Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi
dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari bahasa yunani
muopia yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur
bila melihat jauh, istilah populernya adalah nearsightedness. Astigmat adalah
suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu
titik saja. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan
bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang
sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina tetapi di dua
garis titik api yang saling tegak lurus. Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana
sinar-sinar sejajar yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam
sumbu orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua.
Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan retina,
sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A dan retina.
Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan skemanya sering disebut
sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada
reduced eye dibayangkan hanya terdpat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di
depan retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata melihat
jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa melainkan oleh
permukaan anterior kornea. Alasan utama dari pemikiran ini adalah karena indeks
bias kornea jauh berbeda dari indeks bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam
mata, yang secara normal bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya,
memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias
total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian
lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab
dari perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi lensa mempunyai indeks
bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah
penting karena lengkung permukaannya dapat mencembung sehingga
memungkinkan terjadinya akomodasi. Pembentukan bayangan di retina sama
seperti pembentukan bayangan oleh lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa
mata juga dapat membentuk bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda
aslinya, namun demikian presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak,
tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih
menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
lapisan sel yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia.
Informasi ini kemudian dikirim ke syaraf optik yang akan meneruskannya ke otak
yang kemudian memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. Itulah
cara kita melihat sesuatu. Sel-sel yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari
sel-sel berbentuk batang (rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang
berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya
berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan rod dan
cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone). Rod merupakan selsel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit cahaya (misalnya hanya
ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat mendeteksinya. Sel-sel ini juga
dapat memproduksi gambar hitam-putih tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone
baru berfungsi saat ada cukup cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita
sedang menyalakan lampu yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk
memberikan kita detil-detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang
diterima sel-sel rod dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar
satu juta sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi
tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. Penglihatan
binokular adalah kesinkronan penglihatan dengan kedua mata. Penglihatan
binokular ini lebih bersifat stereoskopis dan 3-dimensi. Banyak faktor juga turut
mempengaruhi bagaimana seorang manusia mempersepsikan apa yang dilihatnya.
Misalnya ukuran benda, cahaya di sekitarnya, intervensi cahaya lain, panjang dan
ukuran bayangan, aspek perspektif, sudut pandang, akomodasi mata, dan usaha
konvergensi penglihatan (agar benda yang dilihat tampak jelas). Faal penglihatan
yang optimal dicapai seseorang apabila benda yang dilihat oleh kedua mata dapat
diterima setajam-tajamnya oleh kedua fovea, kemudian secara simultan dikirim ke
susunan saraf pusat untuk diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal.
Faal penglihatan optimal seperti tersebut di atas, yang terjadi pada semua arah
penglihatan disebut sebagai penglihatan binokular yang normal. Faal penglihatan
yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan intensitas cahaya. Visus yang
normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi dan proyeksi yang normal pula. Seorang
bayi yang baru lahir, hanya dapat membedakan gelap dan terang, belum ada daya
fiksasi. Perkembangan fovea sentralis terbaik terdapat pada umur 3-6 bulan setelah
lahir. Bila setelah berumur 6 bulan bayi masih terdapat kelainan deviasi, harus
segera diberi tindakan dengan maksud untuk mendapat pembentukan visus yang
baik dan juga mempertinggi kemungkinan hasil fungsional untuk melihat binokular
yang baik.
Agar terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan persyaratan utama,
berupa:
1. Bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam ketajaman maupun
ukurannya, hal ini berarti bahwa tajam penglihatan pada kedua mata tidak
terlalu berbeda sesudah koreksi dan tidak terdapat aniseikonia, yang baik
disebabkan karena refraksi maupun perbedaan susunan reseptor.
3
2. Posisi kedua mata dalam setiap arah penglihatan adalah sedemikian rupa
sehingga bayangan benda yang menjadi perhatiannya akan selalu jatuh tepat
pada kedua fovea. Posisi kedua mata ini adalah resultante kerjasama seluruh
otot-otot ekstrinsik pergerakan bola mata.
3. Susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari kedua
retina dan mensintesa menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal.
Apabila salah satu dari ketiga persyaratan tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
akan timbul keadaan penglihatan binokuler yang tidak normal.
