PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma Nefrotik merupakan kumpulan gejala-gejala yang terdiri dari proteinuria
masif ( 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine sewaktu >
2mg/mg atau dipstick 2+ ), hipoalbuminemia ( 2,5 gr/dL), edema, dan dapat
disertai hiperkolesterolemia (250 mg/uL)1.
Sindroma Nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang
sering dijumpai pada masa kanak-kanak. Menururt kepustakaan di
Amerika Serikat dan Erop, Insiden syndrome Nefrotik pada anak
berkisar antara 1-3 kasus baru dari setiap 100.000 anak di bawah
16 tahun setiap tahunnya, dengan prevalensi komulatif sebesar 16
kasus per 100.000 anak1.
Setiap hal yang mengganggu fungsi filtrasi glomerulus sehingga
menyebabkan terlepasnya albumin plasma dalam jumlah besar ke
dalam ruang bowman akan mengakibatkan terjadinya sindrom
nefrotik
Etiologi sindrom nefrotik secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital,
glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti
pada purpura Henoch-Schonlein dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik
pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan,
merupakan kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis
buruk. Pada tulisan ini akan dibicarakan aplikasi klinis dari sindroma nefrotik pada
pasien anak yang dirawat di RSUD dr. Mohammad. Saleh Probolinggo.
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
SINDROMA NEFROTIK
2.1. Definisi
Sindrom Nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering
dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis
yang terdiri dari proteinuria massif, hipoalbumin, hiperkolesterlemia
serta sembab. Yang dimaksud dengan proteinuria massif adalah
apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kgbb/hari atau
lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari
2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis dia tas, kadang-kadang
dijumpai pula hipertensi, hematuria, bahkan kadang-kadang
azetomia. 1
Sindrom nefrotik (SN) adalah sekumpulan manifestasi klinis yang
ditandai oleh proteinuria masif (lebih dari 3,5 g/1,73 m2 luas
permukaan tubuh per hari), hipoalbuminemia (kurang dari 3 g/dl),
edema, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas. Umumnya
nefrotik sindrom disebabkan oleh adanya kelainan pada glomerulus
yang dapat dikategorikan dalam bentuk primer atau sekunder.
Istilah sindrom nefrotik primer dapat disamakan dengan sindrom
nefrotik idiopatik dikarenakan etiologi keduanya sama termasuk
manisfestasi klinis serta histopatologinya
2.2. Epidemiologi
Sindroma Nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang
sering dijumpai pada masa kanak-kanak. Menururt kepustakaan di
Amerika Serikat dan Erop, Insiden syndrome Nefrotik pada anak
berkisar antara 1-3 kasus baru dari setiap 100.000 anak di bawah
16 tahun setiap tahunnya, dengan prevalensi komulatif sebesar 16
kasus per 100.000 anak. 2
Insiden sindrom nefrotik telah cukup stabil selama 30 tahun
terakhir, tetapi ada saran bahwa pola histopatologi mungkin
berubah. Sebagai contoh, laporan dari berbagai belahan dunia
menunjukkan
kejadian
meningkatnya
focal
segmental
glomerulosklerosis (FSGS) tidak hanya setelah disesuaikan dengan
variasi dalam praktek biopsi ginjal tetapi juga didasarkan pada
asumsi secara menyeluruh bahwa semua pasien yang tidak
memiliki biopsi ginjal memiliki minimal mengubah sindrom nefrotik
(MCN). 5
Pada orang dewasa paling banyak nefropati membranosa (30%50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan
wanita 2 : 1. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun
sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun. Sindrom nefrotik
sekunder pada orang dewasa terbanyak disebabkan oleh diabetes
mellitus.
Sepertiga penderita SN tidak akan mengalami kambuh setelah
remisi pertama, namun duapertiga penderita SN akan mengalami
kambuh. AngkaMacBook Pro
Page 3 2/1/16 kekambuhan pada sindrom
nefrotik kira-kira 70% dengan proteinuria dan edema berulang.
2.3. Etiologi Sindroma Nefrotik
Setiap hal yang mengganggu fungsi filtrasi glomerulus sehingga
menyebabkan terlepasnya albumin plasma dalam jumlah besar ke
dalam ruang bowman akan mengakibatkan terjadinya sindrom
nefrotik4
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Sindrom Nefrotik Primer
Dimana faktor etiologinya tidak diketahui, dikatakan sindrom
nefrotik primer oleh karena sindrom ini terjadi secara primer
akibat kelainan pada glomerulus itu tanpa ada sebab yang
lain. Golongan ini paling sering ditemukan pada anak. Yang
termasuk sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik
kongenital, yaitu salah satu sindrom nefrotik yang ditemukan
sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. 3 Sindroma
Nefrotik Idiopatik pada anak, yang terjadi karena kelainan
pada ginjalnya sendiri dan tidak ditemukan adanya penyebab
lain, secara terminology histopatologi , dibagi menjadi 5:
a. Kelainan Minimal (KM)
b. Glomerulosklerosis Fokal Segmental (GSFS)
c. Glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP) atau
disebut Glomerulonefritis mesangiokapiler (GNMK)
d. Nefropati Membranosa (NM)
Dimana kelainan histopatologik yang paling sering dijumpai
pada sindrom nefrotik idiopatik pada anak (lebih dari 80%)
adalah tipe sindrom nefrotik kelainan minimal.
2. Sindrom Nefrotik Skunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau
sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti
misalnya efek samping obat, dimana penyebab yang paling
sering dijumpai adalah 3 :
a. Penyakit metabolic atau kongenital : diabetes mellitus,
amyloidosis, sindrom alport, miksedema.
