Anda di halaman 1dari 9

RODA GIGI PAYUNG

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Pemesinan
Dosen Pengampu: Danar Susilo W, S.T., M.Eng

Disusun Oleh:

Muhammad Farid Anshori


K2513042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2015
Teori Dasar Roda Gigi
Teori dasar roda gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya
besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga
penerusan dilakukan oleh gigi-gigi kedua saling berkait. Roda gigi sering
digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang bervariasi dan lebih
kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi
juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi
lainnya, yaitu sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya
yang

besar.

Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana .


Kemampuan menerima beban lebih tinggi. Efisiensi pemindahan dayanya
tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil. Kecepatan trnsmisi roda gigi
dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan pengukuran yang kecil dan
daya yang besar.
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua
poros. Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.
Dalam teori, roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir
tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu yang lama.
Roda Gigi Payung
Roda gigi payung atau roda gigi trapesium digunakan apabila diinginkan
antara sumbu input dan sumbu output menyudut 90. Bentuk gigi yang biasa
dipakai pada roda gigi payung :

Bentuk gigi lurus atau radial

Bentuk gigi miring atau helical

Bentuk gigi melengkung atau spherical.


Gaya yang ada: yaitu gaya tangensial, Gaya radial, Gaya aksial. Ketiga gaya

dapat dilukiskan sebagai gaya dalam 3 dimensi.

Roda gigi dalam banyak dijumpai pada transmisi roda gigi planit (planitary
gear) dan roda gigi cyclo. Apabila dua roda gigi dengan gigi luar maka putaran
output akan berlawanan arah dengan putaran inputnya, tetapi bila salah satu roda
gigi dengan gigi dalam maka arah putaran output akan sama dengan arah putaran
input. Bila kerjasama lebih dari dua roda gigi disebut: transmisi kereta api (train
gear).

Roda gigi payung dan perhitungannya


Apabila diinginkan memimdah daya pada posisi poros yang bersinggungan
(intersection) dapat digunakan roda gigi payung. Contoh penggunaan roda gigi ini
misalnya pada : drill chuck, jalur vertikal pada mesin planning, mekanisme
pengatur langkah pada mesin sekrap dan pengatur arah pada mesin bor pekerjaan
berat. Pada umumnya pasangan roda gigi payung membentuk sudut 90 namun

dalam hal tertentu dapat dibuat pasangan roda gigi payung dengan dengan sudut
lebih besar dan lebih kecil dari 90.
Pemakaian roda gigi payung (Bevel gear) adalah untuk memindahkan
putaran (daya putar) dari suatu poros yang lainnya dengan berbagai macam posisi
menyudut dan berbagai macam perbandingan putaran. Berbagai macam sudut
tersebut dapat kita katagorikan menjadi 3 macam yaitu :
a. Besar sudut sama dengan 90
b. Besar sudut lebih kecil dari 90
c. Besar sudut lebih besar dari 90
Jika dilihat dari sistem pembentukan profil gigi dari dasar-dasar
pengukurannya, roda gighi payung ini sama halnya dengan roda-roda gigi lainnya,
yaitu dibentuk dengan 2 sistem :
a. Menurut sistem metrik (MM)
b. Menurut sistem Diametral Pitch (DP)
Dalam pembuatan roda gigi payung ini pada perencanaanya adalah harus
selalu berpasanagan, karena antara yang saatu dengan lainnya itu, baik dari bentuk
maupun ukurannya adalah akan saling berpengaruh. Atau tegasnya apabila
sepasang roda gigi payung telah direncanakan untuk suatu pemindahan tenaga
atau putaran dengan suatu perbandingan tertentu dan dengan besar sudut antara
kedua porosnya sudah tertentu pula, maka kedua roda gigi tersebut tidak bisa
dipakai untuk perbandingan ataupun besar sudut yang lainnya.
GAMBAR HUBUNGAN SEPASANG RODA GIGI PAYUNG DENGAN SUDUT
90

Keterangan :
Dk
Dt
R
b

= Diameter kepala
= Diameter tusuk
= Jari-jari penjuru
= Lebar gigi

Ha
Hi

= Tinggi kepala gigi


= Tinggi kakia gigi
= Sudut poros
= Sudut tusuk

= Sudut mika

= Sudut potong
= Sudut kepala
= Sudut kaki
= Sudut miring samping

SISTEM METRIK
Ketentuan-ketentuan untuk sistem metrik adalah sama halnya dengan untuk rodaroda gigi lurus yaitu :
Modul Gigi (M)
Modul gigi ditentukan pada lingkaran-jarak-bagi paling besar yaitu :
t
D1
M=

