungan Palembang. Kedua sub cekungan ini dipisahkan oleh sesar-sesar utama
yang berhubungan dengan batuan dasar. Sesar-sesar utama tersebut antara lain sesar
Lematang berarah Baratlaut-Tenggara dan sesar Kikim dengan arah Utara-Selatan.

BAB II Geologi

POFD

MF-BTG

1I-13

2.1.2.Tektonik
Berdasarkan posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan
belakang busur. Adanya tinggian dan dalaman telah memisahkan cekungan ini menjadi
beberapa sub cekungan seperti sub cekungan Jambi, sub cekungan Palembang utara,
tengah dan selatan.
Selain telah terjadinya tektonik regional maupun lokal sepanjang Zaman Tersier,
diikuti pula proses sedimentasi pada daerah cekungan. Disamping itu perubahan muka air
laut secara global (global sea level changes) juga turut dalam proses sedimentasi di
Cekungan Sumatra Selatan. Kenampakkan struktur di Cekungan Palembang Selatan
diakibatkan oleh 4 periode tektonik selama Mesozoikum dan Tersier yaitu:
Periode Tektonik pertama, terjadi pada Mesozoikum Tengah akibat tumbukan
antara Lempeng India dan Australia. Aktivitas ini menyebabkan batuan Palezoikum dan
Mesozoikum terlipat dan tersesarkan dengan pola NW-SE.
Periode Tektonik Kedua, terjadi pada Akhir Kapur sebagai akibat orogenesa
Larami maka mulai terbentuk sesar-sesar yang diikuti oleh pembentukkan cekungan
berarah N-S. Pada Tersier Awal pensesaran tidak begitu aktif tetapi pembentukkan
cekungan terus berlangsung.
Periode Tektonik Ketiga, pada Miosen Tengah terjadi pengangkatan pada Bukit
Barisan. Akibatnya mulai terbentuk lipatan dengan arah NE-SW (Freymond, 1956).
Periode Tektonik Kempat, pada Plio-Plestosen Bukit Barisan kembali terangkat
dan sesar mendatar Semangko mulai terbentuk. Tektonik ini mengakibatkan terbentuknya
lipatan-lipatan dan beberapa sesar baru dengan pola paralel terhadap sesar Semangko serta
mengaktifkan kembali sesar tua, bahkan beberapa sesar berubah menjadi sesar naik.
(Gambar 2.1).

BAB II Geologi

POFD

1I-13

MF-BTG

1040001

1030301

NO

RT

PA

1040301

LE

LE N O

BA

B E N TA Y A N

NG

AN

S U IB A N B U R U N G

TIK

TA M IA N G

L IN

30 Km

OR
IU M

KUKUI

020301

S . L IL IN

KUAN G
BU

BABAT

LA
N
FA
UL

M A N G UN J A YA

LE M

M U S I H IG H

A TA

NG

ND

FA U

OP
O

PA LE M BA N G

030001

LE N G G A R A N

TA L A N G A K A R

LT

LEM BA K
F A U LT

PE

B E N A K A T TIM U R
K IK IM

L IM

F A U LT

K IK IM H IG H

LEM BA K

AU
AN

LE M

A TA

NG

M UA
R

LA H A T

A EN
IM A
NT

IK L IN

T IK L

FA U

M U A R A E N IM
LEM

G . K E M A LA

A TA

NG

A n tic lin a l L o n g it u d in a l A x is
PR

W e a k A s y m e tric

P R A B U M U L IH

LT
D EP
R

ESS

IO N

M
BU

EN

NG

FA

UL

KUAN G

M ERA KSA

040001

K E PA YA N G
R IA N G

S t ro n g A s y m e t ric
N o rm a l F a u lt

030301

O RI
UM

LEG EN D

S y m e t ric

IN O
R IU
M

B A TU R A J A

U p Th ru lt
To w n

Gambar 2.1. Regional Tectonic element of South Sumatra Basin

BAB II Geologi

POFD

1I-13

MF-BTG

2.1.3.Stratigrafi Umum Cekungan Sumatera Selatan


Stratigrafi umum Cekungan Sumatera Selatan adalah sebagai berikut (dari tua ke
muda):
a.

Batuan Pra-Tersier

b.

Formasi Lahat/Lemat

c.

