Anda di halaman 1dari 21

Penyusun:

Karina Desiana D. 130112140576


Mageswary Mogan 130112142554
Marizka Adzani
130112140528
Preseptor :
Dr.Nur Suryawan, SpA, M.Kes

DEFINISI
Anemia suatu keadaan yang ditandai oleh
berkurangnya kadar Hb atau jumlah eritrosit dibawah
normal sesuai dengan usia.

Untuk memastikan adanya anemia dapat dilihat dari


tiga parameter yaitu Hb, Ht atau jumlah eritrosit.

Nilai Hb dan Ht pada anak dengan anemia


menurut WHO tahun 2005 :
Usia

Hb

Ht

6 bulan - < 5 tahun

< 11 gr/dl

< 33 %

5 tahun - < 12 tahun < 11.5 gr/dl

< 34 %

12 tahun 14 tahun

< 35 %

< 12 gr/dl

Gambar pembentukan hemoglobin Hb F, Hb A

ETIOLOGI
Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi (Lanzkowsky) :
Kegagalan pembentukan eritrosit
Defisiensi
: Fe, Asam folat, Vitamin B12

Kegagalan sumsum tulang : anemia aplastik, infiltrasi


keganasan
Dishematopoeitik
: infeksi, gagal ginjal, penyakit hati,
disseminated malignancy

Perdarahan
Vaskular : DHF, trauma, sepsis
Platelet : ITP, DHF
Koagulasi : hemophilia
Hemolitik

korpuskular
ekstrakorpuskular

Index Eritrosit

1.

Kualitas Eritrosit ditentukan oleh :


MCV (Mean Corpuscular Volume)
MCV = Hematocrit (l/l)
Jumlah eritrosit(106/l)

N = 80-100 fl
2.

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)


MCH (pg) = Hemoglobin(g/dl)
Jumlah eritrosit106/l)

3.

N = 27-33 pg

MCHC (Mean Cell Hemoglobin Concentration)


MCHC (g/dL) = Hemoglobin(g/dl)
Hematocrit(l/l)

N = 32-36 %)

KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan morfologi eritrosit :

Normokrom normositer : aplastik anemia, anemia


karena pendarahan, anemia penyakit kronis,
anemia pada penyakit ginjal
Hipokrom mikrositer : anemia defisiensi besi,
thalasemia, lead poisoning
Normokrom makrositer : anemia defisiensi folat,
anemia defisiensi vit B12

DIAGNOSIS
Diagnosis anemia dapat ditegakkan
berdasarkan:
- Anamnesis
Keluhan utama : pucat atau pendarahan
Keluhan penyerta : lemah, letih, lesu, mudah
berkunang-kunang, aktivitas berkurang, cepat
lelah, BAB berdarah, petechiae, purpura,
echymosis, hematemesis, melena, hematekezia

Gejala khas :
Blood loss : riwayat demam tinggi mendadak, riwayat trauma,
riwayat infeksi, pendarahan susah sembuh, pendarahan sendi,
riwayat sering memar, riwayat batuk pilek
Kegagalan dalam pembentukan : asupan dan kualitas makanan,
riwayat sering terkena penyakit, kelainan pada BAK, riwayat
keganasan, berat badan menurun, anoreksia
hemolitik : urin berwarna kuning tua atau cokelat, ikterus, perut
membuncit, riwayat pergi ke daerah endemik malaria, demam lebih
dari 7 hari dengan fase tanpa demam
Faktor resiko
BBLR
riwayat keluarga
obat-obatan
tempat tinggal
radiasi

Pemeriksaan fisik
tanda-tanda umum : pucat, ikterus
tanda khusus :
Defisiensi Fe : rambut rontok, atropi papila lidah, pecah-pecah
pada ujung bibir, spoon nail
Thalasemia : Colley face, hepatosplenomegali,
Leukemia : hipertrofi gusi, pembesaran KGB
Defisiensi Vit B12 : paresis, ulkus di tungkai
Anemia aplastik : anemia berat, pendarahan, infeksi
ITP : ptechiae, echymosis. purpura
Hemophilia : memar pada kulit
tanda komplikasi : jantung (murmur, gallop)
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan rutin awal :
Hb, Hematokrit, leukosit, tombosit
Indeks eritrosit
Jumlah retikulosit
Pemeriksaan apus darah tepi

Pemeriksaan lain
Kadar bilirubin dan lactate dehydrogenase (LDH) (anemia
hemolitik)
Direct antiglobulin atau tes Coombs (anemia hemolitik autoimun)
Pemeriksaan enzim eritrosit (G6PD, pyruvate kinase)
Kadar besi, TIBC, dan ferritin (anemia kekurangan besi)
Kadar asam folat dan vitamin B-12 (anemia megaloblastik)
Golongan darah dan crossmatching untuk memperkirakan
kemungkinan anemia isoimun pada neonatus dan untuk persiapan
transfusi
BUN/kadar kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal
Kadar Thyroxine (T4)/thyroid-stimulating hormone (TSH) untuk
menghilangkan kemungkinan hipotiroid

ANEMIA DEFISIENSI
BESI

Anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi


yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin.
Merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan di dunia, terutama di egara yang
sedang berkembang.
Hampir selalu terjadi sekunder terhadap
penyakit yang mendasarinya, sehingga
koreksi terhadap penyakit dasar menjadi
bagian yang penting dari pengobatan.

Etiologi

Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis


Pertumbuhan
Menstruasi

Kurangnya besi yang diserap


Masukan besi dari makanan yang tidak
adekuat
Malabsorpsi besi

Perdarahan
Transfusi feto-maternal
Hemoglobinuria
Iatrogenic blood loss
Idiopathic pulmonary hemosiderosis
Latihan yang berlebihan

Patofisiologi
3 tahap defisiensi besi, yaitu :
Tahap pertama
disebut iron depletion atau storage iron
deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi.
Tahap kedua
disebut iron deficient eythropoietin atau iron
limited erythropoiesis didapatkan suplai besi
yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis.
Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut iron deficiency anemia.
Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid
sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb.

Manifestasi Klinis
Pucat
Hb < 5 gr/dl gejala iritabel dan anoreksia mulai
tampak lebih jelas.
Bila anemia terus berlanjut terjadi takikardi,
dilatasi jantung,murmur sistolik.
Gejala lain adalah kelainan non hematologi akibat
kekurangan besi seperti :
spoon-shaped nail, atrofi papila lidah, postcricoid
esophageal webs ,perubahan mukosa lambung dan usus
halus.
Intoleransi terhadap latihan
Termogenesis yang tidak normal
Daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun,
Limpa hanya teraba pada 10-15%

Pemeriksaan
Penunjang
Darah rutin : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit,

Indeks eritrosit, retikulosit, morfologi darah tepi (MDT),


Pemeriksaan status besi : Fe serum, TIBC, Saturasi transferin,
FEP, feritin,
Fe serum
: menentukan jumlah besi yang terikat
pada
transferin
TIBC
: untuk mengetahui jumlah transferin yang
berada dalam sirkulasi darah.
ST
: menunjukkan suplai besi adekuat/tidak untuk
menunjang eritropoisis.
FEP
: mengetahui kecukupan penyediaan besi ke
eritroid sumsum tulang.
Feritin serum : mengetahui jumlah cadangan besi tubuh.
Apus sumsum tulang
gambaran khas hiperplasia sistem eritropoietik dan
berkurangnya hemosiderin.
Untuk mengetahui ada tidaknya besi dgn pewarnaan Prussian
blue.

Diagnosis
Kriteria Anemia
Defisiensi
Besi (WHO) :
Kadar Hb kurang dari
normal sesuai usia
Konsentrasi Hb
eritrosit rata-rata <
31% (N : 32-35%)
Kadar Fe serum < 50
g/dl (N : 80-180
g/dl)
Saturasi transferin <
15% (N : 20-50%)

Kriteria Anemia
Defisiensi
Besi (Cook &Monsen) :
Anemia hipokrom
mikrositik
Saturasi transferin <
16%
Nilai FEP > 100 g/dl
eritrosit
Kadar Feritin serum
< 12 g/dl

Diagnosis
Kriteria Anemia Defisiensi Besi menurut
Lanzkowsky :
Pemeriksaan MDT :
gbr. hipokrom mikrositer yg dikonfirmasi dgn
indeks eritrosit
FEP meningkat
Feritin serum menurun
Fe serum , TIBC , ST < 16%
Respon terhadap pemberian preparat besi :
Retikulosit mencapai puncak hari ke 5-10
Kadar Hb rata-rata 0,25-0,4 g/dl/hari atau Ht
1% /hari.
Sumsum tulang :
Tertundanya maturasi sitoplasma
Pada pewarnaan tidak ditemukan besi atau besi
berkurang.

Pemeriksan Laboratorium untuk


membedakan Anemia Defisiensi Besi
(Lukens, 1995)
Pemeriksaa
n Lab

Anemia
Defisiensi
Besi

Talasemia
minor

Anemia
penyakit
kronis

MCV

N,

Fe serum

TIBC

Saturasi
transferin

FEP

N,

Feritin serum

TERIMA KASIH..

Anda mungkin juga menyukai