2.4. Patofisiologi
Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama
terjadinya sindrom nefrotik, namun penyebab terjadinya
proteinuria belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat
menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya
terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran
basal. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin
yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar kapiler
glomerulus 3. Hipoalbuminemia merupakan akibat utama dari
proteinuria yang hebat. Sembab muncul akibat rendahnya kadar
albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik
plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke
ruang interstitial 6.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik
koloid plasma intravaskuler. Keadaan ini menyebabkan terjadi
ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema.
Keadaan tersebut juga merangsang hepar untuk memobilisir lemak
dengan cadangan tubuh ke dalam sirkulasi sehingga terjadi
hiperlipidemia. Hiperlipidemia semakin hebat karena terbuangnya
melalui urine asam glikoprotein sebagai perangsang lipase 3.
Akumulasi cairan di kompartemen interstitial, yang biasanya
bermanifestasi sebagai edema wajah atau umum, adalah gejala
utama pada anak-anak dengan sindrom nefrotik. Menurut definisi,
pasien nefrotik edema selalu memiliki total kelebihan tubuh kedua
natrium dan air. Edema pada sindrom nefrotik umumnya dianggap
hasil dari proteinuria masif, yang mengarah ke hipoalbuminemia
dan retensi natrium dan air untuk mengkompensasi penurunan
volume intravascular 5.
Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin
yang memicu aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS),
hormon katekolamin serta ADH (anti diuretik hormon) dengan
4
Sintesis : Protein
Lipid
Hiperlipidemi
a
Volume Plasma
Cardiac Output
Aliran darah ke ginjal
Laju filtrasi
Retensi air dan
garam di tubulus
renalis
Sekresi Hormone
Mineralcorticoid
Aldosterone
Anti diuretic
Jumlah Cairan
Interstisial
Edema
Patofisiologi terjadinya sembab pada sindrom nefrotik menurut
teori underfill
Dalam teori ini dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin
plasma dan aldosteron adalah sekunder karena hipovolemia. Tetapi
ternyata tidak semua penderita sindrom nefrotik menunjukkan
fenomena tersebut. Beberapa penderita sindrom nefrotik justru
memperlihatkan peningkatan volume plasma dan penurunan
5
Kelainan
Glomerolus
Retensi Na renal
Primer
Albuminuria
Hipoalbuminemia
volume plasma
Edem
a
Patofisiologi terjadinya sembab menurut teori Overfill
Menurut teori ini retensi renal natrium dan air terjadi karena mekanisme
intrarenal primer dan tidak tergantung pada stimulasi sistemik perifer. Retensi
natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan cairan
ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat overfilling cairan ke dalam
kompartemen interstitial. Teori overfill ini dapat menerangkan volume plasma yang
meningkat dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat
hipervolemia.
Pembentukan edema pada sinrom nefrotik merupakan suatu
proses yang dinamis dan mungkin kedua proses underfill dan
overfill berlangsung bersamaan atau pada waktu berlainan pada
individu yang sama, karena pathogenesis penyakit glomerulus
mungkin suatu kombinasi rangsangna yang lebih dari satu.
2.5. Manifestasi Klinis
Pasien sindroma nefrotik biasanya datang dengan sembab pada
palpebral atau pretibial. Bila berat akan disertai asites, efusi pleura
dan sembab pada skrotum. Kadang-kadang disertai oligouria dan
gejala infeksi. Nafsumakan berkurang dan diare. Bila disertai sakit
perut hati-hati terhadap terjadinya peritonitis. Infeksi saluran atas
2.7. Diagnosis
Sindrom nefrotik ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinik
yang khas, yaitu :
1. Proteinuria masif atau proteinuria nefrotik
dimana dalam urin terdapat protein 40 mg/m 2 lpb/jam
atau > 50 mg/kgBB/ 24 jam, atau rasio albumin/ kreatinin
pada urin sewaktu >2 mg/mg, atau dipstik 2+. Proteinuria
pada sindrom nefrotik kelainan minimal relatif selektif, yang
terbentuk terutama oleh albumin.
2. Hipoalbuminemia
Albumin serum < 2,5 g/dl. Harga normal kadar albumin
plasma pada anak dengan gizi baik berkisar antara 3.6-4.4
g/dl. Pada sindrom nefrotik retensi cairan dan sembab baru
akan terlihat apabila kadar albumin plasma turun dibawah
2.5-3.0 g/dl, bahkan sering dijumpai kadar albumin plasma
yang jauh dibawah kadar tersebut.
3. Oedem
4. Hiperlipidemia
Pasien
sindrom
nefrotik
idiopatik
mengalami
hiperkolesterolemia (kolesterol serum lebih dari 200 mg/dl)
2.8. Penatalaksanaan
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya dirawat di rumah
sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan
diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi orangtua.
Sebelum pengobatan steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan- pemeriksaan
berikut:
1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik,
seperti lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch Schonlein.
4. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan. Setiap
infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai.
5. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis INH
selama 6 bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat antituberkulosis (OAT).
Perawatan di rumah sakit pada SN relaps hanya dilakukan bila terdapat
edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat,
gagal ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas fisik
disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak berat, anak boleh
sekolah.
2.8.1 Dietetik.
9
10
2.8.3 Imunisasi
Semua vaksin mati secara umum aman untuk anak yang
mengalami remisi. Semua vaksin yang hidup sebaiknya
dihindari hingga steroid dihentikan selama paling sedikit 6
minggu. Selain itu, harus dihindari jika terapi cyclofosfamid
atau cyclosporine A telah diinisiasi
2.9. Pengobatan Dengan Kortikosteroid
Jangan tergesa-gesa dalam memulai terapi kortikosteroid,
bila diagnosis sindrom nefrotik telah ditegakkan, karena remisi
spontan dapat terjadi pada 5-10% kasus. Steroid dapat dimulai
apa bila gejala menetap atau memperburuk dalam waktu 10-14
hari.
