LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: Ny.Hm
No. RekamMedik
: 100790
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Tempat/Tanggal lahir
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
Pemeriksaan
: 13-06-2015
Perawatan Bagian
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
: Sesak napas
2. Anamnesis terpimpin
: Dialami sejak 1
: Sakit kepala
: Riwayat
: 100/60 mmHg
: 88 kali/menit
: 20 kali/ menit
: 36,8 oC
: Edema (-)
2
Konjungtiva
Sclera
Kornea
Pupil
: Anemia (-)
: Ikterus (-)
: Jernih
: Bulat, isokor
4. THT
: Dalam batas normal
5. Mulut
Bibir
: Pucat (-), Kering (-)
Lidah
: Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
Faring
: Hiperemis (-)
Tonsil
: T1 T1, Hiperemis (-)
6. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Massa tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Pembesaran thyroid (-/-)
7. Paru paru
a. Inspeksi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
9. Abdomen
a. Inspeksi
meteorismus (-)
b. Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa tumor (-),hepar
(tidak teraba), lien (tidak teraba)
c. Perkusi
: Timpani
d. Auskultasi : Peristaltik normal
10.Ekstremitas
a. Deformitas (-)
b. Udem (-)
c. Fraktur (-)
C. LABORATORIUM
Parameter
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW-SD
RDW-CV
PLT
MPV
PCT
PDW
P-LCR
Hasil
8.1
3.75
10,6
29.1
78.0
24.7
31.6
16.2
14.0
500
7.2
0.207
16.2
15.9
Range
4.00 12.0
4.00 4.20
11.0 17.0
35.0 55.0
80 100.0
26.0 34.0
31.0 35.5
10.0 - 16.0
10.0 18.0
150 400
7.0 11.0
0.200 0.500
10.0 18.0
13.0 43.0
Unit
103/mm3
106/dL
g/dL
%
m3
Pg
g/dL
fL
%
103/mm3
m3
%
%
%
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
12
0.7
Mg/dL
Mg/dL
10 50
< 1.3
SGOT
16
SGPT
47
HBsAg
Negatif
Kesan: Fungsi ginjal baik
U/l
U/l
<38
<41
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto THORAX (13-06-2015)
FOTO AP
Hasil Pemeriksaan:
- Corakan bronkovascular paru kasar dengan bercak infiltrate disertai
honey comb app di paracardial paru
- Cor ukuran normal, aorta elongasi dan kalsifikasi
- Sinus dan diafragma baik
-Tulang-tulang intak
Kesan : Bronkiektasis
E. DIAGNOSIS
BAB II
PENDAHULUAN
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus local ( ukuran diameter jalan nafas > 2
7
mm) yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau irreversible.
Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastik, otot-otot polos bronkus,
tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Dinding bronkus melemah
akibat peradangan kronik yang mengenai mukosa serta lapisan otot. Bahanbahan purulen peradangan kronik yang mengenai mukosa serta lapisan otot.
Bahan-bahan purulen terkumpul pada daerah yang melebar ini dan
mengakibatkan infeksi yang menetap pada segmen atau lobus yang
terserang. (1,2,3)
A. DEFINISI
Bronkiektasis adalah penyakit paru yang ditandai oleh dilatasi
bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut
menyebabkan berkurangnya aliran udara paru-paru. (4)
B. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian yang sebernanya dari Bronkiektasis tidak diketahui
pasti. Di Negara-negara Barat, insiden Bronkiektasis diperkirakan
sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidens Bronkiektasis cenderung
menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotik. Akan tetapi
perlu diingat bahwa insiden ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok,
polusi udara dan kelainan kongenital. (1)
Bronkiektasis merupakan penyebab utama kematian pada negaranegara yang kurang berkembang. Terutama pada negara yang sarana
medis dan terapi antibiotik terbatas. Sedangkan di negara-negara maju
seperti AS, Bronkiektasis mengalami penurunan seiring dengan kemajuan
Selanjutnya
bronkus
sekunder
tersebut
batas
trachea
dan
bronkus
terdapat
lymphonodus
10
11
12
adalah
cairan,
dengan
kerakteristik
fisik
solid.
(Gambar 2. Mukus klirens pada saluran napas yang normal(dikutip dari kepustakaan 6).
13
dehidrasi, yang
dalam
membersikan
mukus
pada
penyakit
dengan
D. ETIOLOGI
Penyakit yang dihubungkan dengan terjadinya Bronkiektasis adalah :
(6,7)
14
complex,
paru
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan kelainan anatomis Bronkiektasis, dibagi 3 variasi: (1,8,9,10)
1. Bronkiektasis tabung (tubular, silindris, fusiformis), merupakan
Bronkiektasis yang paling ringan dan sering ditemukan pada
Bronkiektasis yang menyertai bronhitis kronik.
2. Bronkiektasis Kantong (saccular) merupakan bentuk Bronkiektasis
yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan
bronkus yang bersifat irregular. Bentuk ini kadang kadang
berbentuk kista (cystic Bronkiektasis).
