Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

M AN U S I A

1. Asal dan Struktur Manusia Menurut Agama-Agama

Menurut Agama Suku Murba


Manusia berasal dari keturunan para dewa, baik dari hasil perkawinan dewa alam atas
dan dewi alam bawah, maupun karena hasil pertarungan kedua tokoh ilahi tersebut. Oleh
karena manusia dilahirkan dari dewa, maka manusia mendapat peraturan-peraturan hidup
dari para dewa.
Menurut Agama Hindu
Manusia, baik secara lahiriah maupun secara batiniah, mengalir keluar dari Siwa, yang
diidentikkan dengan Brahman. Dalam agama Hindu diyakini bahwa manusia mengalir
keluar dari Tuhan, sehingga manusia pada hakekatnya adalah Tuhan itu sendiri.
Mengenai strukturnya, manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu: jiwa yang kekal, yang
berasal dari Tuhan, yang sama hakekatnya dengan Tuhan; badan halus, yang terdiri dari
alat-alat batiniah atau jiwani; dan badan yang kasar, yaitu tubuh jasmaniah.
Menurut Agama Islam
Manusia adalah makhluk Tuhan Allah. Manusia ada karena diciptakan oleh Tuhan Allah.
Manusia bukan Allah, bukan keturunan Allah, melainkan makhluk yang harus
menghambakan diri kepada Allah. Mengenai strukturnya, manusia terdiri dari dua bagian,
yaitu: badan wadag atau badan jasmani dan nyawa atau rohnya. Nyawa manusia adalah
zat yang halus, yang pada waktu mati meninggalkan tubuh yang kasar itu.

2. Asal dan Struktur Manusia Menurut Pandangan Alkitab


Jika membaca kisah penciptaan manusia dalam Kitab Kejadian, maka kita akan melihat ada
dua versi kisah penciptaan manusia, yaitu versi menurut Kej.1:26-2:3 dan versi menurut
Kej.2:4-25. Perbedaan dari dua versi tersebut adalah:
Versi Kej.1:26-2:3
- Allah menciptakan manusia melalui perkataan/Firman-Nya: Baiklah kita menjadikan
manusia. Maka Allah menciptakan manusia itu (1:26-27).
- Allah menciptakan laki-laki dan perempuan secara bersamaan (1:27).
- Allah menciptakan manusia pada hari ke-enam setelah ciptaan-ciptaan yang lain
(1:31)

Versi Kej.2:4-25

Allah menciptakan manusia dengan bekerja: ketika itulah TUHAN Allah


membentuk manusia itu dari debu tanah (2:7)
Allah menciptakan laki-laki lebih dulu kemudian binatang-binatang dan hewanhewan, barulah Ia menciptakan perempuan (2:18-22).
Allah menciptakan manusia pada hari pertama, sebelum ciptaan yang lain ada (2:4-6).

Dari kedua versi kisa penciptaan tersebut, tampak jelas bahwa manusia tidak ada dengan
sendirinya, melainkan karena TUHAN Allah yang menciptakan manusia. Manusia ada karena
kehendak atau putusan Allah untuk menjadikan ada. Manusia bukan keturunan Tuhan Allah, juga
bukan keluar dari allah, tetapi diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan manusia dengan cara
yang berbeda dari ciptaan-ciptaan yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut
pandangan Alkitab, manusia adalah makhluk dalam arti yang sebenarnya, yang ada karena
diciptakan oleh Tuhan Allah. Manusia adalah hasil karya Allah, yang keadaannya berbeda
sekali dengan Tuhan Allah, yang menciptakannya.
Mengenai struktur manusia, berdasarkan kisah penciptaan, maka dapat dikatakan bahwa manusia
terdiri dari: tubuh, jiwa dan roh.
Manusia diciptakan dari debu tanah, dari kata adamah atau basar (Ibr) atau sarx (Yun), yang
berarti daging. Dari debu tanah itulah terbentuk struktur tubuh atau badan manusia, yang disebut
manusia lahiriah tubuh atau badan menampakkan pribadi manusia dalam keseluruhannya.
Manusia tidak mungkin berada tanpa tubuh.
Manusia dengan keberadaan tubuhnya, belum dapat dikatakan sebagai manusia hidup.
Kehidupan terwujud ketika Tuhan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Setelah
ada nafas hidup, maka manusia dikatakan sebagai mahkluk hidup atau nefesy (Ibr). Nefesy dapat
berarti nafsu, yang bersifat lahiriah, seperti makan, minum tidur, dll; dan yang bersifat rohaniah,
seperti membenci, bergirang, dll. Nefesy atau psyhke (Yun) berarti jiwa atau nyawa yang tidak
berjasad, berbeda dengan tubuh yang bersifat fana, yang berjadas dan yang dapat rusak atau
binasa. Jika tubuh mengungkapkan tentang lahiriah, maka jiwa mengungkapkan tentang batiniah.
Jadi dalam diri manusia ada struktur lahir dan batin.
Segi batin dalam diri manusia tidak hanya diungkapkan dengan kata nefesy atau psykhe saja,
tetapi juga dengan kata hati atau leb (Ibr) atau kardia (Yun) dan kata roh atau ruah (Ibr) atau
pneuma (Yun). Hati manusia adalah kehendak manusia yang rasionil, yang penuh kesadaran.
Roh adalah alat untuk mengetahui (Maz 77:7; Mark 2:8), tempat emosi (Kej 41:8), alat untuk
menghayati dunia luar (1 Kor 16:18), alat untuk bersaksi (rm 8:16), alat untuk beribadat (Rm
1:9), dan alat untuk bersekutu (Flp 2:1). Roh adalah segi batin manusia yang peka, yang
dengannya manusia menerima dan menyatakan segala macam pengamatan rohani.