Dimana menggambarkan respons terapi terhadap steroid pada
anak dengan sindrom nefrotik digunakan istilah seperti pada
tabel berikut :
11
Remisi
Kambuh(Relap
s)
Kambuh tidak
sering
Proteinuria
negatif atau
seangin, atau
proteinuria < 4 4 mg/m/jam selama 3 hari
berturut-turut.
Proteinuria 2 + atau proteinuria > 40
mg/m2/jam selama 3 hari berturut-turut,
dimana sebelumnya pernah mengalami
remisi.
Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan,
atau < 4 kali dalam periode 12 bulan.
Kambuh sering
Kambuh 2 kali dalam 6 bulan pertama
setelah respons awal, atau 4 kali
kambuh pada setiap periode 12 bulan.
Responsifsteroid
Dependensteroid
Resistensteroid
Responder
lambat
Nonresponder
awal
Nonresponder
lambat
Resisten-steroid terjadi pada pasien yang
sebelumnya responsif-steroid.
12
13
2.10.
Komplikasi
- Infeksi
Anak-anak dengan NS berada pada risiko yang lebih tinggi
terkena infeksi, sebagian karena penyakit itu sendiri dan
sebagian karena terapi imunosupresif. Mereka memiliki
kecenderungan yang kuat untuk infeksi pneumokokus.
Beberapa ahli mengusulkan bahwa anak-anak dengan NS
diberikan profilaksis penisilin selama relaps dari penyakit ini.
Penting untuk diingat bahwa bakteri gram negative
menyebabkan proporsi yang signifikan dari infeksi pada anakanak dengan NS, dan sampai organisme telah diidentifikasi
dalam pasien tertentu, antibiotika spektrum luas harus
ditentukan. Pasien pada obat-obatan imunosupresif, jika
terkena infeksi varicella, sebaiknya menerima imunoglobulin
zoster dalam waktu 72 jam. Pasien dengan varicellaharus
ditangani dengan infus asiklovir.
- Hipovolemia
Shock
dan
hipovolemia
umumnya
terjadi
pada
perkembangan edema. Kehilangan cairan selama diare,
muntah, sepsis dan terapi diuretik secara gegabah memicu
terjadinya
hipovolemia. Tanda-tanda klinis dan gejala
termasuk kram pusat perut parah dengan atau tanpa muntah,
penurunan output urine, kaki dingin, tekanan darah rendah
atau hipertensi reaktif. Laboratorium temuan natrium urin
rendah (<10 mEq / l) dan hematokrit meningkat menandakan
shock hipovolemik. pengobatan sangat penting dan infus
koloid adalah andalan pengobatan; 4,5% albumin, albumin
20% atau plasma harus diinfus perlahan-lahan di bawah
pengawasan hati-hati. Jika terjadi edema paru, infus harus
dihentikan dan diberikan furosemid intravena (1 mg / kg).
- Hipertensi
Dalam sindrom nefrotik sensitive steroid (SSNS), tekanan
darah biasanya normal. Namun, hipertensi pada anak dengan
SSSN harus dievaluasi sangat hati-hati. Ini mungkin
mencerminkan hipervolemia atau vasokonstriksi ekstrim dalam
menanggapi hipovolemia dimediasi melalui sistem reninangiotensin. kemudian, kadar natrium urin akan sangat
rendah. Jika tekanan darah melebihi batas normal, terapi
singkat antihipertensi dapat ditentukan setelah hipovolemia
tidak diperhitungkan. Umumnya obat antihipertensi yang
digunakan adalah nifedipin, hydralazine atau atenolol. Diuretik
sangat berguna ketika hipertensi diakibatkan overload cairan
14
- Trombosis
Anak-anak dengan sindrom nefrotik dapat berkembang
menjadi thrombosis arteri dan vena. Kejadian thrombosis
karena
kombinasi
factor
hemodinamik
dan
status
hiperkoagulasi yang berhubungan dengan sindrom nefrotik. Ini
terjadi kehilanngan antitrombus melalui urine, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya thrombosis pada sindrom
nefrotik.
- Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut sangat jarang terjadi pada SSNS, tetapi
derajat ringan azotemia prerenal terlihat dalam hubungan
hipovolemia yang merespon penggantian volume.
- Osteoporosis
Risiko osteoporosis terpengaruh-steroid memiliki implikasi
signifikan jangka panjang. Faktor prediktif massa tulang yang
rendah adalah usia lebih tua saat onset, asupan kalsium yang
rendah dan dosis steroid kumulatif.
- Gizi Buruk :
Kehilangan
protein
darah
terlalu
banyak
dapat
mengakibatkan kekurangan gizi. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan berat badan, tapi tertutupi oleh adanya
pembengkakan.
2.11. Prognosis
Prognosis makin baik jika dapat di diagnosis segera.
Pengobatan segera dapat mengurangi kerusakan glomerolus lebih
lanjut akibat mekanisme kompensasi ginjal maupun proses
autoimun. Prognosis juga baik bila penyakit memberikan respons
yang baik terhadap kortikosteroid dan jarang terjadi relaps. Terapi
antibakteri dapat mengurangi kematian akibat infeksi, tetapi tidak
berdaya terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat terjadi
gagal ginjal.
