Anda di halaman 1dari 20

Apa yang mendasari bahwa komponen terbuat dari logam?

Ini semuanya berkaitan dengan


sifat-sifat material, yaitu sifat mekanik, fisik, kimia dan teknologi.
Apa itu logam? Berdasarkan ASM (American Society of Metals), logam didefinisikan
sebagai unsur kimia yang mempunyai sifat konduktivitas panas, listrik yang baik, buram dan
jika dipoles hingga mengkilap akan menjadi reflector / pemantul cahaya yang baik. Selain itu
mempunyai sifat tidak tembus cahaya dan mempunyai kekuatan dan keuletan yang baik.
Unsur-unsur logam terlihat dominan (sekitar 80%) dibandingkan unsur-unsur lainnya .
Apa itu Metalurgi? Metalurgi didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
karakteristik / sifat / perilaku logam, ditinjau dari sifat mekanik (kekuatan, keuletan,
kekerasan, ketahanan lelah, dsb.), fisik (konduktivitas panas, listrik, massa jenis, magnetik,
optik, dsb), kimia (ketahanan korosi, dsb) dan teknologi (kemampuan logam untuk dibentuk,
dilas / disambung, dimesin, dicor dan dikeraskan).

Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu logam akan berkaitan satu dengan lainnya. Suatu
komponen yang terbuat dari logam didalam aplikasinya sangat ditentukan dimana logam
tersebut berada sehingga pengetahuan yang meliputi berbagai karakteristik logam haruslah
dimiliki oleh orang yang berkecimpung didalamnya.
Contoh tadi menunjukkan bahwa metalurgi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses pembuatan suatu komponen.
Dapat dilihat bahwa untuk membuat suatu rangka kendaraan/mobil harus memperhatikan
berbagai aspek yaitu :
Komposisi kimia logam (logam apa yang akan dipilih, apakah baja atau aluminium paduan,
unsur-unsur apa yang dibutuhkan).
Struktur mikro (bagaimana struktur mikro yang ada dikaitkan dengan kekuatan dan
kemampuan logam tersebut akan dibuat, bagaimana mengontrol kekuatannya.
Proses pembuatan (pemilihan proses pembuatan yang dikaitkan dengan hasil yang akan
diperoleh).
Penampilan/harga (bagaimana rasio kekuatan terhadap massa jenis, bagaimana sifat mampu
bentuknya, berapa ongkos produksinya).
a. Umum
Metalurgi Dibagi menjadi 3 divisi :
1. Metalurgi Ekstraktif
Disebut juga metalurgi kimia, adalah semua proses yang menyangkut perubahan kimia dari
bijih sampai jadi bahan baku termasuk pemurniannya.
2. Metalurgi Fisik
Adalah mempelajari struktur dan sifat fisik lainnya dari logam dan paduannya. Untuk
mengetahui sifat fisik diperlukan peralatan seperti mikroskop optic, mikroskop electron untuk
mempelajari struktur logam dan sinar X untuk mempelajari struktur kristal dasar.
Juga dipelajari sifat magnetic, daya hantar listrik dan panas, susut muai logam dan tahanan
listriknya. Semua penelitian dilakukan dalam keadaan padat.
3. Metalurgi Mekanik
Proses pengerjaan secara mekanik untuk mencapai bentuk tertentu termasuk proses
pembentukan dan proses lainnya yang tidak merubah komposisi kimia, termasuk sifat
mekanik dan cara ujinya.

b. Metalurgi sebagai Industri Manufaktur


Industri Metalurgi dari segi kapasitas dan penghasilan uang termasuk industri besar
seperti PT Krakatau Steel, Ispatindo, Bakri, dsb. Lebih dari 4/5-nya industri logam membuat
besi dan baja dan 1/5-nya adalah non-fero seperti tembaga, aluminium, timah berikut
paduannya dan logam-logam lain.
Tabel : Pengelompokan Logam Non Fero
Kelompok Logam Non Fero
a. Berat
b. Ringan
c. Mulia
d. Minor
e. Refractory/keras
f. Scattered/terberai
g. radio aktif
h. Rare earth/tanah jarang
i. untuk paduan

Unsur
Cu, Ni, Pb, Zn, Sn
Al, Mg, be, Li, Ba, Ca, Sr, Na, K
Au, Ag, Pt, Os, In, Ru, Rh, Pd
As, Sb, Bi, Cd, Hg, Co
W, Mo, Ta, Nb, Ti, Zr, V
Be, In, Ga, Ti, Hf, Re
Ra, Ac, Th, Pa, U
La, Sm, Eu, Sc
Cr, Mn

