Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DETERMINAN EFISIENSI PERBANKAN DI INDONESIA DENGAN

MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN ISU-ISU


TERKAIT PENGUKURAN KINERJA

Disusun oleh :
Hangga Pradana Yudhistira
NIM. 136020310111013

PROPOSAL TESIS

Program Magister Akuntansi


Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kontribusi Penelitian
1.4.1 Kontribusi Teoritis
10
1.4.2 Kontribusi Praktis
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Agency Theory
2.2. Teori Kontijensi
2.3. Konsep Efisiensi
2.3.1. Efisiensi Teknis
2.3.2. Efisiensi Biaya
2.4. Pengukuran Efisiensi
2.4.1. Pendekatan Teknis
2.4.1.1. Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measure)
2.4.1.2. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented)
2.5. Konsep Efisiensi Bank
2.6. Pengukuran Efisiensi Perbankan
2.6.1. Efisiensi Biaya Perbankan
2.6.2. Efisiensi Teknis Perbankan
32
2.6.2.1. Model Constant Return to Scale (CRS)
2.6.2.2. Model Variabel Returns to Scale (VRS)
2.7. Determinan Determinan Tingkat Efisiensi Perbankan
2.8. Tingkat Profitabilitas Bank
2.9. Tingkat Kesehatan Bank
2.10. Skala Usaha
2.11. Kepemilikan Modal
2.12. Penelitian Terdahulu
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
3.2 Pengembangan Hipotesis
47
3.2.1 Pengaruh Tingkat Profitabilitas Terhadap Tingkat Efisiensi 47
3.2.2
Pengaruh Skala Usaha Terhadap Tingkat Efisiensi
3.2.3
Pengaruh Tingkat Kesehatan Terhadap Tingkat Efisiensi 49
3.2.4
Pengaruh Kepemilikan Modal Terhadap Tingkat Efisiensi
3.2.5
Hubungan Tingkat Efisiensi dengan CAMEL
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
4.2.2. Sampel
4.3. Definisi Operasional Variabel
4.3.1. Variabel Terikat (Independent Variabel)
4.3.1.1. Tingkat Profitabilitas
4.3.1.2. Skala Usaha
4.3.1.3. Tingkat Kesehatan
4.3.1.4. Kepemilikan Modal
4.3.2. Variabel Bebas (Dependent Variabel)
4.3.2.1. Tingkat Efisiensi
4.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
2

1
2
4
9
10
10
11
12
12
14
16
17
19
19
20
23
25
26
26
35
37
39
39
40
41
42
43
46
47

48
50
51
53
53
53
53
54
54
54
54
54
55
55
55
55
57

4.5 Kualitas data, Metode Statistik dan Pengujian Hipotesis


4.5.1 Kualitas Data
4.5.2 Metode Statistik dan Pengujian Hipotesis
4.5.2.1 DEA
4.5.2.2 Tobit Regresion Model
4.5.2.3 Uji Korelasi
DAFTAR RUJUKAN

BAB I

57
57
57
58
59
60

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia pada tahun 2013 lalu menetapkan kebijakan yang
baru, tepatnya pada tanggal 22 Mei 2013 Bank Indonesia mengeluarkan
kebijakan baru kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu berupa Surat
Edaran No. 15/20/DKBU yang isinya meyatakan mengenai format baru laporan
bulanan BPR dan penerapan sistem aplikasi online baru yang mensyaratkan
seluruh BPR di Indonesia harus mengisi aplikasi tersebut tanpa terkecuali demi
menjaga transparansi dan stabilitas keuangan dalam sektor keuangan.
Penerapan system informasi ini merupakan salah satu bukti bahwa pemerintah
semakin memperhatikan peran BPR dalam membangun kegiatan perekonomian
di Indonesia yang begitu signifikan.
BPR merupakan bank yang fungsinya telah dijelaskan pada PP No.
71/1992 yaitu adalah badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, untuk menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan layanan
jasa perbankan bagi golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil. Sebagian besar
pelayanan BPR diberikan kepada masyarakat yang bermodal kecil, yang
sebagian berada pada sektor informal, sehingga perbaikan kinerja, baik
keuangan, manajemen, administrasi harus ditingkatkan kualitasnya. Disamping
menyangkut perkembangan BPR itu sendiri juga menyangkut perkembangan
sektor riil yang tumbuh dari sektor informal yang merupakan bagian terbesar dari
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, efisiensi dari BPR sendiri perlu
diperhatikan demi terlaksananya pembangunan pada sektor riil yang ada di
Indonesia.
Latar belakang yang memicu munculnya kebijakan baru ini adalah
peristiwa krisis ekonomi pada tahun 1997, dimana bank-bank swasta di
Indonesia banyak yang terkena likuidasi. Banyaknya bank-bank yang dilikuidasi
4