Faktor yang paling penting dalam menentukan prognosis
anak- anak dengan sindrom nefrotik adalah kemampuan
merespon steroid. Sementara lebih dari 70 persen anak-anak
dengan sindrom nefrotik sensitive steroid relaps dan hampir 50
persen memiliki relaps sering atau tergantung steroid, resiko
mereka untuk progersi kearah gagal ginjal kronis minimal. Studistudi pada sajarah alam menunjukkan bahwa 15-25 persen pasien
dapat berlanjut menjadi relaps setelah 10-15 tahun setelah onset
penyakit.usia muda pada onset dan relaps sering selama masa
anak berhubungan dengan relaps pada masa dewasa.
15
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
No. RM
MRS
3.2.
:
:
:
:
:
:
ANAMNESA
A. Keluhan Utama
: Bengkak
17
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
: Baik
B. Kesadaran
: Komposmentis
C. Status Gizi
: Normal (92,8%)
BB
: 13 kg
BBI : 14 kg
PB
: 89 cm
D. Tanda vital
Nadi : 114 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu : 36,2 o C (aksiler)
E. Status Generalis
Kepala Leher
a/i/c/d : -/-/-/- , Pembesaran KGB (-), PCH (-)
Odema periorbital (+)
Dada
Simetris (+), retraksi (-)
Jantung
S1, S2 tunggal, murmur (-)
Paru-paru
Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/ Abdomen
Supel, hepar dan lien tidak teraba, metiorismus (-), BU (+),
turgor baik
Genitalia
Laki-laki DBN, tidak bengkak, tidak kemerahan.
Ekstremitas
Akral hangat (+), oedem (-), CRT < 2 detik
Status neurologi
Kaku kuduk (-)
18
3.4.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hematolokrit
Hemoglobin
Leukosit
36
12,0
9.070
%
g/uL
/mm3
37 49
13 18
4000 11000
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Trombosit
Eritrosit
11
1
29
55
4
359,000
5,0
%
%
%
%
%
/mm3
juta,uL
08
03
45 70
16 46
4 11
150.000 350.000
4,5 5,3
383
mg/dl
<= 200
2,2
g/dl
3,3 5,2
Fungsi Ginjal
BUN
Kreatinin
Asam Urat
10,7
0,7
3,7
mg/dl
mg/dl
mg/dl
10 20
0,5 1,7
3,6 8,5
Urine
Urine Lengkap
Kimia Urine
Albumin
Reduksi
Nitrit
Keton
Urobilin
Bilirubin
Positif (++)2
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Kimia Klinis
Lemak
Cholesterol total
Fungsi Hati
Albumin
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
19
Mikroskopis Urine
Lekosit
Eritrosit
Epitel
Kristal
Silinder
Lain lain
3.5.
12
/LP
01
/LP
23
/LP
Negatif
Granula 1 - 2
Negatif
ASSASMENT
Sindroma Nefrotik Relaps
3.6.
TERAPI
Tranfusi Albumin 20% 60mg/2jam
Pre Lasix 13 mg IV
Post Lasix 13 mg IV
Prednison 2 2 1
Besok post tranfusi albumin ke 2
Diet TKCP R6 (Nasi 3k/h)
Bed Rest
Lab :
DL
UL
20
0-5
05
05
Negatif
Negatif
Negatif
11 Juni 2014
12 juni 2014
Subjektif
Bengkak pada bagian wajah,
Panas naik turun mulai sabtu
malam
Batuk +, mulai hari seninan
Bengkak bagian kaki, tangan
dan perut
(-) Pilek (-) Muntah (-) Sesak (-)
Subjektif
Keluarga mengatakan anak
masih Bengkak, batuk/pilek (+)
Makan/Minum dibatasi, Panas
(-) Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , jernih
BAB + , mencret Makan/minum +/+
Subjektif
Keluarga mengatakan anak
masih Bengkak, batuk/pilek (+)
Makan/Minum dibatasi, Panas
(-) Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , jernih
BAB + , mencret Makan/minum +/+
BAK + , jernih
BAB + , baik
Makan/minum +/+
Objektif
KU: lemah
Kesadaran: CM
Suhu: 38,5oC
RR: 22 x/menit
HR: 80 x/menit
T: 100/70 mmHg
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 37,0oC
RR: x/menit
HR: x/menit
TD: mmHg
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 37,4oC
RR: x/menit
HR: 120 x/menit
TD: 100/60 mmHg
21
Berat badan
Berat badan
Berat badan : 12 kg
Assessment
Hipertermi
Planning
Inf Asering 1100 ml/24 jam
Inj Ceftri 2 X 300 mg
Inj Tomit 2 X 1/3 a k/p
Inj Antrain 3 X 150 mg (jika
>38 C)
Assessment
DD : SN, GNA
Planning
Terapi:
Ceftri 2 X 500 mg
Assessment
GNAPS, SN, Edema Paru
Planning
Terapi:
Inf Aff
Diet RG
Forosemid 1 X 12 mg
Ceftri 2 X 500
Foto thorax
Albumin
Cholesterol
RFT
Asto
Diet TKCP RG Nasi 3X/hr
Bed Rest
UL
22
Lab :
Albumin
Cholesterol
Asto
UL
13 Juni 2014
14 Juni 2014
16 juni 2014
Subjektif
Bengkak sudah mulai
berkurang,
Panas
Batuk - ,
(-) Pilek (-) Muntah (-) Sesak (-)
Subjektif
Bengkak sudah mulai
berkurang,
Panas
Batuk - ,
(-) Pilek (-) Muntah (-) Sesak (-)
Subjektif
Bengkak sudah mulai
berkurang,
Panas
Batuk - ,
(-) Pilek (-) Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , jernih
BAB + , baik
Makan/minum +/+
Objektif
KU: lemah
Kesadaran: CM
Suhu: 37oC
RR: x/menit
HR: 82 x/menit
T: 100/70 mmHg