Metalurgi tidak termasuk konstruksi dan perakitan dari produk akhir. Hanya banyak
sekali variasi dari sifat logam yang telah dibuat adalah untuk mencapai kebutuhan yang
diminta para pemakai.
Sering para metalurgis harus membuat dari logam yang sama tapi harus mempunyai sifat
berlainan. Kebutuhan logam yang selalu meningkat adalah logam yang lebih kuat, ringan,
aman, harga murah, keras, dsb. Ini adalah fungsi dari metalurgis yang sangat penting dalam
teknik material. Juga cara memilih logam, cara mengoplahnya, cara uji adalah termasuk
pekerjaan yang sangat besar.
Yang dimaksud metalurgis ialah yang menguasai ilmu mengubah logam hingga sangat
berguna, hingga jadi mempunyai sifat-sifatnya yang baik sesuai kebutuhan. Juga mempelajari
secara mendalam struktur logam dan hubungannya dengan kekuatan dan sifat lain dari logam.
Mampu meramalkan akibat baja kena panas, mengejut dan laku panas lainnya.

A. LATAR BELAKANG
Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang
bukan berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan pengujian.

Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan,
bangunan, maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam yang bisa diubah,
sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang.
Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya dengan
pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat, selain itu juga bisa
untuk membuktikan suatu teori yamg sudah ada ataupun penemuan baru dibidang metalurgi.
Dalam proses perencanaan, dapat juga ditentukan jenis bahan maupun dimensinya, sehingga
apabila tidak sesuai dapat dicari penggantinya yang lebih tepat. Disamping tidak
mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya.
Adapun pengujian yang akan kita lakukan adalah:
Uji Kekerasan
Uji Jomini
Uji Struktur Mikro
Uji Impak
Uji Tarik

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Pengujian
Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
Mengenal alat pengujian, mengetahui bagaimana cara menggunakan, kemampuan dan sifatsifatnya.
Untuk mengetahui parameter - parameter pengujian
Untuk mengetahui perhitungan suatu pengujian material yang dikaitkan dengan
penggunaanya didalam praktek.
Mengetahui sifat sifat karakteristik dan spesifik dari material logam.
Mempratekkan teori teori yang diperoleh dalam mata kuliah ilmu logam kedalam
praktikum pengujian material
Melengkapi syarat mata kuliah dan syarat mengikuti Praktek Kerja Nyata.
Menambah pengetahuan dan kemampuan menyusun suatu laporan.
2. Tujuan Pengujian
Melalui pengujian ini diharapkan dapat mengetahui sifat sifat logam seperti sifat
mekanik, sifat fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah kemampuan suatu bahan untuk
menerima beban atau gaya tanpa menimbulkan kerusakan pada benda tersebut. Beberapa sifat
mekanik antara lain :
KEKUATAN ( STRENGHT )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan
menjadi patah, kekuatan ini terdiri dari : kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan geser, dan
lain sebagainya.
KEKERASAN ( HARDNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan, pengikisan
( abrasi ).Sifat ini berkaitan terhadap sifat tahan aus ( wear resistance ).
KEKENYALAN ( ELASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk yang permanent setelah tegangan dihilangkan. Tetapi apabila tegangan
melampaui batas maka perubahan bentuk akan terjadi walaupun beban dihilangkan.

KEKAKUAN ( STIFNESS )
Adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk atau defleksi.
PLASTISITAS ( PLASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis ( yang
permanent ) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sering disebut sebagai
keuletan ( ductility ).
KETANGGUHAN ( TOUGHNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan atau banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan.
MERANGKAK ( CREEP )
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastis yang besarnya
merupakan fungsi waktu pada saat menerima beban yang besarnya relatif besar.
KELELAHAN ( FATIQUE )
Merupakan kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan berulang ulang
yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastisnya.
BAB II
PENGUJIAN BAHAN
A. SIFAT MEKANIS BAHAN
1. Sifat mekanis logam
Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-beban
yang dikenakan kepadanya. Dimana beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik, tekan,
bengkok, geser, puntir,atau beban kombinasi.beberapa sifat mekanis logam antara lain:
Kekuatan (strenght)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan
tersebut menjadi patah.
Kekerasan (hardness)
Dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan , pengikisan
(abrasi), penetrasi. Sifat ini berkaitan erat dengan sifat keausan (wear resistance).
Kekenyalan (elasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
Kekakuan (stiffness)
menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk (deformasi) atau defleksi.
Plastisitas (plasticity)
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis (yang
permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan
yang akan diproses dengan berbagai proses pembentukan seperti, forging, rolling, extruding
dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan atau kekenyalan (ductility).
Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup tinggi dikatakan sebagai bahan
yang mempunyai keuletan atau kekenyalan tinggi, dimana bahan tersebut dikatakan ulet atau
kenyal (ductile).
B. PENGUJIAN BAHAN