tersebut disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya kredit


macet, terlalu mudahnya pemerintah mengeluarkan izin bagi bank-bank baru
seperti yang termaksud dalam PAKTO '88. Keluarnya kebijakan PAKTO 88
memicu munculnya kebijakan-kebijakan baru yang ditujukan untuk menjaga
tingkat kesehatan perbankan dengan menjaga tingkat efisiensi dan efektifitas
dari perbankan itu sendiri.
Efisiensi bagi sebuah bank atau industri perbankan secara keseluruhan
merupakan aspek yang paling penting diperhatikan untuk mewujudkan suatu
kinerja keuangan yang sehat dan berkelanjutan (sustainable). Pada dunia
perbankan, efisiensi dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro
(Berger dan Mester, 1997). Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan
yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus
efisien dalam kegiatan operasinya. Bank-bank yang tidak efisien, besar
kemungkinan akan exit dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan
kompetitornya, baik dari segi harga (price) maupun dalam hal kualitas produk
dan pelayanan. Bank yang tidak efisien akan kesulitan dalam mempertahankan
kesetian nasabahnya dan juga tidak diminati oleh calon nasabah dalam rangka
untuk memperbesar customer-basenya. Sementara dari perspektif makro,
industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi
keuangan dan secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan. Hal ini
disebabkan peran yang sangat strategis dari industri perbankan sebagai
intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan
sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan
investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill, 2003).

Terdapat banyak pendekatan untuk menghitung

tingkat efisiensi pada

bank, tetapi pada penelitian ini teknik analisis Data Envelopment Analysis (DEA)
dipilih, karena DEA merupakan teknik analisis efisiensi yang dapat mengukur
efisiensi relatif suatu entitas dibdaning entitas lainnya. Dalam bidang akuntansi
dan sistem informasi, teknik DEA juga dapat dipakai untuk menganalisis kinerja
investasi teknologi informasi (Shao dan Lin, 2002; Chen dan Zhu, 2004). Analisis
ini dapat menghasilkan urutan skor efisiensi unit kegiatan ekonomi. Angka
efisiensi yang dihasilkan merupakan perbdaningan kinerja suatu unit kegiatan
ekonomi (UKE) dengan kurva batas kemungkinan produksinya (production
possibility frontier), oleh karena itu skor efisiensi unit kegiatan ekonomi tersebut
relatif terhadap kinerja kemungkinan terbaiknya. Metode pengukuran efisiensi
dengan pendekatan non-parametrik khususnya DEA dapat mengidentifikasikan
input dan output suatu bank yang digunakan sebagai referensi yang dapat
membantu untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang
merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial, oleh karena itu analisis
DEA ini lebih baik dilakukan untuk mengukur efisiensi perbankan daripada
metode analisis lainnya (Pramana dan Nugroho 2012).
Dalam rangka untuk menjaga kestabilan dari tingkat efisiensi, dalam
penelitian ini dikembangkan beberapa variabel yang diasumsikan memiliki
pengaruh pada tingkat efisiensi. Variabel-variabel tersebut adalah tingkat
profitabilitas, skala usaha, tingkat kesehatan dan kepemilikan modal. Pemilihan
variabel-variabel di atas dilatarbelakangi dengan peneltian terdahulu antara lain
yang menemukan hasil yang bervariasi terkait dengan pengaruhnya dengan
tingkat efisiensi. Beberapa perbedaan menonjol yang cukup menarik untuk diteliti
adalah