BAK + , jernih
BAB + , baik
Makan/minum +/+
Objektif
KU: lemah
Kesadaran: CM
Suhu: 36,7oC
RR: x/menit
HR: 88 x/menit
T: 100/60 mmHg
BAK + , jernih
BAB + , baik
Makan/minum +/+
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,7oC
RR: x/menit
HR: 88 x/menit
TD: 100/60 mmHg
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Odema pada wajah Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: Suefl, met +, bising
usus +, hepar dan lien tidak
teraba, turgor baik
Genitalia: Laki- lakiDBN
Ektremitas: akral hangat,
oedema tangan kaki dan perut - ,
CRT < 2 detik
Status neurologis: GCS 456,
kaku kuduk Pemeriksaan Lab
Albumin 2,0 mg/dl
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Odema pada wajah Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: Suefl, met +, bising
usus +, hepar dan lien tidak
teraba, turgor baik
Genitalia: Laki- lakiDBN
Ektremitas: akral hangat,
oedema tangan kaki dan perut -,
CRT < 2 detik
Status neurologis: GCS 456,
kaku kuduk Pemeriksaan Lab
UL :
Albumin Neg
Bilirubin Neg
Eritrosit 0 - 1
Lekosit 1 2
Urobilin Neg
23
Berat badan : 11 kg
Assessment
Sindroma Nefrotis
Assessment
Sindroma Nefrotik
Assessment
Sindroma Nefrotik
Planning
Diet (TK TP CP RG)
Furosemid 1 x 12 g iv
Ceftriakson 2 X 500mg iv
Tranfusi Albumin 20% (60cc)
Planning
Ceftriaxon 2 X 500mg IV
Prednison 2 1 1 (3)
Diet rendah Garam cukup
protein
Planning
Ceftriaxon 2 X 500mg IV
Prednison 2 1 1 (3)
Diet rendah Garam cukup
protein
Bed rest.
Bed rest.
Lab :
UL ulang
Foto Thorax ulang
24
Lab :
Albumin
Cholesterol
Asto
UL
17 Juni 2014
Subjektif
Bengkak sudah tidak bengak
Panas
Batuk (-) Pilek (-) Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , jernih
BAB + , baik
Makan/minum +/+
Objektif
KU: lemah
Kesadaran: CM
Suhu: 36oC
RR: x/menit
HR: 74 x/menit
T: 90/50 mmHg
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Odema pada wajah Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: Suefl, met +, bising
usus +, hepar dan lien tidak
teraba, turgor baik
Genitalia: Laki- lakiDBN
Ektremitas: akral hangat,
oedema tangan kaki dan perut -,
CRT < 2 detik
Status neurologis: GCS 456,
kaku kuduk Pemeriksaan Lab
Urine Total (24 jam)
Berat badan : 11 kg
Assessment
Sindroma Nefrotis
Planning
Prednison 2 1 1 (4)
Mulai tgl 14/6 14
Acc KRS
25
29 Januari 2015
Sakit hari ke: 7
30 Januari 2015
Sakit hari ke: 8
Subjektif
1 mggan Batuk dan pilek,
5 harian bengkak pada wajah
,dimulai dari air mata terus ke
bawah
Riwayat :
An. Pernah MRS dngan keluhan
yang sama 5 bulan yang lalu.
Anak suka makan mie instan
Keluarga mengatakan anak masih
bengkak. Panas (-) Batuk (-) Pilek
(-) Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , jernih
BAB + , mencret
Makan/minum +/+
Objektif
KU: Cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,5oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T: 100/60 mmHg
Subjektif
Keluarga mengatakan anak masih
Bengkak, batuk/pilek (+)
Makan/Minum dibatasi, Panas (-)
Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , jernih
BAB + , mencret Makan/minum +/+
Subjektif
Banyak sudah berkurang tadi malam
> 5X berwarna bening mata sudah
tidak bengka, perut sudah tidak
bengkak, Panas (-) Batuk (-) Pilek
(-) Muntah (-) Sesak (-)
BAB : (+) kemarin 1X, warna
kuning
BAK: Dbn (+) mencret (-)
Makan/minum +/+
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,0oC
RR: 36 x/menit
HR: 22 x/menit
TD: 100/60 mmHg
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,6oC
RR: 24 x/menit
HR: 100 x/menit
TD: 90/60 mmHg
26
Albumin
Mikroskopis :
Lekosit
Eritrosit
Epitel
Positif (++)2
5 6 /LP
1 2 /LP
3 5 /LP
Berat badan
Berat badan
13 kg
Berat badan
Assessment
Sindroma Nefrotik relaps
Planning
Terapi:
Tranfusi Albumin 20% 60ml (2hr)
Pre Lasix 13 mg IV
Post Lasix 13 mg IV
Prednison 2 - 2 1
(besok post Tranfusi Alb ke-2)
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Bed Rest
Assessment
Sindroma Nefrotik relaps
Planning
Terapi:
Tranfusi Albumin 20% 60ml 1X
Pre Lasix 13 mg IV
Post Lasix 13 mg IV
Prednison 2 - 2 1
(Post Tranfusi Alb)
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Bed Rest
Assessment
Sindroma Nefrotik relaps
Planning
Terapi:
Prednison
221
Calmic 1X cth 1
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Albumin Post tranf (lihat hasil)
Bed Rest
Lab: UL
Lab: UL
Lab : UL
27
31 januari 2015
Sakit hari ke: 9
Subjektif
Keluarga menyatakan tidak ada
keluhan. Oedema berkurang.