3. Bronkiektasis varicose merupakan bentuk diantara bentuk tabung
dan kantung. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk
bronkus menyerupai varises pembuluh vena.
15
1. Bronkiektasi Ringan.
Ciri klinis: batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah
demam (ada infeksi sekunder), produksi sputum terjadi dengan
adanya perubahan posisi tubuh, biasanya ada hemoptisis sangat
ringan pasien tampak sehat dan fungsi paru normal. 1
2. Bronkiektasi Sedang.
Ciri klinis: batuk-batuk produktif terjadi tiap saat, sputum timbul setiap
saat (umumnya warna hijau dan jarang mukoid, serta bauk mulut
16
17
F. PATOGENESIS
Patogenesis Bronkiektasis tergantung dari factor penyebabnya.
Apabila Bronkiektasis timbul kongenital, patogenesisnya tidak diketahui,
diduga erat hubungannya dengan faktor genetik serta faktor pertumbuhan
dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada Bronkiektasis didapat
patogenesisnya diduga melalui beberapa mekanisme. Ada beberapa
faktor yang diduga ikut berperan antara lain: 1,3
1. Faktor obstruksi bronkus.
2. Faktor infeksi pada bronkus atau paru.
3. Faktor adanya beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru,
astmatic pulmonary eosinophilia,
4. faktor instrinsik dalam bronkus atau paru.
18
19
2. Hemoptisis
20
21
22
Kadang
menunjukkan
ditemukan
adanya
adanya
supurasi
aktif
leukositosis
dan
anemia
yang
yang
menghasilkan
flora
normal
dari
nasofaring
seperti
Kleibsiela,
Aerobacter,
Amoeba
proteus,
dan
23
napas
kolaps
saat
ekspirasi
paksa
atau
adanya
bronchus/
bronchioles,
dapat
ditemukan
24
pada
(8,13,14)
Gambar 6. Tampak multiple ring shadow yang banyak mengandung air fluid level di daerah lobus
bawah pada pasien cystic Bronkiektasis (dikutip dari kepustakaan 8)
b. Tramline shadow dapat terlihat pada bagian perifer paruparu. Bayangan ini terdiri atas dua garis pararel yang putih
25
(8,14)
Gambar 7. Bronkiektasis: tampak bayangan tramline yang berada dekat bayangan jantung (dikutip dari kepustakaan 8)
Gambar 8.Tampak dilatasi dari dinding bronkus pada kedua paru.terutama pada paru kanan. Pada lobus kanan bawah
terdapat penebalan dinding (dikutip dari kepustakaan 9)
26
Gambar 9. Penebalan dinding bronkus yang membenuk pola tubular pada pasien bronkiekasis
(dikutip dari kepustakaan 2)
2) Bronkografi
Merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media
kontras DIONOSIL ke dalam sistem saluran bronkus pada
berbagai posisi (AP, Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain
dapat
menentukan
adanya
Bronkiektasis,
juga
dapat
27
Gambar 10. Gambar Bronkografi; kini teknik yang kuno namun elegan dapat menunjukkan
Bronkiektasis silindris yang disertai dilatasi bronkus lobus bawah (dikutip dari kepustakaan 8)
3) CT-Scan thorax
CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan
penunjang
terbaik
untuk
mendiagnosis
Bronkiektasis,
dengan
ketebalan
1,0-1,55
mm.
Sebagai
Gambar 11. Pada CT resolusi tinggi menunjukan dilatasi saluran napas pada kedua lobus dan
lingula. Pada potongan melintang, dilatasi saluran napas menunjukan ringlike appearance.
(dikutip dari kepustakaan 15)
I.
DIAGNOSIS BANDING
1. Emfisema bullosa
Merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran 1-2cm..
gambaran radiologik berupa suatu kantong radiolusen di perifer
lapangan paru, terutama bagian apeks dan bagian basal paru
dimana jaringan paru
normal sekitarnya
akan terkompresi
29
Gambar 13. Emfisema bula terdapat bercakan pada kedua paru dari proses spesifik dengan bayangan bula di
kedua paru atas (dikutip dari kepustakaan 14)
2. CYSTIC FIBROSIS(16)
Merupakan penyakit herediter yang biasanya dijumpai pada usia
muda. Terjadi abnormalitas pada paru dimana kelenjar tertentu
menghasilkan secret abnormal. Fibrosis kistik dapat menyebabkan
pembesaran pada lobus atas dibanding pada lobus bawah.
Perubahan CXR terjadi perubahan :
a. Penebalan dari dinding bronchus; dilatasi dari bronchus
b. Pengembangan paru yang berlebihan
c. Terjadi kolaps pada paru secara lokalisir
d. Penumpukan mucus di daerah yang mengalami dilatasi
bronchus : finger-like opacities.
30
Gambar 14. Pengembangan paru serta perluasan densitas dan penebalan dinding bronchus.
J.
KOMPLIKASI
Kor pulmonal kronik (KPK). Komplikasi ini sering terjadi pada
pasien Bronkiektasis yang berat dan lanjut atau mengenai beberapa
bagian paru. Pada kasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang
arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus, akan terjadi arteriovenous shunt, terj,adi gangguan oksigenasi darah timbul sianosis
K.