Melalui pengujian kita dapat mengetahui sifat sifat mekanik logam dan sifat fisik
lainnya.Seperti kekerasan,kekuatan,kekenyalan,kekakuan dan plastisitas bahan.Adapun jenis
pengujiannya antara lain:
1. Pengujian Destruktif
Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifta merusak bahan yang diuji sehingga
bahan yang diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang diuji adalah bahan yang telah memenuhi
bentuk dan jenis secara internasional .
umumnya ada beberapa pengujian destruktif yaitu:
1.1 Pengujian Kekerasan

Salah satu sifat mekanik dahan yang penting adalah kekerasan. Untuk mengetahui
nilai kekerasan dari suatu bahan, dilakukan pengujian kekerasan menurut suatu metode
tertentu.
Pengujian kekerasan ini bertujuan :
1. Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.
2. Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari logam setelah di
Heat Treatment.
3. Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.
4. Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media pendingin.
Pengertian Kekerasan
Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap deformasi dan untuk
logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik atau
deformasi permanen. apabila yang menyatakan kekerasan sebagai ukuran terhadap lekukan
dan ada pula yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus
yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam.
Terdapat 3 jenis ukuran kekerasan secara umum, yang bergantung pada cara pengujian
ketiga jenis tersebut adalah:
1. Kekerasan goresan ( Stracht Hardness ), adalah kekerasan yang diukur dari hasil goresan
yang terdapat pada benda kerja. misalnya cara pengujian MOHS.
2. Kekerasan Lekukan ( Identation Hardness ), adalah harga kekerasan yang diukur dari hasil
lekukan yang terdapat pada benda kerja.
3. Kekerasan Pantulan ( Rebound ) atau kekerasan dinamik ( Dinamic Hardness ), adalah
harga kekerasan yang diukur dari hasil pantulan yang lakukan pada saat pengujian.
Misalnya cara penekanan : BRINELL, MEYER, VICKERS, ROCKWELL, dan lain-lain.

Penentuan kekerasan untuk keperluan industri biasanya digunakan metode.


Pengukuran ketahanan penetrasi bola kecil, kerucut atau piramida. Pengujian kekerasan
adalah salah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai. Karena dapat dilaksanakan pada
benda uji yang kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasinya.
Pengukuran kekerasan digolongkan dalam kelompok pengujian tak merusak. dan
diterapkan untuk inspeksi sebagai suku cadang karena kekerasan dengan kekuatan tarik
sedang ketahanan aus berbanding terbalik dengan kekerasan.
Pengaruh Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan
Macam-masam proses perlakuan panas
1. Thermal Treatments.
2. Thermochemical Treatment.
3. Inovatif Surface Treatment.
Pada tiap perlakuan panas diatas mempunyai pengaruh yang berbeda beda pada
kekerasan misalnya thermochemical treatments, pengaruhnya terhadap kekerasan hanya pada
kedalaman tertentu dari benda kerja, sesuai dengan yang diinginkan pada pengujian
kekerasan yang dilakukan, perlakuan panas yang digunakan adalah thermal treatment yang
meliputi : annealing ( full annealing, recrystalization annealing, stress relief annealing ),
normalizing, hardening, tempering.
Tiap-tiap perlakuan panas memberikan efek yang berbeda pada bahan yang dikenai,
sedangkan pada thermal treatment prosesnya meliputi:
1. Hardening
Adalah proses pemanasan logam ( baja ) diatas temperature kritis untuk beberapa
waktu, lalu dicelupkan kedalam media pendingin, dengan cara seperti ini tingkat kekerasan
akan meningkat. Hardening juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang bertujuan
untuk mendapatkan struktur martensite yang keras dengan sifat kekerasan yang tinggi dan
kekenyalan yang rendah.
2. Tempering
Adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk menghilangkan
tegangan dalam. Pada proses tempering baja yang telah diheat treatments dipanasi kembali
pada suhu 150 oC - 650 oC.
3. Anealing
Adalah proses heat treatment dimana pemanasannya dilakukan sampai mencapai
temperature tertentu, dan ditahan pada temperature tertentu yang diinginkan, kemudian
didinginkan perlahan. Tujuan anealing adalah untuk menghilangkan tegangan dalam. Pada
peristiwa ini dilakukan pemanasan sampai diatas suhu kritis ( 60 oC ), kemudian setelah
suhu rata didinginkan diudara.