Formasi Talang Akar

d.

Formasi Baturaja

e.

Formasi Gumai

f.

Formasi Air Benakat

g.

Formasi Muara Enim

h.

Formasi Tuff Kasai

Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan secara umum dikelompokkan menjadi dua seri
pengendapan Tersier yaitu seri transgresif dan seri regresif.
Seri transgresif terdiri dari dua siklus pengendapan yaitu: Bagian bawah berupa
endapan transgresif graben fill dengan lingkungan pengendapan darat-transisi yang
diwakili oleh Formasi Lahat dan Talang Akar.
Bagian atas berupa endapan laut dangkal-dalam yang diwakili oleh Formasi Baturaja
sebagai endapan laut dangkal dan Formasi Gumai yang diendapkan pada saat puncak
transgresi.
Seri regresif berupa endapan laut dalam-transisi yang diwakili oleh Formasi Air
Benakat dan Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.

Batuan Dasar Pra-Tersier


Didaerah Sumatra Selatan singkapan batuan ini ditemukan di daerah pegunungan
Garba dan Gumai, sedangkan di sekitar Cekungan Palembang Selatan singkapan batuan ini
disekitar Pendopo.

BAB II Geologi

POFD

1I-13

MF-BTG

Formasi Lahat
Secara tidak selaras di atas batuan dasar diendapkan Formasi Lahat. Formasi ini
terdiri dari tufa, agglomerat, batulempung, breksi tufa, dan andesit, butiran kasar-halus,
terfragmenkan dan diendapkan di lingkungan fluviatil-lacusstrine.
Di daerah antiklinorium Pendopo-Limau ketebalan formasi ini berkisar antara 50800 m dan membentuk endapan terisolasi yang mengisi dasar cekungan.
Berdasarkan analisa spora dan pollen umur formasi ini berkisar Akhir Eosen hingga
Awal Oligosen, sedangkan berdasarkan K-Ar dating berkisar 55.5 ma (de Coster, 1974).
Formasi Talang Akar
Secara tidak selaras di atas Formasi Lahat diendapkan Formasi Talang Akar pada
masa Oligosen akhir-Miosen awal. Disekitar antiklin Pendopo-Limau Formasi ini terbagi
menjadi dua satuan batuan.
Bagian bawah, biasa disebut Gritsand member (GRM), berupa batupasir kasarsangat kasar berinterklasi dengan lapisan tipis serpih dan batubara..
Ketebalan satuan batuan ini bervariasi dari 225 m di lapangan Tj Tiga sampai 550 m
di lapangan Karangan. Secara umum perkembangan satuan ini berkaitan erat dengan
basement high. Satuan ini diendapkan di lingkungan Fluvio-deltaic.
Bagian atas, biasa disebut Transition Member (TRM), berupa batupasir halus
gampingan berselingan dengan serpih dan sedikit batubara diendapkan dilingkungan delta,
dekat pantai, ketebalan satuan ini sekitar 50-200m.
Formasi Baturaja
Satuan batuan karbonat ini menunjukkan lingkungan pengendapan laut dangkal pada
Miosen Awal (N5-N8). Dibeberapa tinggian batuan dasar, satuan ini berkembang sebagai
reef,

sedangkan

secara

lateral

ke

arah

dalam

berkembang

batugamping

lempungan/napalan.
Ketebalan formasi ini bervariasi dari 20 m di daerah Beringin hingga 150 m di
daerah Merbau. Dari data seismik pada prospek Tundan diiedentifikasi formasi ini
berkembang sebagai reef.