Bengkak Sudah berkurang, ,
Mual (-) / Muntah (-) , Batuk (-)
/ Pilek (-), (-) Sesak (-)
BAK + , 1X warna kuning
kecoklatan padat keras
BAB + , mencret -, 3X pagi ini
warna kuning jernih berbusa
Makan/minum +/+
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,5oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T : 100/90 mmHg
1 februari 2015
Sakit hari ke: 10
Subjektif
Keluarga menyatakan tidak ada
keluhan. Oedema berkurang.
Panas (-) Batuk (-) Pilek (-)
Muntah (-) Sesak (-)
BAK + ,
BAB +
Makan/minum +/+
2 februari 2015
Sakit hari ke: 10
Subjektif
Keluarga menyatakan tidak ada
keluhan. Oedema berkurang.
Panas (-) Batuk (-) Pilek (-)
Muntah (-) Sesak (-)
BAK + , 1X lancar warna
kuning kecoklatan padat keras
BAB + 4x sehari
Makan/minum +/+
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,3oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T: 90/60 mmHg
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,5oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T: 100/60 mmHg
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: ascites -, met -,
bising usus +, hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Genitalia: DBN
Ektremitas: akral hangat,
oedema pretibial berkurang,
CRT < 2 detik
Status neurologis: GCS 456,
kaku kuduk Pemeriksaan Lab
-
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: ascites -, met -,
bising usus +, hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Genitalia: DBN
Ektremitas: akral hangat,
oedema pretibia berkurang,
CRT < 2 detik
Status neurologis:
GCS 456, kaku kuduk Pemeriksaan Lab
-
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: ascites -, met -,
bising usus +, hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Genitalia: DBN
Ektremitas: akral hangat,
oedema pretibial berkurang,
CRT < 2 detik
Status neurologis:
GCS 456, kaku kuduk Pemeriksaan Lab
Fungsi Hati
Albumin
3,4
g/dl
Mikroskopis Urine
Lekosit
1 2 /LP
Eritros
Epitel
Urine Total (24 jam)
350 cc
Berat badan
12 kg
Assessment
Sindroma Nefrotik relaps
28
01
1 2 /LP
/LP
Planning
Terapi:
Prednison
221
Calmic 1X1 cth 1
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Bed Rest
Albumin Post Tranfusi (hasil)
UL (hasil)
Planning
Terapi:
Tranfusi Albumin 20 % 60 cc
(2hr)
Pre Lasix 13 mg Iv
Post Lasix 13 mg Iv
Prednison
221
(Besok post Tranfusi Alb ke-2)
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Bed Rest
29
Planning
Terapi:
Pre Lasix 13 mg Iv
Post Lasix 13 mg Iv
Prednison
221
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Bed Rest
Acc Krs
3 februari 2015
Sakit hari ke: 11
Subjektif
Keluarga menyatakan tidak ada
keluhan. Oedema berkurang.
Panas (-) Batuk (-) Pilek (-)
Muntah (-) Sesak (-)
BAK: (-)warna kuning jernih
BAB: (-) semenjak kemarin
Makan/minum +/+
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 35,8oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T : 100/60 mmHg
K?L: a/i/c/d: -/-/-/Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: ascites -, met +,
bising usus +, hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Genitalia: DBN
Ekstremitas: akral hangat,
oedema pretibial berkurang,
CRT < 2 detik
Status neurologis:
GCS 456, kaku kuduk Pemeriksaan Lab
Urine Lengkap
AlbuminNegatif
Mikroskopis Urine
Lekosit 1 2
/LP
Eritrosit 0 1
/LP
Epitel 2 3 /LP
4 februari 2015
Sakit hari ke: 12
Subjektif
Keluarga menyatakan sudah
berkurang, tidak ada keluhan.
Oedema berkurang. Panas (-)
Batuk (-) Pilek (-) Muntah (-)
Sesak (-)
BAK: + kemarin warna kuning
keruh
BAB: + warna kuning
kecoklatan padat keras
Makan/minum +/+
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,4 oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T : 90/60 mmHg
5 februari 2015
Sakit hari ke: 13
Subjektif
Keluarga menyatakan tidak ada
keluhan, Bengkak Sudah
berkurang,. Panas (-) Batuk (-)
Pilek (-) Muntah (-) Sesak (-)
BAK: + , warna jernih
BAB: + Kuning kecoklatan
padat keras
Makan/minum +/+
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: ascites -, soefl, met -,
bising usus +, hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Genitalia: DBN
Ekstremitas: akral hangat,
oedema pretibial -, CRT < 2
detik
Status neurologis: GCS 456,
kaku kuduk Pemeriksaan Lab
Urine
K/L: a/i/c/d: -/-/-/Periorbital oedema Pembesaran KGB PCH Dada: simetris, retraksi Pulmo: vesikuler, wh -, rh Jantung: S1 S2 tunggal, murmur