4. Normalizing
Adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk mendapatkan struktur
butiran yang halus dan seragam. Pada proses ini dilakukan pemanasan diatas suhu kritis 721
o
C ( 60 oC ), kemudian setelah merata didinginkan diudara.
Pada percobaan kita menggunakan proses annealing yang bertujuan :
Melunakkan regangan sisa

Menghaluskan ukuran butir


Memperbaiki sifat kelistrikan
Melunakkan dan memperbaiki keuletan
Secara khusus jenis annealing yang dipergunakan adalah full annealing. Full
annealing digunakan untuk membuat baja yang lebih lunak, menghaluskan butir dan dalam
beberapa hal dapat memperbaiki machineability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami
pemanasan sampai temperatur yang tinggi. Biasanya butir kristalnya akan terlalu besar,
sehingga sifat mekaniknya kurang baik. Maka butiran kristal tersebut perlu dihaluskan
dengan full annealing.
Pada baja hypoutektoid dipanaskan dengan range temperatur 30 oC - 60 oC diatas A1
pada dapur pemanas, ditahan pada temperatur itu dan didinginkan secara lambat ( dengan
media udara ), sedangkan pada baja hypotektoid perbedaannya hanya pada pemanasan pada
range 30 oC - 60 oC diatas garis A1.
- Macam macam Pengujian Kekerasan Yang Dilakukan
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada
benda kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk
diatasnya :
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada
benda kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk
diatasnya :
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Metode yang dilakukan pada pengujian ini adalah Metode Brinell dan Metode Vickers.
a) Uji Kekerasan Rockwell
Pengujian Rockwell merupakan suatu uji untuk mengetahui tingkat kekerasan.
Tingkat kekerasan yang di uji adalah tingkat kekerasan logam baik logam ferrous maupun
logam non ferrous dengan menggunakan alat Rockwell Hardness Tester.
-

Flowchart Uji Kekerasan Rockwell


Berikut ini adalah flowchart metodologi pengambilan data untuk praktikum ini:
Gambar 3.1 Flowchart Pengambilan Data Uji Kekerasan 29

1.
2.
3.
4.
5.

Penjelasan Flowchart Metodologi pengambilan data pada simulasi adalah sebagai


berikut:
Menentukan Material Logam ferrous (baja karbon) dan logam non ferrous (alumunium dan
tembaga).
Memotong Memotong bahan yang akan diuji.
Mengerinda / mengikir Menghaluskan permukaan bahan uji yang telah dipotong.
Mengamplas Menghaluskan bahan uji dari amplas berukuran 100 sampai dengan 1000
sampai permukaan benda rata.
Uji Kekerasan (rockwell) Baja Karbon, Alumunium, dan Tembaga Menguji bahan uji
dengan alat Rockwell, yaitu untuk kelompok logam ferrous menggunakan indentor kerucut

diamond 120o dan untuk kelompok logam non ferrous menggunakan indentor steel ball
berukuran 1/16.
6. Pengambilan data Mengambil data yang dihasilkan pada saat menguji bahan, yaitu dengan
menetukan beban yang diberikan, dimana untuk baja menggunakan jenis HRa dengan beban
yang diberikan 60KP, untuk logam ferrous baja yang telah dilakukan kalibrasi menggunakan
jenis HRc dengan beban yang diberikan 150KP, logam non ferrous alumunium dan tembaga
menggunakan jenis HRb dengan beban yang diberikan 100KP.
7. Analisa Menganalisa hasil pengambilan data, yaitu membandingkan hasilnya untuk
kelompok logam ferrous dan logam non ferrous untuk dicari mana yang paling keras.
8. Kesimpulan Menarik kesimpulan menurut tujuan yang telah ditentukan.

