Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan.
Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah :
1.

Jumlah besarnya penduduk

2.

Jumlah pertumbuhan penduduk

3.

Jumlah kematian penduduk

4.

Jumlah kelahiran penduduk

5.

Jumlah perpindahan penduduk


Teori Malthus

Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam Essay on
Population, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup,
nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari
bahan makanan.
Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan manusia antara
lainPreventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan
kawin); Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit, kejahatan dan peperangan).
Kontroversi Teori Malthus
Salah sama sekali, karena mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal dan
perencanaan produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism), berpendapat: untuk
mencegah laju cepatnya peningkatan penduduk dilakukan Methode Birth Control dengan
menggunakan alat kontrasepsi.
Pengikut Malthus
Pengikut teori Malthus antara lain Francis Flace (1771 1854) : menulis buku yang berjudul
Illustration And Proofs of The Population atau penjelasan dari bukti mengenai asas
penduduk. Richard Callihie (1790 1843) : menulis buku Whats love ? (Apakah Cinta
Itu?).
Any C. Besant (1847-1933) : menulis buku berjudul Hukum Penduduk, Akibatnya dan
Artinya TerhadapTingkah Laku dan Moral Manusia.

dr. George Drysdale : keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan dan
moral.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai
berikut yakni bagaiman sejarah perkembagan keluarga berencana (KB) di indonesia??
C. TUJUAN
Di ketahui sejarah perkembagan KB di indonesia....
D. MANFAAT
1. Manfaat bagi hasil penulisan makalah ini juga di harapkan dapat memberikan gambaran
tentang sejarah perkembagan KB di indonesia
2. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat,
khususnya memperluas cakrawala di bidan pelayanan kesehatan tentang KB
3. Manfaat bagi penulis makalah , sangat berguna untuk menambah wawasan dan sebagai
bahan untuk menerapkan ilmu yang telah di dapat selama kuliah khususnya pada materi KB.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana
Sebelum abad XX, di negara barat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan hidup
anak karena berbagai alasan. Caranya adalah dengan membunuh bayi yang sudah lahir,
melakukan abortus dan mencegah/ mengatur kehamilan. KB di Indonesia dimulai pada awal
abad XX.
Di Inggris, Maria Stopes.
Upaya yg ditempuh u/ perbaikan ekonomi keluarga buruh dg mengatur kelahiran.
Menggunakan cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala).

Amerika Serikat, Margareth Sanger.


Memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha menggugurkan kandungan yang
tidak diinginkan. Ia menulis buku Family Limitation (Pembatasan Keluarga). Hal tersebut
merupakan tonggak permulaan sejarah berdirinya KB.

B. Perkembangan KB di Indonesia
1.

Periode Perintisan dan Peloporan

2.

Periode Persiapan dan Pelaksanaan

Periode Perintisan dan Pelaporan


1.

Sebelum 1957 Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet,


absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).

2.

Perkembangan birth

control

di

daerah

Berdiri klinik

YKK

(Yayasan

Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan


terbentuk PKBI tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik
bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).
Periode Persiapan dan Pelaksanaan
Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas
pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek KB
sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga
Berencana).

C. Organisasi KB

1.

1.

PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

2.

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)


Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa
dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr.
Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio.

Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan kesehatan calon
suami isteri,pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan dan
pengaturan kehamilan.
Visi PKBI
Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.
Misi PKBI
Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab
dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan
kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara
umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksiyang berkesetaraan dan berkeadilan
gender.
2.

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)


Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk
mengelola program KByang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan seharihari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga
Berencana.
Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN
1) Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan
dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. 2) Program perlu digiatkan
pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun pemerintah secara maksimal.
3) Program keluarga berencanaini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah
terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Tugas pokok BBKBN
1) Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan programkeluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana. 2)
Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalahmasalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional. 3) Menyusun Pedoman
Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah. 4) Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengannegara-negara asing maupun
badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan kepentingan

Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 5) Mengatur penampungan dan
mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu
Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali).
Merupakan daerah perintis dari BKKBN.
Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan
tentang faseprogram pencapaian akseptor aktif.
Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak
terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan.

Perkembangan BBKBN dimasa sekarang


VISI : keluarga berkualitas 2015.
MISI: Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui
pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan
jejaring KB.
Tugas pokok: Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga
berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

D. Landasan hukum
TAP MPR No. IV/1999 ttg GBHN; UU No. 22/1999 ttg OTODA; UU No. 10/1992 ttg
PKPKS; UU No. 25/2000 ttg PROPENAS; UU No. 32/2004 ttg PEMERINTAHAN
DAERAH; PP No. 21/1994 ttg PEMBANGUNAN KS; PP No. 27/1994
ttg PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN; KEPPRES No. 103/2001; KEPPRES No.
110/2001; KEPPRES No. 9/2004; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 10/2001;
KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001
Filosofi BBKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga
berencana.

Grand Strategi: 1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program


KB; 2) Menata kembali pengelolaan program KB; 3) Memperkuat SDM operasional program
KB; 4) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB; 5)
Meningkatkan pembiayaan program KB.
Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik, profesional
kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif
Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan
desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi
sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor.

Strategi
1.

Re-Establishment adalah membangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional


sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.

2.

Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan


kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat daerah.

Tujuannya adalah :
1) Keluarga dengan anak ideal;
2) Keluarga sehat;
3) Keluarga berpendidikan;
4) Keluarga sejahtera;
5) Keluarga berketahanan;
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya;
7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS )

E. Program KB
1.

Keluarga berencana

2.

Kesehatan reproduksi remaja

3.

Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4.

Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5.

Keserasian kebijakan kependudukan

6.

Pengelolaan SDM aparatur

7.

Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

8.

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

Pada bagian sebelumnya saya sudah bercerita tentang sejarah KB dunia. Yang diawali dari teori Malthus yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari kebutuhan hidup. Akibatnya pada suatu saat
akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup. Laju pertumbuhan penduduk ini
dapat ditekan dengan adanya birth control. Di Indonesia birth control ini dikenal dengan nama Keluarga
Berencana (KB).

F. Bagaimanakah program KB berkembang di Indonesia?


Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut didirikan perkumpulan Keluarga
Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan
kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah saat itu. program KB masih dianggap belum terlalu
penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih ada pelarangan tentang
penyebaran metode dan alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah. Saat itu PKBI sebagai organisasi
yang mengelola dan concern terhadap program KB mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen
kehakiman. Pemerintahan orde baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari
bahwa program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah dengan ditandai
pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada tanggal tersebut pemerintah mulai
memperkuat dan memperluas program KB ke seluruh Indonesia.
para penyuluh KB senior bahwa pada awal pelaksanaan program KB (di tahun 70-an), mereka banyak mendapat
tentangan dari berbagai lapisan masyarakat. Ketidak tahuan masyarakat dan para tokoh-tokohnya membuat
program ini ditolak mentah-mentah.
Apalagi tokoh-tokoh agama yang kala itu masih menganggap KB adalah upaya pembunuhan calon bayi
membuat masyarakat semakin berani menolak program ini.