BAB II Geologi

POFD

MF-BTG

1I-13

Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan di lingkungan laut dalam saat transgresi mencapai
puncaknya. Batuan terdiri dari lempung berfosil Globigerina dan serpih napalan, kadangkadang interkalasi batugamping dan batupasir.
Formasi ini tersebar di seluruh Cekungan Palembang dengan ketebalan antara 300 m
disekitar lapangan Abab dan 1500 m di Dalaman Lematang. Umur formasi ini ditafsirkan
sekitar N9-N12 (Miosen Tengah).
Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan pada pase awal regresi di lingkungan laut dangkal.
Endapan berupa batulempung dan batupasir yang banyak mengandung Glaukonit dan
foram kecil.
Formasi Air Benakat dijumpai di seluruh cekungan Palembang dengan ketebalan
berkisar 400 m di Dalaman Lematang, sekitar 200 m di lapangan Abab. Umur satuan
batuan ini diperkirakan N10-N16 (Miosen Akhir).
Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim diendapkan selaras di atas Formasi Air Benakat, terdiri dari
batulempung, serpih dengan sisipan batupasir dan batubara diendapkan dilingkungan laut
dangkal, paralis hingga darat. Ketebalan formasi ini berkisar 400-700 m. Umur formasi
diperkirakan Miosen Akhir-Pliosen Awal.
Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan selaras di atas Formasi Muara Enim, terdiri dari tufa,
batupasir tufaan dan batu lempung tufaan.
Kontak antara Formasi Kasai dengan Formasi Muara Enim ditafsirkan selaras. Umur
Formasi ini Pliosen Akhir-Kwarter Awal. (Gambar 2.2).

BAB II Geologi

1I-13

Kwarter

150 - 750

Gumai

2200

Napal, lempung, serpih, serpih lanauan,


kadan-kadang gamping dan pasir tipis,
Globigerina biasa terdapat

0-160

Napal, gamping terumbu dan gamping


lempungan

0 - 1100

Pasir, pasir gampingan, lempung,


lempung pasiran sedikit batubara, pasir
kasar pada dasr penampang di banyak
tempat.

0 - 300

Oligosen

Atas

Lempung pasiran dan napalan, banyak


pasir dengan glaukonit, kadang
gampingan.

Batu
Raja

Bawah

Lempung, lempung pasiran, pasir dan


lapisan tebal batubara.

Talangakar

Tengah

TELISA

Miosen

Atas

Kerikil, pasir tuffan, dan lempung


konkresi vulkanik, tuff batuapung

LAF

PALEMBANG

Pliosen

Air
Muara Enim Kasai
Benakat

Pasir, lanau, lempung, aluvial.

Plistosen

Tuff ungu, hijau, merah dan coklat,


lempung tuffan, breksi dan konglomerat.

Tengah
Bawah
Atas
Tengah
Bawah

Pra-tersier

Mesozoikum
Paleosen
Paleozoikum

Eosin

Batuan beku aneka warna dan batuan


sedimen yang termetamorfisir tingkat
rendah.

Gambar 2.2. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan (Koesoemadinata, 1980).

BAB II Geologi

NERITIC DEEP

NERITIC

LIITOLOGI

LITHORAL

FORMASI

Fasies
TERSETRIAL

UMUR

TEBAL (m)

MF-BTG

KELOMPOK

POFD

POFD

MF-BTG

1I-13

2.2.Stratigrafi Struktur Betung


Stratigrafi daerah studi hampir sama dengan stratigrafi regional, yang tidak
berkembang adalah batuan dasar.
Urutan formasi yang ada di daerah studi adalah sebagai berikut (dari tua ke muda):
( Gambar 2.3 )
a. Formasi Lahat
b. Formasi Talang Akar
c. Formasi Baturaja
d. Formasi Gumai
e. Formasi Air Benakat
f. Formasi Muara Enim
g. Formasi Tuff Kasai
Di daerah struktur Betung, Formasi Baturaja merupakan reservoir utama sebagai
penghasil gas. Berdasarkan penelitian lapangan, baik dari data log cutting maupun log
sumuran yang telah dilakukan oleh PERTAMINA, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
urutan siklus sedimentasi untuk daerah studi adalah sebagai berikut (dari tua ke muda):
Di atas batuan Pra-Tersier yang umumnya terdiri dari batuan metamorf dan granit,
diendapkan batupasir selang-seling dengan shale dengan banyak endapan batubara.
Batupasir tersebut yang merupakan batupasir penghasil minyak, dinamakan batupasir
Formasi Talang Akar. Bagian Bawah (GRM) diawali dengan munculnya lapisan batupasir
berbutir kasar. Litologi terdiri dari selang-seling batupasir, serpih dan batulanau dengan
sisipan batubara. Batupasir berporositas sedang sampai bagus, berwarna abu-abu atau
jernih, menyudut tanggung sampai membulat tanggung, tidak terkonsolidasi, keras, terdiri
dari mineral kuarsa dan karbonatan. Batupasir dengan ciri litologi seperti diatas mulai
muncul pada kedalaman 2205 m yang diperkirakan sebagai batas antara TAF-TRM dan
TAF-GRM, menunjukkan adanya perubahan sifat batupasir, yaitu lapisan batupasir tipis
berselang-seling dengan serpih berubah menjadi lapisan batupasir tebal yang ditafsirkan
merupakan channel dari suatu system pengendapan delta. Beberapa lapisan batupasir ini
memperlihatkan indikasi hidrokarbon. Bagian atas (TRM) setebal 340 m terdiri dari
BAB II Geologi

POFD

MF-BTG

1I-13

selang-seling antara batupasir, serpih batulanau, batugamping dan batubara. Batupasir


berporositas sedang sampai bagus, berwarna abu-abu sampai coklat, butir pasir berukuran
halus sampai sedang terpilah buruk sampai sedang, menyudut tanggung sampai membulat
tanggung, kekerasan sedang, karbonatan, terdiri dari mineral kuarsa, glaukonit, pyrit serta
sebagian mengandung fosil foram besar dan kecil. Serpih berwarna abu-abu tua, keras,
getas dan karbonatan. Batulanau berwarna abu-abu sampai coklat, kekerasan sedang dan
karbonatan. Batubara berwarna hitam dan getas. Pada Formasi ini tidak ada yang
menghasilkan minyak dan gas. Diatas Formasi Talang Akar diendapkan Formasi Baturaja/
Basal Telisa Limestone (BTL), litologi ini terdiri atas batugamping dengan sisipan serpih.
Batugamping mudstone/wackestone berwarna putih kecoklatan, kompak dengan
kekerasan sedang sampai keras. Serpih berwarna abu-abu tua, getas, kekerasan sedang dan
karbonatan. Pada formasi ini berdasarkan data log dan analisa serbuk bor menunjukkan
bahwa Formasi Baturaja menunjukkan prospek hidrokarbon.
Formasi Gumai (GUF), formasi ini terletak selaras di atas Formasi Baturaja dengan
ketebalan rata-rata 525 m. Litologi terdiri dari serpih dengan sisipan batupasir, batulanau
dan napal. Serpih berwarna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, kekerasan lunak-sedang,
getas dan karnonatan.
Batupasir berporositas sedang, berwarna abu-abu muda sampai putih kecoklatan,
berukuran butir halus sampai sedang, kadang-kadang mengandung mineral glaukonit.
Batulanau berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap, kekerasan sedang dan karbonatan.
Napal berwarna coklat, kekerasan lunak-sedang.
Formasi Air Benakat, Formasi ini terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir,
batulanau dan sisipan tipis batubara. Batulempung berwarna abu-abu terang sampai gelap,
lunak dan plastis. Batupasir berporositas sedang, terpilah buruk, membulat tanggung
sampai menyudut tanggung, kekerasan sedang, karbonatan, mengandung mineral kuarsa,
glaukonit, kadang-kadang pirit dan fosil foraminifera. Batulanau berwarna coklat muda
sampai abu-abu gelap, kekerasan lunak-sedang dan karbonatan.
Formasi Muara Enim, Formasi ini terdiri dari batulempung dengan sisipan batubara,
batupasir dan lanau.
Batulempung berwarna abu-abu terang sampai abu kehijauan, lunak dan plastis.
Batubara berwarna hitam dan getas. Batupasir berporositas sedang, membulat tanggung

BAB II Geologi

POFD

1I-13

MF-BTG

sampai menyudut tanggung, terpilah sedang, sebagian tidak terkonsolidasi, karbonatan,


mengandung mineral kuarsa. Batulanau berwana kecoklatan sampai abu-abu terang dengan
kekerasan sedang. Hasil pengamatan log dan serbuk bor pada formasi ini menunjukkan

1100

Batulempung warna abu-abu berselingan


dengan batupasir dan batu lanau, di bagian
bawah dijumpai sisipan batubara.

Dominan Batulempung warna abu-abu sampai


abu-abu terang, berselingan dengan batu pasir
dan batu lanau.