b) Metode Pengujian Brinel


Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memberikan penekanan kepermukaan
suatu speciment uji. Penekanan ini dilakukan dengan menggunakan suatu penekan (indentor)
berbentuk bola.
Prosedur pengujian Brinell yaitu :
1.
Menentukan besar beban sesuai jenis dan ketebalan bahan.
2.
Memasang indentor pada dudukannya.
3. Specimen uji diletakkan pada landasan dengan posisi penampang tegak lurus terhadap
indentor.
4.
Menaikkan landasan sampai specimen dan indentor bersinggungan.
5.
Melakukan penekanan sampai beban yang telah ditentukan.
6.
Pemberian holding time selama :
a)
15 detik untuk besi dan baja.
b)
30 detik untuk tembaga dan paduannya.
c)
Beberapa menit untuk timah timbel dan paduannya.
7.
Menghilangkan beban dari specimen.
8.
Menghitung diameter bekas indentasi.
9.
Menghitung nilai kekerasan sesuai rumus
Setelah dapat nilai kekerasan Brinnell ( HB ) penulisannya adalah sebagai
berikut :
HB = A HB C / D / E
Dimana ; HB = symbol nilai kekerasan Brinell.
A = hasil perhitungan dari rumus.
C = besar pembebanan yang dikenakan .
D = diameter indentor.
E = holding time dalam detik.
Misal : 120 HB 10 / 1000 / 5
mempunyai arti nilai kekerasan brinall
: 120
diameter indentor
: 10
besar beban
: 1000
Data Kekerasan Brinell.
Bahan
: ST 37
Media pendingin
: Air
Dimensi
: - panjang : 15 mm
- diameter : 10 mm
Mesin penguji
: Mesin Brinell Hardness Tester

Tabel 2.1 Kekerasan Brinell


N Suhu
Bahan
o
o
( C
)
1
725
ST 37
2
750
ST 37
3
798
ST 37
4
800
ST 37
Rumus Kekerasan brinell
HB =
HB1 = = 106,869 HB
HB2 = = 159,235 HB
HB3 = = 159,235
HB
HB4 = = 176,928 HB

Beban
(F)
( Kg )

D
( mm
)

d
( mm
)

Kekerasan
( HB )

1000
1000
1000
1000

10
10
10
10

3,4
2,8
2,8
2.6

106,869
159,235
159,235
176,928

c) Metode Pengujian Vickers


Kekerasan ini diukur dengan mempergunakan alat penguji vickers. Dalam pengujian
ini dipakai piramid dimana dengan sudut bidang duanya 136o sebagai penekan.
Hasil pengujian tidak tergantung pada besarnya beban / gaya tekan. Alat ini dapat
mengukur kekerasan bahan mulai dari sangat lunak ( 5 VHN ) sampai yang sangat keras
( 1500 VHN ), tanpa perlu mengganti daya tekan dapat dipilih antara
1 120 Kg
tergantung kekerasan atau ketebalan bahan yang diuji.
Kekerasan vickers pada prinsipnya sama dengan kekerasan brinell, yaitu beban dibagi
luas tapak penekanan.
Rumus Kekerasan Vickers :
HV
= =
Dimana :
F
: Force
( Kgf )
D
: Diagonal Tapak
( mm )

: Sudut puncak identor ( 136 )


Prosedur pengujian Vickers yaitu :
1)
Menentukan beban yang akan digunakan.
2)
Memasang indentor piramida intan.
3)
Meletakkan specimen pada landasan sehingga penampangnya tegak lurus terhadap
indentor.
4)
Menyetel ketinggian atau kenaikan specimen, agar seratnya terlihat pada microscope
kemudian menggeser posisi sensor dengan indentor.
5)
Melakukan penekanan dengan menekan tombol start.
6)
Menuggu speciment ditekan sampai lampu holding padam.
7)
Mengeser posisi indentor dengan sensor kembali, kemudian menghitung diagonal batas
penekanan yang terjadi.
8)
Menghitung nilai kekerasan yang sesuai dengan rumus.

Data Kekerasan Vickers.


Bahan
: ST 37
Holding
: 6 menit
Media pendingin
: Air
Dimensi
: - Panjang
: 15 mm
- diameter
: 10 mm
Mesin penguji
: Mesin Vickers Hardness Tester

Tabel 2.6 Kekerasan Vickers


No Suhu
Bahan
(oC)
1
725
ST 37
2
750
ST 37
3
798
ST 37
4
800
ST 37
Rumus Kekerasan vickers
HV = 1,854
HV1 = 1,854 =
HV2 = 1,854 =
HV3= 1,854
=
HV4 = 1,854
=

Beban ( F )
( Kg )
30
30
30
30

Diagonal ( d )
( mm )
0,5935
0,5515
0,538
0,546

Kekerasan
( HV )
191,79
182,868
192,456
186,57

191,79 HV
182,868 HV
192,456 HV
186,57 HV

1.2. Pengujian Tarik

Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian
tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji tarik , benda uji
diberi beban gaya tarik , yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material, maka yang harus dilakukan
adalah melakukan pengujian terhadap material tersebut. Dalam dunia industri tentu akan
menjadi sangat boros bila dilakukan pengujian dari setiap barang yang ingin diketahui sifat