Wah saya sampai diacungi golok. Demikian komentar Bu Aan, salah seorang penyuluh KB senior di Kabupaten
Cianjur pada sebuah pertemuan yang kami laksanakan rutin setiap hari jumat.
Itu sudah jadi hal yang biasa. Malah kadang, kita berhari-hari berada di lapangan sebelum dimulai pelayanan.
Kita mengadvokasi tokoh-tokoh masyarakat di satu hari, kemudian memberikan penyuluhan kepada
masyarakatnya sendiri berdampingan dengan sang tokoh yang sudah di advokasi pada hari lainnya. Bu Aan
masih memaparkan.
Lalu dilanjutkan dengan pelayanan KB-nya itu sendiri. pungkas Bu Aan, yang merupakan salah satu senior
saya di kantor.
Selama hampir 30 tahun program KB berjalan, dari tahun 1970-2000, baru masyarakat Indonesia bisa menerima
bahwa KB adalah kebutuhan. Berangsur-angsur dari tahun ke tahun berkat kegigihan para pejuang KB pada
masanya, masyarakat negeri ini mulai sadar dan mengerti bahwa ternyata program KB bukanlah program
pembunuhan calon bayi. Namun program untuk mengatur kelahiran bayi supaya tidak terlalu berdekatan dan
tidak terlalu banyak.
Nampaknya hal ini memang tidak mudah dilakukan. Selama berpuluh tahun para pejuang KB di lini lapangan
terus memperjuangkan dan menyadarkan masyarakat bahwa program KB ini adalah salah satu program yang
dapat menghantarkan mereka memiliki keluarga yang berkualitas.
Angka mencatat, terdapat penurunan TFR Selama dari tahun 1970 hingga tahun 2000.
Apa sih TFR? Sejenis angka sensus kah? Hehe, bukan TFR adalah kependekan dari Total Fertility
Rate, yaitu rata-rata kemampuan seorang perempuan melahirkan bayi selama masa reproduksinya. Pada tahun
1970, TFR tercatat 5,6. Ini artinya pada tahun tersebut, rata-rata perempuan Indonesia melahirkan bayi antara 5
hingga 6 orang bayi selama masa suburnya. Dan pada tahun 2000, TFR turun menjadi 2,8. Artinya di era 2000an ini kemampuan seorang perempuan bereproduksi menghasilkan 2 hingga 3 orang anak selama masa
suburnya.
Penurunan angka rata-rata kelahiran ini tentu tidak lepas dari peranan para penyuluh KB lapangan atau yang
lebih dikenal dengan tenaga PLKB. Mereka lah yang berjasa menyadarkan masyarakat bahwa betapa
pentingnya memiliki anak yang tidak terlampau banyak. Berkat perjuangan tersebut, Indonesia berhasil menekan
jumlah penduduk sebanyak 79 juta jiwa selama dari tahun 1970 hingga 2000.
Berdasarkan data yang saya peroleh pada saat pelatihan dasar umum tahun 2006 di Balai diklat
BKKBN Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1970 tercatat lebih kurang 110 juta jiwa,
maka setelah dilaksanakan program KB, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah 203 juta jiwa. Itu

setelah dilaksanakan program KB. Jika program KB tidak dilaksanakan, maka jumlah penduduk di Indonesia
diprediksi akan meledak hingga 282 juta jiwa. Sebuah angka yang fantastis bukan?
Kita bayangkan saja, jika pada tahun yang sama jumlah penduduk Indonesia lebih banyak, maka akan banyak
tempat dan lahan pesawahan yang terbabad menjadi lahan perumahan. Akan banyak sekolah-sekolah yang
harus dibangun oleh pemerintah jika ingin rakyatnya tetap terpelihara. Akan banyak biaya yang digunakan oleh
setiap keluarga untuk menafkahi anggota keluarganya. Akan banyak sekali masalah-masalah lainnya. Dan itu
akan lebih pelik dibandingkan dengan masalah yang ada saat ini. sekarang saja, dengan adanya program KB,
kemiskinan masih belum terhindarkan. Apalagi jika program KB tidak dijalankan? Apa jadinya bangsa kita? apa
jadinya kota tempat tinggal anda? Apa jadinya keluarga anda? Dan akan jadi apa anak-anak anda kelak, jika
mereka tidak terpelihara secara kualitas, sementara persaingan di era modern ini makin ketat!!!
Memang perjuangan para tenaga penyuluh KB seolah tidak ada. Tidak terlihat dan tidak terasa. Padahal tanpa
mereka, program KB mungkin tidak akan terlaksana. Tanpa mereka keberhasilan program ini hanya akan
menjadi isapan jempol belaka. Sudah seharusnya lah mereka diberikan kesejahteraan yang lebih baik oleh
pemerintah karena mereka lah yang menjadi ujung tombak keberhasilan program KB di Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan KB di Indonesia
1.

Periode Perintisan dan Peloporan

2.

Periode Persiapan dan Pelaksanaan

B. SARAN
Apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan kami penulis memohon maaf karena
kami masih dalam tahap pembelajaran dan apa bila ada kritik dan saran yang dapat
membagun makalah ini, kami ucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga
Berencana dan ProgramKependudukan. Jakarta, 1981.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
www.bkkbn.go.id

Anda mungkin juga menyukai