3. Manusia Diciptakan Segambar Dengan Allah

Makna Diciptakan Sebagai Imago Dei (segambar dengan Allah)


Tuhan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej 1:26-27). Berbagai
pandangan muncul terhadap hal tersebut, antara lain:
-

Origenes
Menurut gambar Allah berarti memiliki tabiat yang berakal, dengan maksud agar manusia
melalui ketaatan menjadi serupa dengan Allah.

Irenaeus
Manusia segambar dengan Allah berarti sejak semula manusia adalah makhluk yang
berakal dan yang benar-benar serupa dengan Allah.

Gereja Roma Katolik


Manusia pada waktu diciptakan adalah makhluk yang bersifat kodrati atau alamiah
bahkan diberikan sifat illahi, yaitu gambar Allah, yang menjadikan manusia memiliki
religi (agama) dan kebajikan yang adikodrati.

Luther
Hanya Tuhan Yesus Kristus yang memiliki gaambar Allah yang hakiki. Gambar Allah
pada manusia, yaitu pengetahuan akan Allah, kebenaran dan kekudusan dapat hilang.

Calvin
Gambar berarti pada hakekatnya manusia tidak dapat berubah, sedangkan yang dimaksud
dengan rupa adalah sifat manusia, yang dapat berubah.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti bahwa manusia dijadikan atau
diciptakan memiliki kesamaan illahi, yang harus dipandang sebagai kesamaan kualitas atau
cara hidup dengan Allah.

4. Kebebasan Manusia
Kejatuhan manusia dalam dosa telah merusak gambar dan rupa Allah dalam diri manusia.
Kerusakan gambar Allah pada manusia menimbulkan masalah baru, yaitu tentang kebebasan
manusia. Kebebasan manusia sering dipahami sebagai kemungkinan manusia untuk (tanpa
paksaan) memilih salah satu dari dua hal, yang satu baik dan yang lainnya jahat. Dari
kebebasan tersebut, tidak jarang membuat manusia menentukan pilihan yang mengakibatkan
dosa. Padahal menurut Alkitab, kebebasan dilihat sebagai suatu hubungan antara manusia
dengan Tuhan. Tuhan telah memperbaiki hubunga-Nya dengan manusia melalui Yesus
Kristus. Yesus Kristus telah melakukan karya-Nya, yaitu membebaskan atau
memerdekakan manusia dari perbudakan dosa. Kebebasan ditentukan oleh ikatan manusia
dengan Tuhan Allah. Dosa manusia bukan disebabkan karena manusia menggunakan

kebebasannya, melainkan karena manusia membelokkan atau menyalahgunakan kebebasan


tersebut.
5. Prilaku Manusia
Tuhan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah, yang berarti manusia
memiliki kesamaan illahi, yang harus dipandang sebagai kesamaan kualitas atau cara hidup
dengan Allah. Tuhan Allah menciptakan manusia demikian, dengan harapan manusia selalu
memliki prilaku yang baik, sebab manusia hanya mengetahui prilaku yang baik. Untuk
itulah, Tuhan Allah melarang manusia untuk makan buah dari pohon pengetahuan, sebab jika
manusia memakannya maka akan mati. Pengertian mati di sini bukanlah berarti mati secara
fisik, tetapi manusia akan kehilangan gambar dan rupa Allah; manusia tidk lagi hanya
mengetahui prilaku yang baik, tetapi juga mengetahui prilaku yang jahat. Buah dari pohon
pengetahuan membuat manusia jadi tahu tentang yang baik dan yang jahat. Sebelum manusia
mengetahui yang jahat, tentu manusia tidak berprilaku jahat Tetapi setelah mengetahui
tentang yang jahat, maka manusia bukan hanya mengetahui, melainkan juga
memlakukannya. Dnegan demikian manusia memiliki prilaku baik dan jahat

Anda mungkin juga menyukai