Etiologi
1. Miopia
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:
Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang
lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini,
panjang fokus media refrakta adalah normal ( 22,6 mm) sedangkan
panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Pada myopia refraktif, menurut Albert E. Sloane dapat terjadi karena beberapa
macam sebab, antara lain :
1. Kornea terlalu melengkung (< 7,7 mm).
2. Terjadi hydrasi / penyerapan cairan pada lensa kristalinaa sehingga
bentuk lensa kristalinaa menjadi lebih cembung dan daya biasnya
meningkat. Hal ini biasanya terjadi pada penderita katarak stadium awal
(imatur).
3. Terjadi peningkatan indeks bias pada cairan bolamata (biasanya terjadi
pada penderita diabetes melitus). 2
Beberapa hal yang mempengaruhi resiko terjadinya myopia, antara lain:
1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih
panjang dari normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu
bolamata yang lebih panjang dari normal pula.
2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang lebih
besar (70% 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% 40%). Paling
kecil adalah Afrika (10% 20%).
3. Perilaku. Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat
memperbesar resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan
penerangan yang kurang memadai.2
2. Astigmat
Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :
a. Kornea
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah
kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya
adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena
perubahan lengkung kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan
diameter anterior posterior bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini
terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea,
peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea. 3
b. Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan
yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena
kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.3
Klasifikasi
Klasifikasi Miopia
Menurut klinis:
a. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata
yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa
yang terlalu tinggi.
b. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi
sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang
bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya
penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk
memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan
menambah kondisi myopia.
c. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap
mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar
yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia
palsu, karena memang sifat myopia ini hanya sementara sampai
kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak
boleh buru buru memberikan lensa koreksi.
d. Degenerative myopia: disebut juga malignant, pathological, atau
progressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan
tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat
koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.
e. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh
pemakaian obat obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya
sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.
c. Berat: lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita myopia kategori ini
rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut terbuka.
Menurut umur2
a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
c. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
d. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).
Klasifikasi Astigmatisme 3,
Berdasarkan letak titik astigmatismus
a.
Astigmatisme regular.
Jika meredian horisontal memiliki daya bias lebih kuat dari pada meredian vertikal.
Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl - pada axis horisontal atau dengan Cyl +
pada axis vertikal.
e) Astigmatismus Mixtus.
9
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di
belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl
-Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga
nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya
simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali adalah axis cylindris mata
kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180 (toleransi sampai 15),
misalnya kanan Cyl -0,50X45 dan kiri Cyl -0,75X135.
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki
hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl -0,50X45
dan kiri Cyl -0,75X100.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah
dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20 terhadap meredian horisontal atau
vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55 dan kiri Cyl -0,75X55.
b. Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya tidak saling
tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh ketidakberaturan
kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa disebabkan oleh adanya
kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata atau pun lensa mata
(misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit untuk
dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa,
biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan
normal.
10
Miopia4
Gejala subyektif:
Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi), astenovergens.
Gejala obyektif:
Myopia simpleks:
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil syaraf
optik.
Myopia patologik:
11
2.
Astigmat 4
Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus
juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
12
Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
Uji pinhole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam
penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media
penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah
setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi
yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman pennglihatan berkurang berarti pada
pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu
penglihatan.
Uji Refraksi
Refraksi Subyektif:
-
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak pemeriksaan 6
meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata
penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata.
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis
positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif
menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif
memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan
maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini
lakukan uji pengaburan (fogging technique.)5
Contoh Perhitungan Ukuran kacamata:
Seseorang dapat normal melihat benda di titik dekat (pp = 25 cm), tetapi
mengalami kelainan pada lensa mata, dimana ia hanya mampu melihat benda
paling jauh pada jarak 2 meter. Agar penglihatannya normal, orang tersebut
ditolong dengan kacamata. Perhitungan ukuran kacamata yang dipakai sbb:
13
Jarak terjauh obyek/benda yang mampu dilihat 2 meter, sehingga jarak bayangan
pada kacamata harus berada -2 meter (bayangan maya berjarak 2 m) S 1 = -2 m
P=-0,5 D
Kacamata yang dipakai berkekuatan/daya -0,5 Dioptri
Refraksi Obyektif
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan
oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar
kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan
waktu beberapa detik.