(mm)
a
zl
Keterangan :
M = Modul gigi (mm)
t = Jarak antara gigi terluar (mm)
D = Diameter jarak gigi (mm)
Z = Jumlah gigi
Diameter Tusuk ( Dt ) :
Dt = Z . M
Tinggi kepala gigi ( Ha )
Ha = 0,8 . M
Tinggi kaki gigi ( Hi )
Hi = 1 . M
Tinggi gigi ( Hg )
Hg = 1,8 . M
Dan ada juga yang menggunakan ketentuan :
Ha = 1 . M
Hi = 1,66 . M
Hg = 2,66 . M
Jika sepasang roda gigi payung bekerja dengan sudut antara porosnya adalah 90,
maka :
Untuk roda gigi I

Tg 1=

Z1
Z2

Untuk roda gigi II


Z2
Tg 2=
Z1
Dt 1
2sin 1

( Untuk roda gigi I )

Dt 2
2sin 2

( Untuk roda gigi II )

R 1=
R 2=

Tg =
Tg =

H
R1

H1
R

Sudut muka
Sudut potong
Sudut miring samping

= Sudut tusuk + Sudut kepala ( = + )


= Sudut tusuk Sudut kaki ( = - )
= 90 Sudut tusuk ( 90 - )

SOAL : PERHITUNGAN RODA GIGI PAYUNG


1. Hitunglah dimensi/ukuran suatu roda gigi payung, jika diketahui jumlah gigi
yang dibuat adalah : Z = 24 buah, Modul yang digunakan Modul M 2,75 dan
sudut tusuknya adalah = 45.
JAWAB :
1.

Diameter Tusuk (Dt)


Dt = Z x M
= 24 x 2,75
= 66 mm
2.

Diameter Kepala (Dka)

Dka =
=
=
=

Dt + 1,6 x M Cos
66 + 1,6 x 2,75 x Cos 45
66 + 4,4 x 0,7071
69 mm

3.

Tinggi Kepala Gigi (Ha)

Ha = 0,8 x M
= 0,8 x 2,75

= 1,76 mm
4.

Tinggi Kaki Gigi (Hi)

Hi = 1 x M
= 1 x 2,75
= 2,75 mm
5.

Tinggi Gigi (Hz)

Hz = Ha + Hi
= 1,76 + 2,75
= 4,51 mm
6.

Panjang Penjuru (R)


R=

7.

Dt
2 sin

66
2 sin 45

= 46,67 mm

Lebar Gigi (B)


B=

8.

1
3

R=

46,67
3

= 15,5 mm

Sudut Kepala Gigi


Ha
Tg R

1,76
46,67

= 0,0377

= 2 9
9.

Sudut kaki Gigi

Tg =

Hi
R

2,75
46,67

= 3 22
10.

Sudut Muka ( )

= +
= 45 + 2 9
= 47 91
11.

Sudut Potong ()

= +
= 45 + 3 22
= 41 38

= 0,05892

12.
=

= 90 - 45
45

PUTARAN POROS ENGKOL KEPALA PEMBAGI


40
i
T= Z = R

T=

40
Z

40
24

=1

16
24

=1

4
6

(3) =

12
18

Jadi putaran poros engkol kepala pembagi adalah 1 (satu) putaran ditambah 12
lubang pada kedudukan (posisi) lubang piring pembagi berjumlah 18.
Contoh Pengerjaan Roda Gigi Payung

Alat Dan Bahan


1.

Nylon biru 60 x 25 mm

2.

Pahat rata kanan

3.

Pahat champer kiri

4. Bor 12 mm
5. Mandril 12 mm
6. Mistar sorong

Proses Pengerjaan
1. Bahan nylon 60 mm dipotong sepanjang 25 mm.
2. Bahan nylon dipasang pada cekam mesin bubut.
3. Benda kerja dibubut rata pada kedua sisi mukanya dan dibuat ukuran 22 mm
4. Kemudian benda kerja dibor dengan bor 12 mm.
5. Benda kerja dilepas dan pasanng pada mandril.
6. Mandril dipasang pada cekam dan didukung dengan senter putar.
7. Benda kerja dibubut menjadi diameter 50,7 mm.
8. Kemudian dibubut dengan pahat kiri untuk membentuk diameter sepanjang
11 mm.
9. Pahat diganti dengan pahat champer kiri, dan dilakukan penchamperan pada
ujung ujungnya sebesar 145.
10. Pahat diganti dengan pahat rata kanan.
11. Proses pembubutan tirus konisnya.
12. Pengerjaaan dipindahkan pada mesin frais horisontal.
13. Kepala pembagi yang dapat diubah derajatnya dipasang pada meja mesin.
14. Kepala pembagi diubah derajatnya menghadap keatas sebesar 45.
15. Kemudian dilakukan penyayatan pada benda kerja sedalam 2,5mm.

16. Setelah semua profil terbentuk kemudian kepala pembagi diturunkan


derajatnya sebesar 6.
17. Benda dikepras sampai semua profil terkena.
18. Setelah selesai benda dilepas dan dipasang bakalan roda gigi payung yang
baru, dan proses pengerjaannya yang dilakukan sama dengan pengerjaan
roda gigi payung sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai