PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang
paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Harus
diingat bahwa terdapat keadaan-keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa ertitrosit, seperti pada dehidrasi,
perdarahan akut dan kehamilan. Permasalahan yang timbul adalah berapa kadar
hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit paling rendah yang dianggap
anemia. Kadar hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia,
jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu
seperti misalnya kehamilan.[1]
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah
eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu
diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar
yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
konfirmasi laboratorium.[2]
2.2.
KRITERIA
Anemia Akibat
Hemoragi
Anemia Hemolitik
b. Anemia mieloptisik
c. Anemia
pada
keganasan
hematologi
d. Anemia
diseritropoietik
e. Anemia
pada
sindrom
mielodisplastik
Anemia
akibat
kekurangan
eritropoietin : anemia
pada gagal ginjal kronik
HbS,HbE,dll
2) Anemia
Hemolitik
ekstrakorpuskular
a. Anemia Hemolitik
autoimun
b. Anemia Hemolitik
mikroangiopatik
c. Lain-lain
nonmegaloblastik
Anemia pada penyakit hati
kronik
Anemia pada hipotiroidisme
Anemia
pada
sindrom
mielodisplastik
Klasifikasi berdasarkan beratnya anemia:[4]
Grade 1 (Mild Anemia)
10 g/dl - cutoff point for ages
Grade 2 (Moderate Anemia)
7-10 g/dl
Grade 3 (Severe Anemia)
below 7 g/dl
2.4.
GEJALA KLINIS
Gejala anemia biasanya digolongkan menjadi 3 jenis gejala, yaitu: [1]
vitamin B12
Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali dan hepatomegali
Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi
2.6. Gejala Penyakit Dasar
Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat
bervariasi tergantung dari penyebab penyakit tersebut. Misalnya gejala
akibat infeksi cacing tambang: sakit perut, pembengkakan parotis dan warna
kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar
lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh
karena arthritits rheumatoid.
Hemoglobin
eritrosit
rata-rata
(HER)
atau mean
corpuscular
yang
akan
Dari kedua pendekatan ini kita dapat menduga jenis anemia dan
kemungkinan
penyebabnya.
Hasil
ini
dapat
diperkuat
dengan
perdarahan akut
anemia hemolitik yang didapat seperti halnya pada AIHA terjadi
penurunan Hb >1 g/dl per minggu; anemia hemolitik intravaskular
(akibat salah transfusi, atau episode hemolisis pada anemia akibat
defisiensi G6PD)
anemia akibat leukemia akut
krisis aplastik pada anemia hemolitik kronik.
10
11
12
13
14
eritrosit. Pasien dengan CKD biasanya menunjukkan SI, TIBC, dan kadar
feritin yang normal. Akan tetapi, mereka yang melakukan hemodialisis
dalam jangka lama dapat menimbulkan defisiensi besi akibat kehilangan
darah melalui prosedur dialisis.
2.8.2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik merupakan kelainan yang disebabkan gangguan
sintesis DNA dan ditandai oleh sel megaloblastik. Sel-sel pertama yang
dipengaruhi adalah yang secara relatif mempunyai perubahan yang cepat,
terutama sel-sel awal hematopoietik dan epitel gastrointestinal. Pembelahan
sel terjadi lambat, tetapi perkembangan sitoplasmik normal, sehingga sel-sel
megaloblastik cenderung menjadi besar dengan peningkatan rasio dari RNA
terhadap DNA. Dengan demikian selularitas sumsum tulang sering meningkat
tapi produksi eritrosit berkurang, dan keadaan abnormal ini disebut dengan
ineffective erythropoiesis.[1]
Kebanyakan anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi
vitamin B12 dan atau asam folat.[1]
Etiologi
1. Defisiensi asam folat
a. Asupan Kurang
- Gangguan Nutrisi : Alkoholisme, bayi prematur, orang tua,
hemodialisis, anoreksia nervosa.
- Malabsorbsi : Alkoholisme, celiac dan tropical sprue, gastrektomi
parsial, reseksi usus halus, Crohns disease, skleroderma, obat anti
konvulsan (fenitoin, fenobarbital, karbamazepin), sulfasalazine,
kolestiramin, limfoma intestinal, hipotiroidisme.
b. Peningkatan kebutuhan : Kehamilan, anemia hemolitik, keganasan,
hipertiroidisme, dermatitis eksfoliativa, eritropoesis yang tidak efektif
c. Gangguan metabolisme folat : penghambat dihidrofolat reduktase
(metotreksat, pirimetamin, triamteren, pentamidin, trimetoprin), akohol,
defisiensi enzim.
2. Defisiensi vitamin B12 (kobalamin)
a. Asupan Kurang : vegetarian
b. Malabsorbsi
15
16
17
Berdasarkan
etiologinya
anemia
hemolisis
dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Anemia hemolisis herediter
a) Defek enzim / enzimopati
1. Defek jalur Embden Meyerhof
2. Defisiensi piruvat kinase
3. Defisiensi glukosa fosfat isomerase
4. Defisiensi fosfogliserat kinase defek jalur heksosa monofosfat
5. Defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
6. Defisiensi glutation reduktase
b) Hemoglobinopati
- Thalasemia
- Anemia Sickle cell
- Hemoglobinopati lain
c) Defek membran (membranopati) : sferositosis herediter
2. Anemia hemolisis didapat
a) Anemia hemolisis imun : idiopatik, keganasan, obat-obatan, kelainan
autoimun, transfusi.
b) Mikroangiopati : Trombotik Trombositopenia Purpura (TTP), Sindroma
Uremik
Hemolitik
(SUH),
Koagulasi
Intravaskular
(KID),
kemungkinan
adanya
anemia
hemolitik.
Secara
garis
besar
18
hubungannya
dengan
meningkatnya
Diagnosis
19
Adanya
tanda-tanda
hemoglobinuria
atau
penghancuran
eritrosit
intravaskular.
2. Menentukan penyebab spesifik dari anemia hemolitik, yaitu dengan
mendapatkan informasi dari anamnesa yang tepat dan cermat terhadap pasien
serta dari basil pemeriksaan sediaan apus darah tepi Clan Antiglobulin Test
(Coombs Test) , dari data ini dapat kita bedakan lima grup pasien yaitu :
a. Anemia hemolitik yang disebabkan oleh adanya exposure terhadap infeksi ,
zat kimia dan kontak fisik .
b. Hasil pemeriksaan Coombs Test positif menunjukan Anemia Hemolitik
Autoimune (AlHA)
c. Hasil pemeriksaan Coombs Test negatif kemungkinan adanya anemia
hemolitik spherositik yaitu pada hereditary spherositosis.
d. Kelainan morfologi sel eritrosit yang spesifik : elliptositosis dan sickle sel
anemia.
e. Golongan pasien dengan Coombs test negatip dan tidak adanya kelainan
morfologi eritrosit yang spesifik, hal ini perlu pemeriksaan tambahan yaitu
Hemoglobin elektroforese dan heat denaturation test untuk unstable
hemoglobin diseases.
Terapi
1. Tergantung etiologi
a) Anemia Hemolitik autoimun :
- Glukokortikoid
- Splenoktomi : pada kasus yang tidak berespon dengan pemberian
glukokortikoid
20
3. Kongenital Diskeratosis
Tanda dan Gejala Klinis
Anemia aplastik mungkin muncul mendadak (dalam beberapa hari) atau
perlahan- lahan (berminggu-minggu atau berbulan-bulan)
Anamnesa dapat ditemukan keluhan:
1. Trombositopenia (manifestasi awal) : perdarahan gusi, GIT, epistaksis,
menoragia, petekie, perdarahan retina
2. Anemia : lemah, pucat, dyspnea, jantung berdebar
3. Leukopenia : sering terkena infeksi
4. Sistemik: sakit kepala, demam, penurunan berat badan, nafsu makan
menurun
Pemeriksaan fisik : petekie, ekimosis, perdarahan retina, perdarahan serviks,
darah pada feses, pucat pada kulit dan mukosa membran, cafe au lait spot dan
perawakan yang pendek (Fanconi syndrome).
Pemeriksaan Laboratorium
HDT :
- stadium awal penyakit pansitopenia tidak selalu ditemukan.
- Jenis anemia normokrom normositer
- Kadang-kadang ditemukan adanya makrositosis, anisositosis dan
poikilositosis.
- Persentase retikulosit umumnya normal atau rendah.
- Granulosit dan trombosit ditemukan rendah.
- Limfositosis relatif terdapat lebih dari 75% kasus.
Sumsum tulang : Diharuskan dilakukan biopsi sumsum tulang pada setiap
tersangka kasus anemia aplastik. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan
keadaan hiposelularitas dan peningkatan jaringan lemak.
Faal hemostasis : waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan
memburuk karena trombositopenia.
Diagnosis
Pansitopenia Perifer
Anemia normokrom normositer
Sumsum tulang : aplasia atau hipoplasia dengan infiltrasi sel lemak
Hams test perlu dilakukan karena PNH dapat memperlihatkan
pansitopenia perfer dengan sumsum tulang yang hipoplastik
Terapi
1. Menghindari kontak dengan toksin /obat penyebab
2. Umum: hindari kontak dengan penderita infeksi, isolasi, sabun antiseptik,
sikat gigi lunak,obat pelunak buang air besar, pencegahan menstruasi :
obat anovulation.
3. Transfusi
4. Penanganan infeksi
5. Transplantasi sumsum tulang
22
6. Imunosupresif
7. Simulasi hematopoesis dan regenerasi sumsum tulang
BAB III
RINGKASAN
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Anemia bukan suatu diagnosis
melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang
diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan konfirmasi
laboratorium.
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1) Gangguan pembentukan
eritrosit oleh sumsum tulang; 2) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan): 3)
Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
Terdapat bermacam-macam cara pendekatan diagnosis anemia antara lain
adalah pendekatan tradisional, morfologik, fungsional dan probabilistik serta
pendekatan klinis.
Pemeriksaan untuk diagnosis anemia meliputi pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan penyaring, pemeriksaan darah seri anemia, pemeriksaan sumsum
tulang dan pemeriksaan khusus.
Ada beberapa jenis anemia yang telah diketahui. Penatalaksanaan anemia ini
tergantung dari jenis anemianya dan apa yang menjadi penyebab anemia tersebut.
23