mekaniknya. Lalu apa yang dilakukan oleh orang-orang di industri? Mereka melakukan
pengujian terhadap spesimen dari barang yang ingin mereka ketahui sifat mekaniknya. Ada
beberapa uji mekanik yang bisa dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat material, antara lain;
uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi/ puntir(torsion test), uji fatigue,
dll. Dari sekian pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat material, uji tarik
menjadi pengujian yang paling disukai untuk dilakukan karena dari satu pengujian dapat
diketahui lebih banyak sifat material dari satu pengujian tersebut. Dalam artikel kali ini,
penulis akan sedikit membahas tentang pengujian tarik dan sifat-sifat material apa saja yang
bisa diketahui dari uji tarik.
Uji tarik mungkin dapat dikatakan pengujian yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana, tidak mahal dan telah mengalami standarisasi di seluruh dunia, baik dari
metode pengujian, bentuk spesimen yang diuji dan metode perhitungan dari hasil pengujian
tersebut. Dengan menarik suatu material secara perlahan-lahan, kita akan mengetahui reaksi
dari material tersebut terhadap pembebanan yang diberikan dan seberapa panjang material
tersebut bertahan sampai akhirnya putus.

Gbr 1.Skema pengujian tarik dari awal pembebanan


1. Mengapa melakukan Uji Tarik?
Dari uji tarik, banyak sifat-sifat yang bisa kita ketahui dibandingkan dengan pengujian lain.
Dari hasil penarikan material hingga material tersebut putus, kita dapat mengetahui data yaitu
berupa tegangan tarik versus pertambahan panjang dari material yang kita uji.

Gbr 2. Gambaran singkat uji tarik dan tegangan yang terjadi

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam
menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate Tensile Strength disingkat
dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum.
Hukum Hooke (Hookes Law)
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban
atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini
disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban
mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress: = F/A
F: gaya tarikan, A: luas penampang
Strain: = L/L
L: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
E=/
Selanjutnya kita dapatkan Gambar, yang merupakan kurva standar ketika melakukan
eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama Modulus Elastisitas atau
Young Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini
kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gbr 3.Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada
gambar di bawah ini.

Gbr 4. Standar specimen yang digunakan


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada gambar di atas. Bila pengukur
regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai
hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan
regangan.

Gbr 5. Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen


2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan
kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti
pada Gbr.6.

Gbr.6 Profil data hasil uji tarik


Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman pada
hasil uji tarik seperti pada Gbr.6. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O
sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.6 yaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi
elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan
ini.
Regangan luluh y (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis e (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap
tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan beban
dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban

dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (fracture strength)
Pada Gbr.6 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji
putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan luluh
biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar
0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.7).

Gbr.7 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan
strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji
tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi
sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila
regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan
disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase
perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of Resilience),
dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam Gbr.1, modulus
kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus.
Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5, modulus
ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding regangan
setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas tidak
dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu tegangan dan

regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan
regangan sejati ini dapat dilihat pada Gbr.8.

Gbr.8 Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan sebenarnya


Referensi:
1. Material Testing (Zairyou Shiken). Hajime Shudo. Uchidarokakuho, 1983.
2. Material Science and Engineering: An Introduction. William D. Callister Jr. John
Wiley&Sons, 2004.
3. Strength of Materials. William Nash. Schaums Outlines, 1998.
4. Artikel bapak Azhari Sastranegara
Langkah pengujian kekuatan tarik sebagai berikut :
a. Menyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut pada plotter.
b. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga hidrolik diawali 0 kg
hingga benda putus pada beban maksimum yang dapat ditahan benda tersebut.
c. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan panjang benda uji
setelah putus.
d. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji terdapat pada layar
digital dan dicatat sebagai data.
e. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada meja plotter.
f. Hal terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan luluh, perpanjangan, reduksi
penampang dari data yang telah didapat dengan menggunakan persamaan yang ada.

Gambar 22. Mesin uji tarik.


Keterangan gambar :
1. Batang hidrolik 3. Ragum atas
5. Pembacaan skala
2. Dudukan ragum 4. Ragum bawah 6. Meja plotter
1.3 Pengujian lengkung (Bending Test)
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang diletakkan
terhadap specimen dan bahan, baik bahan yang akan digunakan pada kontraksi atau
komponen yang akan menerima pembebanan terhadap suatu bahan pada satu titik tengah dari
bahan yang ditahan diatas dua tumpuan.
Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di
weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada
beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength )
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh ( yield ).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu
transversal bending dan longitudinal bending.
a. Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal
bending dibagi menjadi tiga :
1. Face Bend ( Bending pada permukaan las )
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis
perbatasan WM dan HAZ ).
2. Root Bend ( Bending pada akar las )
Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada akar las yang
mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah

letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ)
3. Side Bend ( Bending pada sisi las ).
Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las .
Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi.
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya,apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM
dan HAZ).
b. Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi
menjadi dua :
Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada permukaan las
yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan
dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami
tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah
di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Kriteria kelulusan uji bending
Untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan.
2. Keretakan maksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar antara 1mm 3 mm.
3. Keretakan sudut maksimal 6 mm. kecuali keretakan berasal dari beberapa jenis retak maka
keretakan maksimal 3mm.
1.4. Uji impact
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode uji
impct digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji impact izod.
Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy potensial dari pendulum beban yang
mengayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi
deformasi.

Sistem Pengujian Pukul Takik


1. Uji Charphy
Benda uji diletakkan secara mendatar dan ditahan pada sisi kiri & kanan. Kemudian benda
dipukul pada bagian belakang takikan, letaknya persis di tengah.Takikan membelakangi
pululan.
2. Uji Izod
Benda uji dijepit pada satu ujungnya pada posisi tegak. Lalu benda uji ini dipukul dari sisi
depan pada sisi ujung yang lain
Macam-Macam Patahan :
1.
Patahan getas :
Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.
misal : besi tuang
2.
Patahan liat :
Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.
misal : baja lunak, tembaga dsb
3.
Patahan campuran :
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet.
misal : pada baja temper
1.5. Uji struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam untuk keperluan pengujian material
logam dipotong-potong kemudian potongan diletakkan dibawah dan dikikisdengan material
alat penggores yang sesuai. Untuk pemeriaksaan =nya dilakuakan dengan alat pembesar
ataupun mikroskop elektronik.
Pengujian dengan larutan ETSA
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memeperjelas batas butir yang ada pada suatu
material karena larutan etsa akan memeberi warna tambahan pada batas butir. Namun larutan
ini dapat merusak batas butir tersebut.,bertujuan juga untuk mengetahui struktur mikro logam
serta sifat sifatnya. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh Heat Treatment terhadap
perubahan struktur mikro dan perubahan sifat logam serta membandingkannya dengan sifat
mekanik yang diinginkannya.
1.5.1. Teori Dasar

Sifat sifat logam, terutama sifat mekanik sangat dipengaruhi oleh struktur logam
disamping komposisi kimianya. Misalnya suatu logam atau paduan (dengan komposisi kimia
tertentu) akan mempunyai sifat mekanik yang berubah ubah, bila struktur mikronya diubah.
Struktur mikro dapat diubah dengan jalan memberikan proses perlakuan
panas atau Heat Treatment pada logam atau logam paduan, selain proses perlakuan panas,
proses deformasi juga dapat mengubah struktur mikro dari logam atau logam paduan.
Dalam pemeriksaan metalografi ini akan dilakukan dahulu perlakuan panas, kemudian
dilakukan pemeriksaan struktur mikro pada beberapa sample.
Pada pengujian ini menggunakan ST-37 dengan cara dilaku panaskan dengan thermal
treatment yang mana terdiri dari annealing ( full annealing, annealing); normalizing,
hardening ,tempering.
Transportasi fasa yang terjadi pada saat pemanasan recrystalization, annealling stress
relif dalam proses fullannealing.
Baja dipanaskan tepat pada Temperatur kritis ( A1 ), belum tampak adanya perubahan
struktur mikro.
baja dipanaskan tepat melewati temperatur kritis (7230 C ) akan mengalami reaksi
eutektoid, yaitu lamel-lamel ferrit dan sementit dari perlit akan bereaksi menjadi austenit.
Perlit ( ferrit sementit ) = austeneaksi ini berlangsung pada temperatur konstan temperatur
tidak akan naik sampai seluruh ferrit dan sementit dalam perlit habis menjadi austenit.
Setelah perlit habis maka mulai terjadi kenaikan temperatur, maka ferrit hypoeutektoid
akan mengalami transformasi allotropik ( ferrit BBC menjadi ferrit FCC ), transformasi ini
berlangsung pada temperatur konstan. Transfomasi allotropik berlangsung bersamaan dengan
naiknya temperatur, makin tinggi temperatur makin banyak ferrit yang bertransformasi
menjadi austenit.
Ferrit hypouetektoid telah berubah seluruhnya menjadi austenit ketika tempertur mencapai
titik kritis A3.
Pada saat penahanan temperature dengan waktu tertentu akan terjadi difusi oleh atomatom untuk menghomogenkan austenit yang terbentuk.. Pada saat perbandingan austenit akan
bertransformasi kembali, sehingga struktur mikro yang terbentuk sesuai dengan laju
perbandingan, misalnya perlit kasar, perlit halus, bainit bawah, bainit atas, martensit dsb.
Transformasi pendinginan lambat dengan media udara :
Austenit akan mulai membentuk inti ferrit pada saat temperature kritis A3 ( inti ferrit pada
batas butir austenit )
Transformasi ini terjadi karena perubahan allotropic dan besi gamma ke besi alpha.
Karena ferrit hanya dapat melarutkan sangat sedikit sekali, maka karbon pada austenit akan
semakin banyak bila ferrit semakin banya terbentuk ( dengan turunnya temperatur ).
Besarnya kandungan karbon dalam austenit dengan menurunnya temperature mengikuti
garis temperature kritis A3, sehingga pada saat temperature mencapai temperatur kritis A3,
komposisi sisa austenit sama dengan komposisi eutectoid. Pada temperature ini austenit
berubah menjadi perlit lamellar.
Prosesnya dengan tumbuhnya sementit yang kaya karbon di perlakukan sejumlah besar
karbon dari austenit akan mengalami kekurangan karbon dan berubah menjadi ferrit. Untuk
berubahnya austenit menjadi ferrit ini dikeluarkan sejumlah karbon yang akan menjadi
sementit.
Dengan demikian akan membentuk struktur yang lamellar yang dinamakan perlit.
Perpindahan atom itu berlangsung secara difusi, karenanya membutuhkan waktu yang
panjang. Karena itu perlit terjadi pada proses pendinginan yang berlangsung cukup lambat.

