Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui
pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan
tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang
kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan
kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah
Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh
dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak
terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu
burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk
yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran
lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor
penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola
hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan
mengikuti perubahan zaman.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah
juga agar kita mengetahui apa saja aspek aspek sosial budaya yang
mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat, Sumber Daya Manusia yang
berkaitan dengan kesehatan dan kesling dan Terapi Non Klinik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan


Aspek sosial yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang
kesehatan diantaranya adalah :
1. Pengaruh self Concept terhadap perilaku
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri
sendiri terutama bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan
kepuasannya kepada orang lain. Apabila orang lain merasakan kepuasan
yang kita berikan direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan
merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan
yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka dalam jangka
waktu lama masyarakat akan merasa tidak puas. Kondisi semacam ini kita
harus melakukan promosi bagai mana tingkat kepuasan yang kita terima
akan direspon positip bagi orang lain . Misal : apabila kita merasa puas
dengan sistem kartu gosok pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih
repot, maka Rumah Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem
tersebut justru akan lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang
penting dalam upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku
masyarakat
2. Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan
Image perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok,
sebagai Contoh seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter,
sedangkan bapak petani apabila sakit pergi ke dukun, maka akan
berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke dukun, walaupun
sekolah menganjurkan ke Puskesmas,
Image masyarakat bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun
sangkal putung maka apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa
ke sangkal putung bukan ke dokter orthopedi

3. Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku


kesehatan

Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan


diantaranya :
a. Umur,
b. Jenis kelamin,
c. Pekerjaan,
d. Sosial ekonomi dalam segi epidemiologi faktor individu sangat
berpengaruh dalam status kesehatan disamping, lingkungan dan agent.
Indentifikasi tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan
kelompok sosial dan cara aktifitasnya, dimana kelompok sosial
kemudian membentuk budaya/ perilaku kelompok. Contoh : Perilaku
anak muda yang merokok dimulai dari individu dalam kelompok,
Kelompok kerja dengan debu akan merangsang orang lain pakai
masker dll. Perilaku kelompok suatu desa lebih senang BAB disungai
ternyata ketika mereka BAB di sungai terbiasa terjadi transaksi
pekerjaan, perjodohan dll, sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB
yang baik mereka tetap akan kembali disungai
Jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit
berdasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang
menderita penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia
lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.demikian juga dengan
aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih
banyak menderit kanker payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak
menderita

kanker

pekerjaan,dikalangan

prosat.
petani

begitu
lebih

juga

banyak

dengan

menderita

jenis
penyakit

cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan


pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan
karena banyak terpapar debu. keadaan sosial ekonomi juga
mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada
kematian,misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang
status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya
tinggi. demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan
masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.
B. Aspek social yang mempengaruhi Perilaku/ status kesehatan

G.M. Foster (1973 ) mengatakan ada beberapa aspek budaya yang


mempengaruhi kesehatan seseorang diantaranya :
1. Tradisi terhadap Perilaku kesehatan
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status
kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan
laki2 lebih banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi
wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu
amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
2. Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal
ini

adalah

sikap

fatalism

yang

juga

mempengaruhi

perilaku

kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang


beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,dan sakit atau
mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan
seseorang dari kematian. Dan juga sangat sulit menyadarkan masyarakat
untuk melakukan pengobatan disaat sakit.
3. Pengaruh sikap ethnocentris terhadap perilaku kesehatan
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok
adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan
teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya
paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat
yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari budaya
lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang
terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari
sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling
pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan
petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak
perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan
masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang
masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana

mereka bekerja lebih

mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang


perawat/ dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan,

sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan


masyarakat tidak.
4. Perasaan bangga pada statusnya
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai
dengan

konsep

kesehatan. hal

tersebut

berkaitan

dengan

sikap

ethnosentrisme. Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras


yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan-akan sebagai lambang
kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan Burger dibanding makan
ikan kutuk/ lele.
5. Pengaruh Norma terhadap perilaku kesehatan
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat
dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai
bentuk perilaku yang baik. Misal ; adanya norma bahwa laki2 tidak boleh
bersalaman dengan Perempuan yang bukan mukrimnya, sehingga seorang
wanita apabila periksa bagian tubuhnya harus dilakukan oleh dokter
wanita, sampai pada pemberian alat KB IUD, suntik harus dilakukan oleh
dokter wanita, bahkan untuk periksa wanita hamil harus oleh dokter
wanita. Norma dimasyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan
dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut.
6. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku
individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka diangga tidak
berperilaku pamali atau Saru . Nilai yang ada dimasyarakat tidak
semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang
dan ada yang merugikan kesehatan.
a. Nilai yang merugikan kesehatan arti anak yang banyak akan
membawa rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak
banyak.
b. Nilai yang mendukung kesehatan tokoh masyarakat setiap tutur
katanya harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh
masyarakat dapat di pakai untuk membantu sebagai key person dalam
program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih satu didenda

7. Pengaruh unsur budaya yang diajarkan pada tingkat awal dari proses
sosialisasi dalam menciptakan perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,sebaiknya seorang anak mulai
diajarkan karena nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat.
Misalnya: anak harus mulai diajari sikat gigi , buang air besar di kakus,
membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang
baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak
tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat
mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.
8. Pengaruh konsekuensi dari inovasi kesahatan terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu
perubahan selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan
kedua, ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin
melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus
dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap
perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi
dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan
apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat
mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari
perubahan yang telah direncanakan. Artinya seorang petugas kesehatan
kalau mau melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi
contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas
kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan
diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya
petugas kesehatan yang benar.
C. Sumber Daya Manusia di Bidang Kesehatan
Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan
tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan
pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan

profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak,


yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan, yaitu :
1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau
tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber
daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan
memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan
ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan
sumber daya manusia kesehatan
2. Mampu

mengidentifikasi

dan

merumuskan

pemecahan

masalah

pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui


kegiatan penelitian
3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan
dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan
melakukan advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan

1. Perencanaan SDM Kesehatan


Perencanaan SDM Kesehatan adalah proses estimasi terhadap jumlah
SDM berdasarkan tempat,mketerampilan, perilaku yang dibutuhkan untuk
memberikan upaya kesehatan. Perencanaan dilakukan menyesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, baik lokal, nasional, maupun
global dan memantapkan keterkaitan dengan unsur lain dengan maksud
untuk menjalankan tugas dan fungsi institusinya yang meliputi : jenis,
jumlah dan kualifikasi. Dasar dari peningkatan perencanaan mutu SDM

kesehatan yaitu kebijakan peningkatan akses masyarakat terhadap


pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang dilaksanakan melalui :
a. Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas Puskesmas, termasuk
b.
c.
d.
e.
f.

mengembangkan desa siaga


Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin
Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat
Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat seak usia dini
Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar

Perencanaan terdiri dari 3 kelompok yaitu :


a. Perencanaan tingkat Institusi meliputi : Puskesmas, Rumah Sakit (RS),
poliklinik, dan lain sebagainya.
b. Perencanaan tingkat Wilayah meliputi : institusi + organisasi.
c. Perencanaan untuk bencana meliputi : pra-, pada saat dan pasca
bencana.
Peningkatan perencanaan SDM Kesehatan yang sedang diupayakan :
a. Implementasi Kepmenkes RI No. 81/MENKES/SK/I/2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat
Propinsi, Kabupaten/Kota, dan Rumah Sakit
b. Penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan dalampencapaian
sasaran pembangunan jangka pendek, menengah, dan jangka panang
bidang kesehatan
Prospek ke depan Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
a.
b.
c.
d.

Peningkatan, pembinaan, dan pengawasan PPSDMK


Peningkatan perencanaan SDM kesehatan
Peningkatan pendayagunaan SDM kesehatan
Peningkatan sumber daya pendukung

Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dapat dilakukan dengan cara :


a. Pengembangan karir dokter/ dokter gigi/ apoteker
b. Pengembangan sistem penilaian kinera pada unit kerja independent
c. Peningkatan kompetensi melalui Tugas Belajar Pendidikan/ Pelatihan
Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan mutlak dalam konteks penyusunan
pengembangan SDM, namun perlu memperhatikan kekuatan dan
kelemahannya. Metode penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan
harus mempertimbangkan kebutuhan epidemiologi, permintaan (demand)
akibat beban pelayanan kesehatan, sarana upaya pelayanan kesehatan
yangditetapkan, danstandar atau nilai tertentu.