Abdomen: ascites -, met -,
bising usus +, hepar dan lien
tidak teraba, turgor baik
Genitalia: DBN
Ekstremitas: akral hangat,
oedema pretibial -, CRT < 2
detik
Status neurologis: GCS 456,
kaku kuduk Pemeriksaan Lab
Albumin
positif
(+)1
Kimia Urine
Album
Negatif
Mikroskopis Urine
Lekosit
3 4/LP
Eritrosit
0 2/LP
Epitel
4
30
Objektif
KU: cukup
Kesadaran: CM
Suhu: 36,4oC
RR: 22 x/menit
HR: 100 x/menit
T :100/60 mmHg
3/LP
Kristal
Ca
Oksalat (+)
Silinder/Cast
Negatif
Lain-lain
Bakteri
(+)
Urine Total (24 jam)
350 cc
Berat badan
12 kg
Assessment
Sindroma Nefrotik relaps
Planning
Terapi:
Planning
Terapi:
Prednison
221
Calvic plus 1X Cth 1
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Planning
Terapi:
Prednison
221
Calvic plus 1X Cth 1
Diet TKCPRG Nasi 3X/hr
Bed Rest
Planning
Prednison
221
Calvic plus 1X Cth 1
Bed rest
KRS
31
(30-06-2014)
Pemeriksaan (UL)
Albumin Neg
Bilirium Neg
Ephitel 0 - 2
Eritrosit 3 - 4
Kristal
Neg
Lain-lain Neg
Lekosit 3 - 4
Reduksi Neg
Sedimen Neg
Silinder Neg
Urobilin Neg
(12-08-2014)
Pemeriksaan (UL)
Albumin Neg
Bilirium Neg
Ephitel 1 - 3
Eritrosit 0 - 1
Kristal
CA OX
Lain-lain Neg
Lekosit 1 - 3
Reduksi Neg
Sedimen Neg
Silinder Neg
Urobilin Neg
32
(15-07-2014)
Pemeriksaan (UL)
Albumin Neg
Bilirium Neg
Ephitel 4 - 6
Eritrosit 0 - 2
Kristal
Neg
Lain-lain Neg
Lekosit 1 - 2
Reduksi Neg
Sedimen Neg
Silinder Neg
Urobilin Neg
(11-09-2014)
Pemeriksaan (UL)
Albumin Neg
Bilirium Neg
Ephitel 6 - 7
Eritrosit 6 - 12
Kristal
Neg
Lain-lain Neg
Lekosit
3-4
Reduksi Neg
Sedimen Neg
Silinder Neg
Urobilin Neg
(14-10-2014)
Pemeriksaan (UL)
Albumin Neg
Reduksi Neg
Nitrit
Neg
Keton
Neg
Urobilin Neg
Bilirubin Neg
Mikroskopis Urine
Lekosit 0 - 1
Eritrosit 0 - 1
Epitel
0-1
Kristal
Neg
Silinder/ Cast Neg
(08-01-2015)
Pemeriksaan (UL)
Albumin Neg
Reduksi Neg
Nitrit
Neg
Keton
Neg
Urobilin Neg
Bilirubin Neg
Mikroskopis Urine
Lekosit 0 - 2
Eritrosit 0 - 1
Epitel
1-2
Kristal
Neg
Silinder/ Cast Neg
Lain lain
Lain lain
Neg
Neg
(26-01-2015)
DL
Hematokrit
36
Hemoglobin 12.0
Leukosit
9.070
Hitung Jenis
Eosinofil
11
Basofil
1
Neutrofil
29
Limfosit
55
Monosit
4
Trombosit 359.000
Eritrosit
5.0
Kimia Klinik
Lemak
Cholesterol total 383
Fungsi Hati
Fungsi Ginjal
Bun
10.7
Kreatinin
0.7
Asam Urat 3,7
Urine
Urine Lengkap
Kimia Urine
Albumin Positif (++)2
Reduksi Neg
Nitrit
Neg
Keton
Neg
Urobilin Neg
Bilirubin Neg
Mikroskopis Urine
Lekosit 1 - 2
Eritrosit 0 - 1
Epitel
2-3
Kristal
Neg
Silinder/ Cast Granula 1-2
Lain lain
33
Neg
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 RESUME :
Anak Laki-laki usia 4 tahun 8 bulan, datang ke Poli Anak dan
dirawat di rumah sakit dengan keluhan Badan bengkak sjak 4 hari yang lalu
pada hari sabtu pagi bangun dari tidur (24-01-2015) bengkak terutama di wajah,
kakinya bengkak. Panas -, diare -, mual -, muntah -, seminggu sebelum bengkak anak
sempat batuk pilek namun sekarang sudah membaik, Makan : baik, Minum :
menurun. BAB normal padat lunak berwarna kuning, BAK seperti biasa banyak dan
jernih. Riwayat penyakit dahulu : Pernah MRS, Badan Bengkak 5 bulan yang lalu,
bengkak pada saat itu hingga pada daerah genitalia, dimana bengkak pada saat itu
lebih parah dari sekarang, bengkak seluruh badan dan sempat di rawat MRS selama 8
hari, anak juga suka makanan mie instan beserta camilan ataupun makanan ringan
yang di jual di warung-warung. Riwayat alergi (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran
compos mentis, nadi 114x/menit, RR 24x/menit, Tax 36,2 oC. BB 13 kg dan PB 93,5
cm. Dari status general. pada mata yaitu edema palpebra kanan/kiri, disertai edema
pada kedua tungkai bawah, Tidak erdapat ascites pada abdomen.
Dari pemeriksaan penunjang yang menunjukkan kelainan adalah: Dari hasil lab
darah lengkap (26/01/15) didapatkan peningkatan,Trombosit senilai 359.000 /mm3,
,peningkatan yang sangat pada Cholesterol total yaitu 383 mg/dl dan penurunan
albumin senilai 2,2/cmm, kimia Urine, albumin Positif (++) 2, Mikroskopis Urine
Lekosit 1 2 /LP, Eritrosit 0 2 /LP, Epitel 3 5 /LP.
Dengan riwayat pernah MRS, Badan Bengkak 5 bulan yang lalu, dimana
bengkak pada saat itu bengkak hingga daerah genitalia, bengkak pada saat itu lebih
34
parah dari sekarang, bengkak seluruh badan dan sempat di rawat MRS selama 8 hari.