14
Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya
dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris
pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien
diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling
jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya
ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu
180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring
kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal
atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang
ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan
ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.
Penatalaksanaan
Sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah kelainan
refraksi atau mencegah jangan sampai menjadi parah. 3
15
Koreksi lensa
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat
bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila
permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada myopia,
kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di
depan mata.
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia
ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah
lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah
sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik.
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi
dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi
sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk
memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi.
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena
dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan
sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas. 3
-
Obat -obatan
Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari
satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan
myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung
dari respon individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan
myopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan
yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari
penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program orthokeratology,
kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam
keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan
followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang efektif.
Meskipun myopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian lensa tambahan
pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah umum, untuk
keseimbangan dalam memperbaiki refraksi.
16
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah secara
maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan kornea lebih tinggi
dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat menurunkan myopia
hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa lensa seragam, dapat
mengurangi permukaan kornea yang tidak rata. Orthokeratology adalah penampilan
yang umum pada anak muda walaupun menggunakan lensa yang kaku tetapi
dapat mengontrol myopia, lensa kontak yang permeable pada anak-anak menjadi
pilihan yang disukai.
Mengurangi kelengkungan (artinya, membuat kondisinya menjadi lebih flat/rata)
permukaan depan kornea, yang tujuannya adalah mengurangi daya bias sistem
optis bolamata sehingga titik fokusnya bergeser mendekat ke retina. Metode non
operatif untuk ini adalah orthokeratology, yaitu dengan menggunakan lensa kontak
kaku untuk (selama beberapa waktu) memaksa kontur kornea mengikuti kontur
lensa kontak tersebut.
Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang
tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan
memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan
kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata. 5
Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft contact lens)
atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan kornea. Lensa kontak
menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik dibanding kacamata. Lensa
kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi miopia, hiperopia, astigmatisma,
anisometropia, anisokonia, afakia, setelah operasi katarak, atau pada keratokonus.
Soft contact lens atau rigid gas permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia,
dan presbiopia. Lensa kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan
pada permukaan depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 6
Gambar 11. Perbedaan soft contact lens dan RGP. Diunduh dari:
http://www.allaboutvision.com/contacts/
Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat
menyebabkan hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah tarsal
papillary conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial keratopathy,
corneal neovascularization, nonmicrobial infiltrates, dan corneal warpage.
Perubahan endotel dapat terjadi termasuk polymegethism, pleomorphism, dan
17
jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal edema sering terjadi,
penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala klinisnya dapat bermacam-macam.
Asupan oksigen ke kornea penting diperhatikan terutama pada pasien dengan
kelainan refraksi tinggi akibatnya lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih
berpotensi menimbulkan masalah.
1. Soft Contact Lens
Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate dan plastik fleksibel
serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan menutupi seluruh kornea.
lensa ini dapat digunakan untuk miopia dan hiperopia. Karena lensa ini mengikuti
lengkung kornea maka tidak dapat dipakai untuk mengoreksi astigmatisma yang
lebih dari astigmatisma minimal. Karena ukurannya yang lebih besar soft contact
lens lebih gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing antara pada ruang
18
Gambar 15. Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP
Diunduh dari: http://ads.allaboutvision.com/
-
Bedah Refraksi
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang
lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan
tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi. Meskipun
pengalaman beberapa orang menjalani radial keratotomy menunjukan penurunan
myopia, sebagian besar pasien sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana
dapat menurunkan pengguanaan lensa kontak. 5
Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti variasi diurnal
dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan ganda pada satu mata,
kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi tajam penglihatan dari yang
19
Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat
kornea. Dari kumpulan hasil penelitian menunjukan 48-92% pasien mencapai visus
6/6 (20/20) setelah dilakukan photorefractive keratectomy. 1-1.5 dari koreksi tajam
penglihatan yang terbaik didapatkan hasil kurang dari 0.4-2.9 % dari pasien.
Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive
keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan
koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum
operasi. Photorefractive keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat
diprediksi dari pada radial keratotomy.
-
Merupakan salah satu tipe PRK, laser digunakan untuk membentuk kurva kornea
dengan membuat slice (potongan laser) pada kedua sisi kornea.
Daftar Pustaka
1. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &
Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
2. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
3. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.
4. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
5. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6 th
Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
6. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639.
20