Anda di halaman 1dari 89

Kelenjar Adrenal

KELENJAR ADRENAL

adrenal di samping ginjal


Dua (@ 4 gram), terdapat di atas ginjal
Bagian dalam (20% bagian) medulla katekolamin
Bagian luar (80% bagian) korteks mineralokortikoid,
glukokortikoid, hormon seks

2 organ endokrin yang berbeda embriologis, fungsi,


mekanisme kerja, pengaturan dan kategori hormon-nya
korteks adrenal berasal dari jaringan mesoderm yang dalam
perkembangannya 'ditembus' oleh jaringan khromafin yang
berasal dari neuroektoderm. Jaringan neuroektodermal ini
kemudian menjadi medula adrenal

KORTEKS ADRENAL
3 lapisan :
zona glomerulosa (terluar) 15% korteks adrenal
zona fasikulata (terbesar) 75%
zona retikularis 10%
menghasilkan hormon adrenokorteks
termasuk hormon steroid (lipofilik)
Setiap lapisan enzim berbeda hormon steroid yang
berbeda
zona glomerulosa : 11 dan 21 hidroksilase & 18 aldolase
zona fasikulata dan retikularis : 11, 17 dan 21 hidroksilase

Berdasarkan efeknya hormon steroid adrenal dibagi


menjadi :
(1) mineralokortikoid (aldosteron (terutama), 11 deoksikortikosteron) keseimbangan elektrolit (zona
glomerulosa, ekslusif terdapat enzim aldosterone
synthase)
(2) glukokortikoid (kortisol (terutama), kortikosteron)
metabolisme glukosa, lemak dan protein (zona fasikulata
(utama) dan zona retikularis)
(3) hormon seks androgen dan estrogen (identik dengan
hormon dari testis atau ovarium) (zona fasikulata dan
retikularis (utama)) tidak ada hormon khas pria atau
wanita, kecuali hormon plasenta sewaktu kehamilan
dehidroepiandrosterone (DHEA) dan androstenedion &
estrogen

Hormon seks adrenal dihasilkan dalam jumlah yang


sangat kecil, dalam keadaan normal tidak cukup
menimbulkan efek maskulinisasi atau feminisasi
(keaktifan 20% testosteron)
Satu-satunya yang memiliki makna fisiologis pada wanita
DHEA (dehidroepiandrosteron)
perkembangan karakteristik tergantung-androgen pada
wanita pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, lonjakan
pertumbuhan pubertas, dorongan seks wanita
pada pria efeknya dikalahkan testosteron testis
Meningkatkan anabolisme protein dan merangsang
pertumbuhan

Hormon adrenokorteks lipofilik terikat protein dalam


plasma :
60% aldosteron terikat albumin, 90% kortisol terikat
corticosteroid-binding globulin (CBG / transkortin), 98%
DHEA terikat albumin
Pada kehamilan atau pemakaian estrogen kadar CBG
plasma jumlah glukokortikoid dalam plasma , tapi
kadar bebasnya tetap (eucorticoid)
Jumlah androgen korteks yang dihasilkan pria dan wanita
adalah sama

ALDOSTERON
aktivitas terutama di duktus koligen nefron kortikal
meningkatkan retensi Na+ dan eliminasi K+
retensi Na+ retensi osmotik H2O volume CES
pengaturan jangka panjang tekanan darah
tanpa aldosteron pengeluaran berlebihan Na+ volume
plasma sangat turun syok sirkulasi
Sekresi ditingkatkan oleh :
(1) pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron (sistem
RAA) oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan
Na+ , penurunan volume CES, dan penurunan tekanan
darah
(2) stimulasi langsung korteks adrenal oleh peningkatan
konsentrasi K+ plasma

renin
angiotensinogen

angiotensin II

angiotensin I

zona glomerulosa

ACE
angiotensin II
(vasokonstriktor)

aldosteron

Umpan balik negatif

reseptor sistem RAA : sel juksta glomerulus ginjal (pada


dinding arteriola aferen yang berdekatan dengan makula
densa tubulus distalis)

peningkatan kadar ion K+ sebesar 1 meq/l cukup untuk


merangsang peningkatan sekresi aldosteron
Ion K+ merangsang langsung sel zona glomerulosa untuk
mengubah kolesterol menjadi pregnanolon dan
merangsang perubahan kortikosteron menjadi aldosteron
(3) Penurunan kadar ion Na+ plasma
bila konsentrasi mencapai 20 meq/l (jarang terjadi)
Angiotensin efek pada sekresi aldosteron dan
pertumbuhan zona glomerulosa
Sekresi aldosteron tidak tergantung kontrol hipofisis anterior
ACTH terutama mempengaruhi zona korteks bagian
dalam dan kurang merangsang sekresi aldosteron