31
32
Pemilihan
antibiotik
mana
yang
harus
dipakai
33
Cara
ini
penting
dikerjakan
terutama
pada
permulaan
obstruksi
bronkus
yang
diketahui dari hasil uji faal paru (% VEP 1 < 70%) dapat
diberikan obat bronkodilator. Sebaiknya sewaktu dilakukan
uji faal paru dan diketahui adanya tanda obstruksi saluran
napas sekaligus dilakukan tes terhadap obat bronkodilator.
Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu diberikan
obat bronkodilator tersebut.
2) Pengobatan hipoksia
Pada pasien yang mengalami hipoksia (terutama pada
waktu terjadinya eksaserbasi akut) perlu diberikan oksigen.
Apabila pada pasien telah terdapat komplikasi bronkitis
kronik, pemberian oksigen harus hati-hati, harus dengan
aliran rendah (cukup 1 liter/menit).
34
3)
Pengobatan hemoptisis
Apabila perdarahan cukup banyak (masif), mungkin
merupakan perdarahan arterial yang memerlukan tidakan
operatif segera untuk menghentikan perdarahannya, dan
sementara
harus
diberikan
transfusi
darah
untuk
lokasi
neovaskularisasi
sehingga
ekstravasasi
embolisasi
darah
atau
yang
dapat
35
pembedahan
untuk
Bronkiektasis
telah
tumor
termasuk
menghilangkan
tumor
atau
lobus
yang
paling
rusak
dan
diduga
abnormal
dari
yang
paru
tidak
rusak
terkontrol,
yang
dan
dicurigai
36
masif.
Kontraindikasi
pembedahan
berupa
37
BAB III
DISKUSI
A. RESUME KLINIS
Seorang wanita usia 67 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak
napas dirasakan beberapa terakhir ini. Sesak nafas dirasakan terusmenerus dan mengganggu aktifitas. Selain itu pasien juga mengeluh
batuk berdahak kental berwarna hijau. Pasien merasakan lemas dan
berat badannya terus menurun.
Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan anemis (+/+),auskultasi
thorax didapatkan ronkhi basah (+). Yang lainnya dalam batas normal.
Pada pemeriksan radiologi foto thorax posisi PA ditemukan Bronkiektasis.
B. PEMBAHASAN
Bronkiektasis didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
terdapat dilatasi irreversibel dari bronkus. Faktor penyebab utama
38
Bronkiektasis
juga
dapat
disebabkan
oleh
paru
obstruktif
kronik,
yang
bermanifestasi
sebagai
yang
biasanya
disertai
kadang-kadang
hemoptisis.
Gambaran foto toraks pada pasien dengan Bronkiektasis adalah
tidak normal. Kombinasi dari foto toraks dan gejala klinis sebenarnya
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Bronkiektasis.Gambaran
radiologik yang dapat kita lihat pada Bronkiektasis berupa Honey-Comb
Appearance, berbentuk sarang tawon ataupun bayangan cincin. Bila
Bronkiektasis ini terdapat bersama-sama dengan bronkopneumonia maka
akan tampak bercak-bercak infilrat pada lapangan bawah paru-paru atau
lapangan tengah paru-paru disertai gambaran Honey-comb (sarang
tawon). Gambaran seperti ini disebut infected Bronkiektasis.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahmatullah P. 2009. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi Kelima. Editor Aru W Sudoyo. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
2. Emmons EE. Bronkiektasiss. www.medscape.com. Last update 2015
diakses pada tanggal 15-Juni - 2015
3. Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit) edisi 6 volume 2. Penerbit buku kedokteran : EGC. Jakarta.
2006. 736-792
4. Gleadle,J. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Erlangga.
Jakarta. 2005.
5. Sherwood,L.2012.Fisiologi manusia dari sel ke sistem Edisi 6. Eitor
Nella Yesdelita. Jakarta. EGC
6. Gazali,rusdy.radiologi diagnostic.2008.pustaka cendikia press; Jakarta
7. Cantin J, Bankier AA, Eisenberg RL. Bronkiektasis. American Journal
of Roentgenelogy.2009.193 w158-w171
8. Howlett D, Ayers B to Hand on guide to imaging. 2004. Backwell
Publishing. Malde
9. Sutton,david. 2003. Disease of the airway, textbook of radiology and
maging.volume 1.seven edition.London. British library and cataloging
data.
10. Planner,
Andrew
dkk.2007.Bronkiektasis,
A-Z
chest
radiologi.
40
Artikel
kedokteran.Bronkiektasis.www.artikel
kedokteran.com
13. Adnan M, Asriyani S. Radiologi Sistem Respirasi. Bagian radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.
14. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi II. Jakarta : FK UI
15. Brant,e William. 2007. Airway disease, fundamental of diagnostic
radiology, 3rd Edition.lipinco Williams and wilkin. California
16. Lisle D.A, 2001. Imaging for Student, Arnold A member of the Hodder
41