510
25

Terdiri dari napal dan sisipan batu lanau, pada


bagian tengah dijumpai mudstone, wackestone,
packestone, putih kecoklatan, porositas sedang

1100

Gumai
Baturaja

Talang Akar

Atas

Dominan serpih warna abu-abu sampai abu-abu


gelap, berselingan dengan batu pasir, batu lanau
dan napal.

Bagian atas selang-seling batu pasir, batu lanau


dan napal serta sisipan batubara dibagian
tengah. Bagian bawah dominan batu pasir abuabu terang sampai jernih, porositas baik
berselingan dengan batu lanau tufaan dengan
sisi[pan batubara..

Gambar 2.3. Kolom Stratigrafi Struktur Betung

BAB II Geologi

Neritic

Neritic Deep

Lithoral

Terestrial

TEBAL (m)

Muara Enim

LITOLOGI

Tengah

Bawah

Oligosen

FASIES

TELISA

Miosen

Atas

PALEMBANG

Pliosen

FORMASI

Air Benakat

UMUR

KELOMPOK

tidak ada indikasi hidrokarbon.

POFD

MF-BTG

1I-13

2.3.Prospek Hidrokarbon
2.3.1.Batuan Induk
Batuan yang dianggap sebagai batuan induk penghasil hidrokarbon di lapangan
minyak Struktur Betung diperkirakan dari serpih pada Formasi Talang Akar itu sendiri
yang dinilai berpotensi baik karena telah dalam kondisi matang (mature) dan telah
menggenerasikan hidrokarbon. Proses pematangan hidrokarbon sendiri diperkirakan
berlangsung antara Miosen Akhir sampai Pliosen pada kedalaman lebih kurang 5500 ft
(Geoservices, 1992). Formasi Talang Akar yang letaknya di bagian paling bawah dari
seluruh formasi yang ada di daerah studi, dianggap telah mencapai kedalaman pematangan.

2.4.Geologi Struktur Betung


Struktur Betung secara geologi terdiri atas antiklin yang asimetrik dengan tren arah
Baratlaut-Tenggara. Pada struktur ini juga terdapat empat buah sesar normal dengan tren
arah NE-SW yang membentuk horst dan graben. Sesar turun ini membagi menjadi 5
(lima) tutupan struktur, sesar ini juga yang mengakibatkan terjadinya perbedaan
permeabilitas antar block.
* Blok I
BTG-2 dan BTG-3pada blok ini dry holes. Analisis dari log ditemukan bahwa
batugamping (BRF) tidak berkembang di daerah ini. Dari kurva SP dan GR yang flat ini
mengindikasikan bahwa permeabilitas jelek, dan dibeberapa tempat terdapat shale yang
yang tinggi.
* Blok II
Pada blok ini terdapat 8 (delapan) sumur yang di bor, dan 7 diantaranya menghasilkan
hidokarbon, yaitu BTG-01, BTG-07, BTG-08, BTG-12, BTG-18 dan BTG-21.
Berdasarkan pembacaan log di BTG-8 kontak antara gas dan air diperkirakan di 1326 mss.
* Blok III
Pada blok ini terdapat 10 (sepuluh) yang telah di bor. Hidrokarbon ditemukan pada sumur
BTG-04, BTG-06, BTG-09, BTG-10, BTG-15, BTG-16, BTG-17, BTG-19, BTG-25 dan
BTG-05 adalah dry hole ini dapat dimungkinkan karena permeabilitas yang buruk hal ini

BAB II Geologi

POFD

MF-BTG

1I-13

dikarenakan di atas zona sesar (BTG-05 dekat zona sesar). Berdasarkan interpretasi log
dari BTG-09 dapat mengindikasikan kontak antara gas dan air diperkirakan di 1319 mss.
* Blok IV
Pada blok ini hanya ada 3 sumur yang di bor dan menghasikan HC yaitu BTG-13, BTG-22
dan BTG-24. Berdasarkan pembacaan log dari BTG-13 batas antara air dan gas
diperkirakan di 1314 mss.
* Blok V
Pada blok ini terdiri atas satu sumur yaitu BTG-11, pada blok ini merupakan yang paling
rendah diantara blok-blok yang lainnya.
Peta top struktur Betung dan penentuan adanya sesar berdasarkan pada korelasi
data log sumuran dan data lintasan seismik.

BAB II Geologi

Anda mungkin juga menyukai