KONTROL HORMONAL
GINJAL MELALUI
PERPUTARAN
UMPAN-BALIK NEGATIF
a) ADH yang dihasilkan
hipotalamus otak dan
disekresikan ke dalam aliran
darah dari kelenjar pituitari
meningkatkan retensi cairan
dengan cara membuat ginjal
menyerap kembali dan
mendapatkan lebih banyak
air
b) Sistem renin-angiostensinaldosteron berpusat di
juxtaglomerular apparatus
yang merespons terhadap
penurunan tekanan darah
atau volume darah dengan
cara membebaskan enzim
renin ke dalam aliran darah

KORTISOL
Efek Metabolik
merangsang glukoneogenesis di hati
di antara waktu makan dan puasa cadangan glikogen
habis terjadi glukoneogenesis mempertahankan kadar
glukosa darah
sangat berguna bagi organ yang bahan bakar
metaboliknya tergantung glukosa otak
menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa oleh
banyak organ (antagonis insulin) kecuali otak, sehingga
otak dapat memakainya
merangsang katabolisme protein di banyak jaringan
terutama otot asam amino dalam darah meningkat
untuk glukoneogenesis dan sintesis atau memperbaiki
jaringan

meningkatkan lipolisis asam lemak bebas dalam darah


sebagai sumber energi untuk menghemat glukosa bagi otak
meningkatkan konsentrasi glukosa darah dengan
mengorbankan simpanan protein dan lemak
elektrolit : meningkatkan retensi ion Na+ dan Cl-, dan sekresi
ion K+ di ginjal (mirip dengan efek aldosteron)
Efek Permisif
untuk aktivitas hormon lain
contoh, kortisol harus ada dalam jumlah adekuat agar
katekolamin dapat memacu vasokontriksi

Peran adaptasi dalam stres


Stres respons umum nonspesifik tubuh terhadap setiap
faktor yang mengalahkan, atau akan mengalahkan,
kemampuan kompensatorik tubuh dalam mempertahankan
homeostasis
Stressor :
fisik (trauma, pembedahan, panas atau dingin hebat)
kimia (penurunan pasokan O2, ketidakseimbangan
asam-basa)
fisiologis (olahraga berat, syok perdarahan, nyeri)
psikologis atau emosi (cemas, takut, sedih)
sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup)
mekanisme belum jelas

seseorang yang terluka atau menghadapi situasi yang


mengancam nyawa harus menunda makan
kortisol peningkatan ketersediaan glukosa darah
membantu melindungi otak & asam amino dari katabolisme
protein digunakan untuk memperbaiki jaringan yang rusak
Kortisol mengubah mood dan perilaku mekanisme
belum jelas

Efek Anti-Inflamasi dan Imunosupresif


timbul pada kadar farmakologis, bukan kadar fisiologis
digunakan kortisol sintetik menekan respons tubuh
terhadap penyakit
efek anti-inflamasi (anti peradangan), contoh untuk artritis
reumatoid
efek imunosupresif menghancurkan jaringan limfoid
secara berangsur jumlah limfosit basofil dan eosinofil
serta produksi antibodi menurun
contoh pencegahan penolakan transplantasi organ
sebagai antialergi menghambat sintesis histamin
oleh sel mast

Harus ada indikasi dan tidak boleh terus-menerus :


kemampuan menolak infeksi menjadi terbatas
timbulnya efek lain : tukak lambung, tekanan darah
tinggi, aterosklerosis, ketidak teraturan haid
umpan balik negatif yang menekan sumbu
hipotalamus-hipofisis anterior
penekanan berkepanjangan atrofi irreversibel sel-sel
penghasil kortisol di korteks adrenal