mengenai

variabel

struktur

kepemilikan

yang

biasanya

memperbdaningkan tingkat efisiensi kelompok bank milik pemerintah dengan


dan bank swasta. Hasil temuan studi-studi terdahulu mengenai hal ini cukup
6

bervariasi, sebagian peneliti tidak menemukan perbedaan tingkat efisiensi yang


signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional (Mohan dan Ray,
2004; Altunbas et al., 1997; Denizer et. al, 2000). Sedangkan sebagian peneliti
yang lain mengungkapkan adanya perbedaan tingkat efisiensi yang signifikan di
antara kedua kelompok lembaga perbankan tersebut dengan dua variasi temuan.
Variasi pertama, kelompok bank pemerintah lebih efisien dari pada kelompok
bank swasta nasional (Bhattacharya, Lovell dan Sahay., 1997; Zaim, 1995; Isik
dan Hassan, 2000; Ramli, 2005), sedangkan variasi kedua kelompok bank
swasta nasional lebih efisien dari pada kelompok bank pemerintah (Jackson,
Fethi,

2000).

Berdasarkan

penelitian

sebelumnya

peneliti

melakukan

penyederhanaan jumlah variabel, hal ini dilatar belakangi oleh aspek-aspek yang
sudah terkandung dalam variabel input agar tidak tumpang tindih dengan
variabel determinan yang digunakan dalam tahap ini selain itu ditambahkan juga
variabel baru yaitu faktor kepemilikan sebagai salah satu bentuk pembangan dari
penelitian terdahulu.
Selain DEA terdapat pendekatan lain yaitu, pendekatan rasio adalah
pendekatan yang secara umum telah digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
di Indonesia, pendekatan rasio ini dikenal sebagai CAMEL. Perhitungan dan
batas tiap-tiap rasio yang ada pada CAMEL telah disesuaikan dengan kriteria
dan stdanar yang ditentukan BI, jika bank tersebut memenuhi stdanar yang
disesuaikan oleh BI bank tersebut selain dikatakan sebagai bank yang efisien
juga dapat dikategorikan sebagai bank yang sehat. Kriteria sehat oleh BI dibagi
menjadi 4 kriteria, sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Keempat
kategori di sini didasarkan oleh jumlah prosentasi penilaian dari tingkat
pengukuran CAMEL, dengan bobot yang sudah ditentukan oleh BI. Dari bobot
penilaian CAMEL dapat diketahui kemudian tingkat kesehatan dari BPR.
Penilaian dengan metode tersebut sudah dari dahulu diterapan di Indonesia, dari
7

metode CAMEL kita dapat mengetahui kemampuan penyediaan modal minimum


bank,

kualitas

aktiva

produktif

bank,

kemampuan

untuk

menghasilkan

pendapatan dengan beban yang ada (tingkat efisiensinya), dan kemampuan


bank dari sisi likuidasinya. Jadi kriteria sehat di sini merupakan pengukuran yang
merangkum beberapa aspek kriteria di dalamnya.
Namun terdapat beberapa kekurangan dari penilaian CAMEL yang dari
dahulu telah digunakan. Sebagai mana diketahui tingkat efisiensi dari CAMEL
tercermin dari rasio

BOPO yang merupakan perbandingan dari beban

operasional dengan pendapatan operasional hanya diberikan bobot nilai 5% dari


jumlah total penilaian dari CAMEL (Firdaus dan Hosen, 2013). Pembobotan yang
hanya 5% ini dapat disimpulkan bahwa CAMEL tidak begitu memprioritaskan
tingkat efisiensi dari bank tersebut. Selain itu, bank merupakan lembaga
intermediasi yang menggunakan banyak input dan output dalam proses
operasionalnya, bukan hanya beban operasional dan pendapatan operasional.
Pengukuran

efisiensi

dengan

menggunakan

rasio

juga

tidak

dapat

membandingkan secara langsung efisiensi suatu bank dengan bank lainnya


(Subekti, 2004).
Terlepas dari kekurangan CAMEL di atas, CAMEL tetap digunakan dalam
penilaian kinerja bank khususnya BPR. Dalam komponenen CAMEL terdapat
beberapa variabel yang juga digunakan dalam DEA, lalu bagaimanakah
hubungan CAMEL dengan DEA, apakah prosentase tingkat efisiensi DEA di sini
memiliki hubungan dengan tingkat kesehatan bank pada CAMEL. Hubungan
atau tingkat korelasi dari DEA dan CAMEL di sini sebelumnya pernah diteliti oleh
beberapa peneliti terdahulu antara lain. Hasil penelitian Kusumawardani (2008)
yang menunjukkan bahwa komponen capital, earning dan liquidity tidak memiliki
hubungan nyata dengan tingkat efisiensi. Penelitian Hosen dan Muhari (2013)
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi mempunyai hubungan positif yang nyata
8