Metode penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan antara lain :


a. Health Need Method, Diperhitungkan keperluan upaya kesehatan
terhadap kelompok sasaran tertentu berdasarkan umur, jenis kelamin,
dan lain-lain.
b. Health Service Demand Method, Diperhitungkan kebutuhan upaya
kesehatan terhadap kelompok sasaran menurut umur, jenis kelamin, dll.
c. Health Service Target Method, Diperhitungkan kebutuhan upaya
kesehatan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu. Misalnya, untuk
percepatan penurunan kematian ibu dan bayi.
d. Ratio Method, Diperhitungkan berdasarkan ratio terhadap : penduduk,
tempat tidur, dan lain-lain.
2. Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan
Salah satu cara pengembangan SDM kesehatan agar sesuai dengan
tuntutan pekerjaan adalah melalui pendidikan dan pelatihan SDM
kesehatan. Fungsi dari pendidikan dan pelatihan ini adalah sebagai
investasi SDM dan merupakan tuntutan luar dan dalam organisasi. Selain
itu juga bertujuan untuk memperbaiki, mengatasi kekurangan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan iptek. Pendidikan dan pelatihan
ini meliputi :
a. Knowledge
b. Ability
c. Skill
Bentuk pelatihan yang biasa dilakukan adalah diklat yang dilaksanakan
oleh Pusdiklat ( Pusat Pendidikan dan Pelatihan). Pusdiklat adalah suatu
unit yang bertugas menyelenggarakan diklat bagi pegawai/ calon pegawai.
Fungsinya adalah mendidik dan melatih tenaga kerja dalam rangka
pengembangan dan atau peningkatan kemampuan.
Secara khusus program pendidikan dan pelatihan ini bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi
sebagai berikut :
a. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan
memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan
ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan
sumber daya manusia kesehatan

b. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah


pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
melalui kegiatan penelitian
c. Mampu mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya, yang
ditunjukkan

dengan

kesehatan,merumuskan

ketajaman
dan

melakukan

analisis
advokasi

permasalahan
program

dan

kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan


sumber daya manusia kesehatan
3. Perkembangan dan Hambatan Situasi SDM Kesehatan
Secara terperinci dapat digambarkan perkembangan dan hambatan situasi
sumber daya kesehatan sebagai berikut:
a. Ketenagaan
Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan
pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang, peningkatan kualitas
harus menjadi prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini
belum sepenuhnya berpendidikan D-III serta S-1 sedangkan yang
berpendidikan SPK serta sederajat minim terhadap pelatihan tehnis, hal
ini juga berkaitan dengan globalisasi dunia dan persaingan terhadap
kualitas ketenagaan harus menjadi pemicu.
b. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor
utama didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja
modal maupun belanja barang. Didalam upaya peningkatan pembiayaan
terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN, APBD
Provinsi dan Kabupaten, serta sumber lainnya.
c. Sarana Kesehatan Dasar
Komponen lain didalam sumber daya kesehatan yang paling penting
adalah

ketersedian

sarana

kesehatan

yang

cukup

secara

jumlah/kuantitas dan kualitas bangunan yang menggambarkan unit


sarana pelayanan kesehatan yang bermutu baik bangunan utama,
pendukung dan sanitasi kesehatan lingkungan. Pembangunan sarana
kesehatan harus dilengkapi dengan peralatan medis, peralatan
nonmedis, peralatan laboratorium beserta reagensia, alat pengolah data
kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda empat dan kendaraan
roda dua.

D. Terapi Non Klinis


1. Hypnotheraphy
Hipnotherapi adalah

terapi

yang

dilakukan

pada

subjek

dalam

kondisi Hipnosis. Kata "Hipnosis" adalah kependekan dari istilah James


Braid's (1843) "neuro-hypnotism", yang berarti "tidurnya sistem syaraf".
Orang yang terhipnotis menunjukan karakteristik tertentu yang berbeda
dengan yang tidak, yang paling jelas adalah mudah disugesti.
Hipnotherapi sering digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek,
isi perasaan, sikap,