Sekresi kortisol diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis


anterior
ACTH (hipofisis anterior) bersifat tropik bagi zona
fasikulata dan retikularis mengontrol sekresi korisol dan
androgen adrenal
Androgen adrenal memberi umpan balik pada
gonadotropin-releasing hormone, bukan CRH
Pada pubertas sekresi androgen adrenal
mekanisme belum jelas
irama diurnal dan stres mempengaruhi frekuensi letupan
sekretorik
jumlah kortisol tiap letupan hampir sama, tetapi dapat terjadi
sumasi

irama diurnal tertinggi pagi hari & terendah malam hari


terutama berkaitan dengan siklus tidur-bangun kadar
tertinggi dan terendah dapat terbalik pada orang yang
bekerja malam hari dan tidur pada siang hari, dan dapat
menghilang pada orang buta
Faktor stress independen terhadap kontrol umpan-balik
negatif
peningkatan konsentrasi kortisol plasma sebanding dengan
intensitas stres

GANGGUAN FUNGSI ADRENOKORTEKS


Hipersekresi Aldosteron / Hiperaldosteronisme
primer (sindroma Conn's):
disebabkan oleh tumor sel zona glomerulosa yang
menghasilkan aldosteron yang berlebihan, dengan tandatanda hipernatremia tanpa disertai retensi air (edema);
karena Natrium plasma yang berlebih pada akhirnya akan
dibuang bersama-sama sejumlah air lewat urine ('Naescape') ; hipertensi, hipokalemia (otot jantung menjadi
lemah, dan aritmia jantung)
sekunder
disebabkan oleh peningkatan kadar renin-angiotensin
karena dehidrasi (misal, perdarahan), kegagalan jantung,
dan sirosis hati. Berbeda dengan yang primer, pada
hiperaldosteronisme sekunder tidak terjadi 'Na escape'
sehingga akan ditemui gejala edema
Biasanya juga terjadi tekanan darah meningkat (retensi
cairan dan Na+ berlebih)

Hipersekresi Kortisol Cushings Syndrome


glukoneogenesis berlebihan kelebihan glukosa
(glukosa darah ) & kekurangan protein
hiperglikemia dan glukosuria disebut diabetes
adrenal
sebagian glukosa yang berlebihan diendapkan sebagai
lemak tubuh di lokasi-lokasi yang khas : abdomen, wajah
(moon face), di atas bahu (buffalo hump / punuk
kerbau)
Penyebaran lemak centripetal : perut buncit, ekstremitas
kurus

kulit abdomen kekurangan protein dan menipis &


teregang oleh endapan lemak di bawahnya subdermis
robek timbul garis-garis linear irreguler berwarna ungu
kemerahan
protein struktural pembuluh darah kelemahan dinding
pembuluh darah kecenderungan lebam dan ekimosis
pembentukan kolagen (protein struktural utama jaringan
ikat) luka sulit sembuh
hilangnya rangka protein kolagen pada tulang tulang
lemah (osteoporosis) mudah fraktur spontan atau karena
trauma ringan
katabolisme protein otot otot melemah, timbul rasa lelah

Hipersekresi Androgen Adrenal


Sindrom adrenogenital
maskulinisasi (lebih sering terjadi) & feminisasi
gejala tergantung dari usia dan jenis kelamin
Wanita hirsutisme karakteristik seks sekunder pria
pola pertumbuhan rambut pria, suara berat, otot lengan dan
tungkai yang berkembang, payudara mengecil, haid terhenti
(penekanan androgen pada jalur hipotalamus-hipofisisovarium untuk sekresi hormon seks wanita)
Bayi perempuan dengan sindrom adrenogenital female
pseudohermafroditism genitalia eksternal pria (klitoris
yang membesar)

Anak laki-laki prapubertas karakteristik seks sekunder


prematur pseudopubertas prekoks suara berat,
tumbuh janggut, penis membesar, dorongan seks
tidak terjadi pembentukan sperma dan aktivitas gonad
lainnya (testis masih dalam status prapubertas
nonfungsional) steril
Pria dewasa tidak timbul efek yang nyata (karakteristik
seks pria sudah ada)
Sindrom adrenogenital paling sering disebabkan oleh suatu
defek enzim herediter pada jalur steroidogenik kortisol
defisiensi enzim sintesis kortisol sekresi kortisol
efek umpan balik negatif hilang sekresi CRH dan ACTH
korteks adrenal yang defektif tidak mampu merespons
pengalihan sebagian prekursor kolesterol ke jalur androgen
pembentukan DHEA

tidak terjadi penghambatan ACTH, tetapi penghambatan


gonadotropin-releasing hormone tidak ada gonadotropin
gamet tidak terstimulasi steril
pengidap sindrom adrenogenital gejala virilisasi adrenal,
sterilitas, dan juga gejala defisiensi kortisol
Terapi : glukokortikoid eksogen
mengganti defisit kortisol dan menghambat sekresi
ACTH menghilangkan rangsangan berlebih pada kortekS
adrenal sekresi androgen adrenal efek maskulinisasi
dan sterilitas hilang