tetapi lemah terhadap CAMEL. Penelitian Prasetyaningrum (2010) menunjukan


ada hubungan yang kuat antara DEA dan rasio keuangan yang terkdanung
dalam CAMEL khususnya untuk rasio CAR, ROE, dan BOPO. Isu-isu terkait
dengan hubungan antara DEA dan CAMEL di sini menjadi latar belakang yang
sangat menarik untuk diteliti kembali khususnya dalam dunia perbankan
terutama BPR.
Dari latar belakang yang begitu kompleks di atas peneliti mecoba
melakukan pendekatan penelitian yang sedikit mendalam mengenai konsep dari
DEA itu sendiri terkait dari fenomena efisiensi dalam dunia perbankan.
Khususnya pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang merupakan bank yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena sebagian besar konsumen
dari

BPR

merupakan

pihak-pihak

yang

menjadi

penggerak

dari

roda

perekonomian di Indonesia dan tergolong dalam Usaha Kecil Menengah Keatas


(UMKM).

Seiring

dengan

perkembangan

UMKM

sendiri

maka

tingkat

perekonomian, kesejahteraan dan produktifitas dari Indonesia akan meningkat


secara bertahap. Untuk itu dapat dikatakan bahwa menjaga tingkat efisiensi BPR
merupakan langkah dasar yang dapat meramaikan perekonomian yang ada di
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat efisiensi dari penerapan sistem akuntansi berbasis
online dan isu-isu yang terkait dengan hal tersebut dalam penelitian ini akan
sangat

menarik

untuk

dibahas.

Untuk

itu,

peneliti

membagi

rumusan

permasalahan yang akan dikaji menjadi beberapa point berikut ini:


1. Bagaimana tingkat efisiensi dari BPR menggunakan metode DEA?
2. Apakah tingkat profitabilitas, skala usaha, tingkat kesehatan, dan
kepemilikan modal berpengaruh terhadap tingkat efisiensi BPR?
3. Apakah ada hubungan dari tingkat efisiensi dengan tingkat kesehatan bank
dengan pendekatan CAMEL?
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas mengenai tingkat


efisiensi dari penerapan sistem akuntansi berbasis online dan isu-isu yang terkait
dengan hal tersebut, maka disusun beberapa tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dari BPR menggunakan metode DEA.
2. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas, skala usaha, tingkat kesehatan, dan
kepemilikan modal berpengaruh terhadap tingkat efisiensi BPR.
3. Untuk mengetahui hubungan dari tingkat efisiensi dengan tingkat
kesehatan bank dengan pendekatan CAMEL.
1.4 Kontribusi Penelitian
1.4.1

Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan bukti empiris terkait

dengan tingkat efisiensi teknis yang dianalisis dengan DEA dan isu-isu yang
terkait dengan hal tersebut yang akan dibantu dijelaskan oleh agency theory dan
kontijensi teori yang sesuai dengan konteks penelitian. Dengan demikian,
penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan
teori dari efisiensi dan pengetahuan dibidang akuntansi terutama bidang
akuntansi manajemen terkait

dengan perhitungan tingkat

efisiensi

dan

penerapannya di lapangan.
1.4.2 Kontribusi Praktis
a. Bagi BI
Bagi BI, penelitan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memberikan
pertimbangan bagi BI untuk pengukuran tingkat efisiensi tambahan bagi
BPR dalam hal untuk mennciptakan pengukuran tingkat efisiensi yang lebih
akurat bukan hanya berfokus dalam tingkat kesehatannya tetapi pada
tingkat efesiensi juga.
b. Bagi BPR
Bagi BPR, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi dari BPR .
Sehinggga dapat untuk dijadikan sebagai metode yang cocok untuk
meningkatkan kinerja dari BPR
c. Bagi Program Magister Akuntansi Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya
10

Bagi Program Magister Akuntansi Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan


Bisnis Universitas Brawijaya, dapat digunakan sebagai salah satu
tambahan untuk bahan penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti
selanjutnya khususnya dalam bidang akuntansi manajemen.

11

Anda mungkin juga menyukai