juga

keadaan

seperti

kebiasaan

disfungsional, kecemasan, sakit sehubunganstress, manajemen rasa sakit,


dan perkembangan pribadi.
Hipnotherapi telah terbukti memiliki beragam kegunaan untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang berkenaan dengan emosi dan perilaku.
Bahkan beberapa kasus medis serius seperti kanker dan serangan
jantung, hipnotherapi mempercepat

pemulihan

kondisi

seorang

penderita. Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnotherapi diarahkan


untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang
penyikapan individu terhadap penyakit yang dideritanya.
Hypnosis sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan
dengan kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu
untuk menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada
rokok, alkohol dan obat-obatan. Dengan memberi sugesti, seseorang
terapis dapat membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan
dengan menjadi seorang bukan perokok dan penolakan terhadap rasa
ataupun aroma rokok.
Khusus untuk phobia, hypnotherapy digunakan

untuk

mereduksi

kecemasan yang mengambil alih kontrol individu atas dirinya. Hal ini
dapat diwujudkan dengan menciptakan suatu gambaran nyata tentang
kondisi yang menyebabkan phobia namun individu tetap dalam kondisi
relax, sehingga membantu mereka untuk menyesuaikan ulang reaksi
mereka pada kondisi yang menyebabkan phobia menjadi normal dan
respon yang lebih tenang.
2. Terapi Bekam

Pengobatan alternatif ini berasal dari Timur Tengah. Kata bekam sendiri
merupakan terjemahan dari kata hijamah dalam bahasa arab yang
merupakan asal kata dari al-hajmu yang berarti membekam. Menjadikan
pemaknaan al hijamah atau bekam diartikan sebagai peristiwa
penghisapan darah dengan alat menyerupai tabung, mengeluarkan darah
dari permukaan kulit dengan penyayatan.
Dengan melakukan penghisapan atau vakumisasi maka terbentuklah
tekanan negatif di dalam cawan/kop, sehingga terjadi drainase cairan
tubuh berlebih (darah kotor) yang diikuti toksin, menghilangkan
perlengketan/adhesi jaringan ikat dan akan mengalirkan darah bersih
ke permukaan kulit dan jaringan otot yang mengalami stagnasi serta
merangsang sistem syaraf perifer. Berbekam merupakan metode
pengobatan klasik yang telah digunakan dalam mengobati berbagai
kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis,
sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas
(kecemasan) serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun
mental.Bekam dibedakan melalui 2 jenis, yakni :
a. Bekam kering, proses bekam jenis ini dilakukan dengan menghisap
permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan
darah kotor. Bekam kering diyakini untuk melegakan sakit secara
darurat atau digunakan untuk meringankan kenyerian urat-urat
punggung karena sakit rheumatik juga penyakit-penyakit penyebab
kenyerian punggung. Acapkali bekam jenis ini diaplikasikan kepada
orang yang takut jarum suntik dan takut melihat darah. Kulit yang
dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.
b. Bekam basah pada proses terapi bekam jenis ini dilakukan setelah
melakukan bekam kering, dilanjuti dengan melukai permukaan kulit
dengan jarum tajam yang sudah sterilkan, lalu di sekitarnya dihisap
dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan darah.
Darah yang keluar diyakini sebagai darah kotor. Lamanya setiap
hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit, Tergantung dari
penyakitnya, dalam kasus tertentu memungkinkan proses bisa lebih
lama.

3. Terapi Obat Herbal


Pengertian herbal atau herb dalam bahasa inggris adalah tanaman atau
tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan.
Herbal terkadang disebut sebagai tanaman obat, sehingga dalam
perkembangannya dimasukkan sebagai bagian dari salah satu bentuk
pengobatan alternatif.
Herbal identik dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak berkayu atau jenis
tanaman perdu. Herbal merupakan salah satu bahan alami yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengobati berbagai macam
penyakit, mulai dari penyakit skala ringan sampai penyakit skala berat.
Dalam ilmu pengobatan, istilah herbal mempunyai pengertian yang
cukup luas, yaitu segala jenis tanaman dan bagian-bagiannya yang
mengandung beberapa bahan aktif yang dapat dipergunakan sebagai obat
(therapeutic). Misalnya mengkudu hutan (Morinda citrifolia) yang
mengandung Morindin, bahan aktif anti kanker; Pegagan (Centela
Asiatica) yang mengandung Asiaticoside yang berguna untuk masalah
kulit dan meningkatkan IQ; Jintan hitam (Habbatusssauda) yang
mengandung asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3)
yang dapat meningkatkan fungsi otak.
4. Terapi Akupuntur
Akupuntur atau Acupunture berasal dari kata Latin yaitu acus berarti
jarum dan pungere berarti tusuk. Akupuntur atau Acupunture adalah
sejenis terapi yang menggunakan teknik penusukan jarum-jarum halus
pada titik tertentu di badan yang lebih dikenal sebagai acupunture point
.
Terapi Akupuntur telah digunakan oleh berbagai masyarakat kuno pada
awal jaman seperti orang-orang Bunti Afrika, Arab Tigris, Mesir kuno,
India