INSUFISIENSI ADRENOKORTEKS
kedua organ harus terkena
Hipoaldosteronisme
Na+ banyak terbuang, sedang ion K+ di-retensi, sehingga
kadar ion K+ plasma
Na+ volume plasma tekanan darah juga
sirkulasi darah terganggu dan bila tidak segera
ditanggulangi akan mencapai keadaan syok yang fatal.
Hiposekresi glukokortikoid
reaksi vaskuler terhadap katekolamin menurun, mudah
terkena reaksi alergi dan inflamasi, resistensi terhadap
stres menurun, pigmentasi kulit (karena kadar ACTH yang
berlebihan dalam plasma), dan syok sirkulasi.

Penyakit Addison atrofi idiopatik kelenjar adrenal


mungkin oleh proses destruksi autoimun defisiensi
aldosteron dan kortisol
Insufisiensi adrenokorteks sekunder akibat kelainan
hipofisis atau hipotalamus insufisiensi ACTH hanya
insufisiensi kortisol (sekresi aldosteron tidak tergantung
stimulasi ACTH)
Gejala defisiensi kortisol, terkait dengan penurunan respons
terhadap stres, penurunan glukoneogenesis
hipoglikemia, tidak adanya efek permisif untuk banyak
aktivitas metabolik

Pada bentuk primer (Addison disease) hipersekresi


ACTH hiperpigmentasi kulit
(perkursor pro-opiomelanokortin : ACTH, MSH dan endorfin)
defisiensi aldosteron dapat fatal hiperkalemia (
gangguan irama jantung) & hiponatremia ( volume CES
volume darah hipotensi)

MEDULA ADRENAL
bagian sistem saraf simpatis yang termodifikasi
jalur simpatis terdiri dari dua neuron :
neuron praganglion berasal dari SSP, serat akson
berakhir di neuron kedua (neuron pascaganglion)
neuron pascaganglion akson berakhir di organ efektor
neurotransmitter yang dikeluarkan : norepinefrin
reseptor adrenergik
medula adrenal neuron simpatis pascaganlion
termodifikasi tanpa akson mengeluarkan
neurotransmitter langsung ke darah (karena itu digolongkan
sebagai hormon)
sel-sel kelenjar medula adrenal mempunyai asal yang sama
dengan sel-sel neuron adrenergik sistem saraf simpatis,
yaitu sel neuroektodermal

Selain yang terdapat di medulla adrenal, masih ada sel


neuroektodermal yang serupa yaitu sel paraglia yang
ditemukan disekitar ganglion simpatis torakal dan
abdominal juga menghasilkan dan melepaskan
norepinefrin
Kelenjar medulla adrenal memiliki enzim phenyl-N -methyltransferase (PNMT) mengubah nor-epinefrin menjadi
epinefrin (adrenalin)

medulla adrenal sekresi norepinefrin (20%) & epinefrin


(80%) tambahan gugus metil ekslusif medula adrenal
setelah disintesis disimpan di granula kromafin (karena
itu medula adrenal sering disebut jaringan kromafin)
eksositosis aliran darah
medula adrenal sekresi norepinefrin jumlah terlalu
sedikit untuk menimbulkan efek

Reseptor
reseptor : afinitas setara antara norepinefrin dan epinefrin
respons eksitatorik, co.kontriksi arteriola
reseptor 1 (eksklusif pada jantung) : afinitas setara antara
norepinefrin dan epinefrin respons eksitatorik
kronotropik dan inotropik
reseptor 2 : afinitas terutama dengan epinefrin respons
inhibitorik, co.dilatasi bronkiolus
sebagian sel sasaran dapat mempunyai reseptor , 2, atau
dan 2

medula adrenal berfungsi atas perintah saraf simpatis


memperkuat sistem saraf simpatis dan mempengaruhi
jaringan yang tidak langsung dipersarafi saraf simpatis (co.
otot rangka efek metabolik penguraian simpanan
glikogen
stimulasi simpatis satu-satunya stimulus medula adrenal
mengeluarkan epinefrin
Stimulus konsentrasi epinefrin 300x lipat
stres trauma fisik atau psikologis, perdarahan, penyakit,
olahraga, hipoksia, pajanan dingin, hipoglikemia
stimulasi simpatis sekresi epinefrin
jumlah sekresi tergantung jenis dan intensitas stressor