Serta kebiasaan Anak Suka makan mie instan minuman ringan sehari-hari.
Pasien dirawat di RSUD dr. Moh Saleh Probolinggo kembali dirawat pada
tanggal 28-01-2015, melalui R.Poli Anak dan keluar ruamah sakit pada 06-02-2015.
4.2 DISKUSI DAN TANYA JAWAB :
Pertanyaan
dr. Endah Tjiptaningsih Sp.A :
1. apa yang menunjang diagnosa Sindroma Nefrotik, sesuai dengan teori ?
2. berapa ada kriteria relaps ?, pasien ini termasuk relaps sering ataukah jarang ?
3. bagaimna tatacara terapi pemberian prednison serta pembagian dosis sesuai
dengan pasien ini ?, berapa lama pemberiannya?
4. Tanda remisi, apa saja ?, setelah remisi?
5. Indikasi tranfusi albumin pada pasien SN apa saja?
6. Kebutuhan albuin tranfusi berapa?
7. Calnic Sirup, isinya apa?, mengapa diberi Ca2+?
8. Mengapa diperlukan diet Cukup Protein (CP)?
9. Diet RG, sampai kapan dilakukan?
10. Pemeriksaan UL yang Khas pada pasien SN ?
11. Indikasi pemeriksaan ASTO dan C3, lalu kecurigaan kearah mana?
12. Kriteria pulang pasien SN?
Jawaban :
1. Manifestasi klinik utama pada pasien ini adalah adanya edema, yang tampak
pada sekitar mata, wajah dan bagian extremitas bawah. Dimana pada fase
awal edema tampak pada daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan
yang rendah (periorbida, pre-tibia). Edema dimulai pada pagi hari ketika
bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak pada ekstremitas bawah,
bersifat lunak. Dimana ditemukan pemeriksaan urinalis pada pasien ini
didapatkan albumin urin positif (++)2 yang menunjukan proteinuria. Pada
pemeriksaan
albumin
menunjukan
hipoalmunemia
dimana
nilainya
protein urin tanggal 30. Dari riwayat penyakit sebelumnya pasien sempat
dirawat di RS pada tahun 2014 dengan diagnosa Sindroma Nefrotik dan
sempat remisi selama 6 bulan, namun kambuh kembali pada januari 2015.
2. Kriteria relaps pada Sindroma Nefrotik ada dua, antara lain adalah SN yang
kambuh sering (frekuen) dan (nonfrekuen). Dimana pengertian dari SN
kambuh sering (frekuen) adalah terjadinya Kambuh lebih dari 2 kali
dalam 6 bulan pertama setelah respons awal, atau lebih dari
4 kali kambuh pada setiap periode 12 bulan. Sedangkan SN
kambuh tidak sering (nonfrekuen) adalah Kambuh kurang dari
2 kali dalam masa 6 bulan, atau kurang dari 4 kali dalam
periode 12 bulan. Pada pasien ini merupakan Sindroma
Nefrotik Nonfrekuen dengan alasan kekambuhan kurang dari
2 kali selama massa 6 bulan.
3. Tatacara pemberian terapi pada penderita Sindroma Nefrotik,
salah satunya dengan pemberian kortikosteroid fulldose
(prednison) 2mg/kgbb/hari terbagi menjadi 3 dosis selama
kurang dari 4 minggu, jika kurang dari 4 minggu sudah
mengalami remisi dapat dilanjutakan dengan pemberian
intermiten dose 1,5mg/kgbb/hari dapat secara tunggal atau
terbagi. Pada pasien ini dengan berat badan 13 kg dapat
diberikan 26mg/hari terbagi 3 dosis dengan dosis prednison
pertablet 5mg maka pemberiannya (5 tablet) 3 pada pagi hari
2 pada siang dan 1 pada malam hari, selama kurang dari 4
minggu.
Selanjutnya
setelah
mengalami
remisi
dapat
36
37
Daftar Pustaka
1. Chesney RW, 1999. The idiopatic neprotic syndrome. Curr Opin
Pediatr 11:158-61.
2. Alathas H, Tambunan T, Trihono PP, SO. P, Konsensus tata
laksanan sindrom nefrotik idiopatik pada anak, 2004, Ikatan
Dokter Anak Indonesia; Jakarta p.1-17.
3. Noer M, Soemiarso N, Sindrom Nefrotik, Pedoman Diagnosis dan
Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan Anak 2008, RSUD Soetomo;
Surabaya.
4. Bagga A, Menon S. Idiopathic Neprotic Syndrome; Initial
Management, in: Chiu MC, Yap HK, Editors. Pratical Paediatric
Nephrology-an Update of Current Practice. Hongkong: Medcom
limited. 2005,p. 109-15.
5. Gbadegesin R, Smoyer W, . Nephrotic Syndrome 2008. Capter 12
6. A report of the international Study of Kidney Disease in Children,
1981. The Primary Nephrotic syndrome in children : identification
of patiens with minimal change nephrotic syndrome from initial
response to prednisone. K Pediart 98:561.
7. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kompendium
Nefrologi Anak. 2011.IDAI. Jakarta,
8. .Aziz Rani, Soegondo S. Mansjoer A. et all. Sindrom Nefrotik. Panduan
Pelayanan Medik PAPDI. 3rd ed. Jakarta: PB. PAPDI. 2009
9. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Tata Laksana Sindrom Nefrologi Idiopatik Pada Anak. 2012.IDAI.
Jakarta
10. Jerome C. Lane, MD, 2014. Pediatric Nephrotic Syndrome,
University Feinberg School of medicine.
38
39