Transformasi austenit menjadi perlit ( reaksi eutectoid ) mengeluarkan sejumlah panas,


sehingga reaksi eutectoid berlangsung pada temperature konstan ( temperature akan turun
bila reaksi sudah selesai ).
Saat berada pada temperature kritis transformasi hanya terjadi pada austenit. Ferrit yang
terbentuk sebelumnya ( ferrit hypoeutektoid ) tidak mengalami parubahan.
Pada temperatur yang lebih rendah lagi tidak terjadi transformasi fase.
Proses full annealing ini digunakan untuk membuat baja lebih lunak, menghaluskan
butir dan dalam beberapa hal dapat mamperbaiki maehinability. Baja dalam proses
pengerjaan mengalami temperature pengerjaan yang tinggi dan dapat menghasilkan butiranbutiran kristal yang terlalu besar sehingga sifat mekaniknya kurang baik. Dengan proses full
annealing inilah butiran kristal
tersebutdihaluskan.
2.

Pengujian non-destruktif
Pengujian ini tidak merusak dan merupakan bagian dari pengujian bahan. Berainana
dengan pengujian destruktif pengujian nendstruktif terdiri dari:
2.1 Penetrant testing
Yaitu pengujian yang digunakan untuk melihat keretakan dan perositas dari suatu
bahan. Pengujian dengan penetrant terdiri dari 4 tahap yaitu pembersihan awal, pemberian
penetrant, pembersihan penetrant, dan pemberian developer. Pengujian ini memiliki
keuntungan yaitu murah dan cepat dilaksanakan.
2.2 Magnetic particle testing
Pengujian yang juga biasa disebut dengan pengujian menggu-nakan partikel magnetic
ini digunakan untuk diskontinuitas yang ada dipermukaan dan dekat permukaan. Pengujian
ini dapat kita lakukan untuk melihat keretakan permukaan pada semua logam induk maupun ion, laminasi fusi yang
tidak sempurna, undercut, dan subsurface crack. Jika dibandingkan dengan uji penetrant,
pengujian ini dilakuakn untuk diskontinuitas yang lebih dalam.
2.3 Ultrasonic testing
Pengujian ini menggunakan metode gelombang suara dengan frekuensi tinggi. Keuntungan
dari pengujian ini yaitu dapat dilakukan pada semua bahan dan lebih dalam jika dibandingkan
dengan uji magnetic dan uji penetrasi karena menggunakan pantulan gelombang.
2.4 Radiography
Yaitu pengujian dengan menggunakan x-ray untuk mendapatkan gambar dari
material. Prinsipnya sama denagn penggunaan pada tubuh material hanya saja menggunakan
gelombang yang lebih pendek.
-eddy currentmemiliki prisnsip dasar yang hamper sama dengan teknik medan magnet tetapi
disini medan listrik yang dipancarkan adalah arus bolak-balik. Prisnsipnya hamper sama
denggan impedensi

Anda mungkin juga menyukai