Efek pada Sistem Organ


sistem saraf simpatis dan epinefrin adrenomedula
memobilisasi berbagai sumber daya tubuh untuk menunjang
aktivitas fisik puncak dalam menghadapi bahaya yang
mengancam
respons fight-or-flight
efek kronotropik dan inotropik jantung CO
efek vasokontriksi umum resistensi perifer
tekanan darah mendorong darah ke organ-organ
vital dalam menghadapi keadaan darurat
vasodilatasi pembuluh darah koroner dan otot rangka
darah dialihkan dari daerah tubuh yang mengalami
vasokontriksi ke jantung dan otot rangka

epinefrin :
dilatasi saluran pernafasan (mengurangi resistensi udara
yang keluar masuk)
mengurangi aktivitas pencernaan dan menghambat
pengosongan kandung kemih penundaan selama situasi
fight-or-flight

Efek Metabolik
merangsang mobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak
energi yang dapat segera digunakan otot pada situasi
darurat & menyediakan glukosa untuk otak
meningkatkan glukosa darah :
(1) merangsang glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati
(2) glikogenolisis di otot rangka asam laktat diubah
oleh hati menjadi glukosa
(3) menghambat sekresi insulin dan merangsang glukagon
meningkatkan lipolisis asam lemak darah
epinefrin meningkatkan laju metabolisme secara
keseluruhan

Efek Lain
mempengaruhi SSP terjaga dan waspada
pengeluaran keringat mengeluarkan panas ekstra karena
kerja otot yang meningkat
otot polos mata midriasis pupil dan mendatarkan lensa
mata dapat melihat lebih luas

DISFUNGSI ADRENOMEDULA
HIPOSEKRESI
sebagian besar fungsi epinefrin dapat dilaksanakan hanya
dengan pengaktifan sistem saraf simpatis
HIPERSEKRESI
Feokromositoma
pengeluaran hormon tidak atas kontrol saraf
Gejala tergantung pada jumlah dan jenis katekolamin
yang dilepaskan dan pada cara pelepasannya (terusmenerus atau paroksismal)
hipertensi yang kontinu atau paroksismal, tremor,
palpitasi, gelisah, keringat berlebihan, kadar gula darah dan
sakit kepala

RESPONS TERHADAP STRES


Dr. Hans Selye respons umum dan nonspesifik terhadap
stres sindrom adaptasi umum (general adaptation
syndrome)
respons saraf simpatis dan hormon

ACTH mungkin berperan mengatasi stres :


ACTH mempermudah proses belajar dan perilaku
mempelajari respons perilaku yang sesuai untuk menghadapi
stresor serupa di masa datang
-endorfin (hasil pemecahan juga dari pro-opiomelanokortin)
opiat endogen analgesia (penurunan resepsi nyeri)
akibat cedera fisik

STRES DAN KELENJAR ADRENAL


Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula adrenal melalui impuls saraf dan
korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medula adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stres
dengan cara mensekresikan hormon katekolamin, yaitu epinefrin dan norepinefrin. Korteks adrenal mengontrol
respons yang berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormon steroid.

sistem renin-angiotensin-aldosteron diaktifkan sebagai


akibat penurunan aliran darah ke ginjal yang dipicu oleh
katekolamin
vasopresin dan angiotensin juga memiliki efek vasopresor
langsung, yang akan bermanfaat mempertahankan tekanan
darah jika terjadi pengeluaran akut darah
Vasopresin mungkin memudahkan proses belajar
adaptasi terhadap stres di masa datang

KOORDINASI HIPOTALAMUS TERHADAP STRES


Semua respons terhadap stres dipengaruhi, secara
langsung atau tidak langsung, oleh hipotalamus
mengintegrasikan berbagai respons baik dari sistem saraf
simpatis maupun sistem endokrin

Respons stres tepat untuk stres fisik, namun dapat


merugikan untuk stres psikososial
tidak diperlukan energi tambahan, tidak ada kerusakan
jaringan, tidak ada pengeluaran darah
penguraian cadangan energi tubuh dan retensi cairan
merupakan tindakan sia-sia

Anda mungkin juga menyukai