dan

China.

penghormatan

Namun

mereka

lebih

begitu,

ahli-ahli

kepada

China.

terapi
Hal

memberikan
ini

kerana

terapanAkupuntur ini telah lama dilakukan oleh penduduk di negeri


China yaitu sejak 4000 tahun yang lalu hingga hari ini.
Sejarah juga ada membuktikan bahwa bangsa China merupakan bangsa
pertama di dunia yang mencatatkan sejarah dalam perubatan Akupuntur.

Hal ini terbukti apabila Maharaja China telah menulis dengan lengkap
dalam bukunya yang bertajuk Huang ti The Yellow Emperor Canon of
Medicine yang dikarang pada tahun 2000 SM. Buku yang diterjemahkan
masih berada dalam simpanan seorang penulis di Beijing, China.
Salah satu macam pemanfatan terapi Akupuntur adalah terapi yang
banyak memberikan keberhasilan sebagai penahan sakit atau Anestetik .
Pasien biasanya berada dalam keadaan sedar ketika mereka menerima
terapi Akupuntur anestesi. Terapi Akupuntur atau accupunture juga bisa
digunakan dalan merawat anak yang terkena autis. Hal ini sudah terbukti
dapat memulihkan perilaku anak anak yang menderita autis menjadi
normal.
5. Terapi Akuperssur
Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Berguna
untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi
ketegangan, kelelahan dan penyakit.
Akupresur adalah terapi dengan menekan titik di bagian tubuh yang
merupakan jalur meridian (saluran dalam tubuh yang dilewati energi Chi)
dengan penekanan menggunakan tangan, terutama jempol, sehingga
dengan penekanan tersebut akan mempengaruhi Chi (energi), Xie (darah)
dan oorgan-organ tubuh baik organ padat (Cang) dan organ berongga
(Fu), sehingga keseimbangan panas-dingin tubuh bisa harmonis, daya
tahan tubuh meningkat, seingga patogen penyakit bisa ditangani oleh
imunitas tubuh tersebut (Wei Chi).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah
atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan,
sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup.
Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumbersumber social, budaya dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat
memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat
mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4 aspek
utama

kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan

kesehatan.
B. Saran
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,
maka perlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan
masyarakat,.Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan
perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan
masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.,Dibutuhkan kerjasama dalam
merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai
karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat
sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran
dan

pengetahuan

masyarakat

dan

pada

akhirnya

memiliki self

belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama.

Selain itu, pola penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan


jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR
sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat
dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan
masyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin
dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu,
PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak Pedesaan dan organisasi
lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat

DAFTAR PUSTAKA

Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John


Hopkins University, Maryland, Mayfield Publishing Company
Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helth care
Foster,G,M,
traditional
societes
in
change,1973.Loentjaraningrat,pengantar anthropologi,1996

technological

Notoatmodjo,Soekidjo,promosi kesehatan teori dan aplikasi,edisi revisi,rineka


cipta,Jakarta,2010
http://catatankuliahnya.wordpress.com/2010/01/06/sumber-daya-manusiakesehatan/ diakses tanggal 11-10-2014
http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?
x=Alternatif&y=cybershopping%7C0%7C0%7C2%7C279/ diakses tanggal 1110-2014
http://fmuslim53.blogspot.com/2012/12/terapi-akuplesur.html diakses tanggal 1010-2014
http://terapiakupuntur.com/pengenalan-jenis-akupuntur diakses tanggal 11-102014
http://witamaichal-herbal.blogspot.com/2012/03/apa-itu-herbal.html
tanggal 11-10-2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipnoterapi diakses tanggal 11-10-2014

diakses

Anda mungkin juga menyukai