Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Pemesinan
Dosen Pengampu: Danar Susilo W, S.T., M.Eng
Disusun Oleh:
SURAKARTA
2015
Teori Dasar Roda Gigi
Teori dasar roda gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya
besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga
penerusan dilakukan oleh gigi-gigi kedua saling berkait. Roda gigi sering
digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang bervariasi dan lebih
kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi
juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi
lainnya, yaitu sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya
yang
besar.
Roda gigi dalam banyak dijumpai pada transmisi roda gigi planit (planitary
gear) dan roda gigi cyclo. Apabila dua roda gigi dengan gigi luar maka putaran
output akan berlawanan arah dengan putaran inputnya, tetapi bila salah satu roda
gigi dengan gigi dalam maka arah putaran output akan sama dengan arah putaran
input. Bila kerjasama lebih dari dua roda gigi disebut: transmisi kereta api (train
gear).
dalam hal tertentu dapat dibuat pasangan roda gigi payung dengan dengan sudut
lebih besar dan lebih kecil dari 90.
Pemakaian roda gigi payung (Bevel gear) adalah untuk memindahkan
putaran (daya putar) dari suatu poros yang lainnya dengan berbagai macam posisi
menyudut dan berbagai macam perbandingan putaran. Berbagai macam sudut
tersebut dapat kita katagorikan menjadi 3 macam yaitu :
a. Besar sudut sama dengan 90
b. Besar sudut lebih kecil dari 90
c. Besar sudut lebih besar dari 90
Jika dilihat dari sistem pembentukan profil gigi dari dasar-dasar
pengukurannya, roda gighi payung ini sama halnya dengan roda-roda gigi lainnya,
yaitu dibentuk dengan 2 sistem :
a. Menurut sistem metrik (MM)
b. Menurut sistem Diametral Pitch (DP)
Dalam pembuatan roda gigi payung ini pada perencanaanya adalah harus
selalu berpasanagan, karena antara yang saatu dengan lainnya itu, baik dari bentuk
maupun ukurannya adalah akan saling berpengaruh. Atau tegasnya apabila
sepasang roda gigi payung telah direncanakan untuk suatu pemindahan tenaga
atau putaran dengan suatu perbandingan tertentu dan dengan besar sudut antara
kedua porosnya sudah tertentu pula, maka kedua roda gigi tersebut tidak bisa
dipakai untuk perbandingan ataupun besar sudut yang lainnya.
GAMBAR HUBUNGAN SEPASANG RODA GIGI PAYUNG DENGAN SUDUT
90
Keterangan :
Dk
Dt
R
b
= Diameter kepala
= Diameter tusuk
= Jari-jari penjuru
= Lebar gigi
Ha
Hi
= Sudut mika
= Sudut potong
= Sudut kepala
= Sudut kaki
= Sudut miring samping
SISTEM METRIK
Ketentuan-ketentuan untuk sistem metrik adalah sama halnya dengan untuk rodaroda gigi lurus yaitu :
Modul Gigi (M)
Modul gigi ditentukan pada lingkaran-jarak-bagi paling besar yaitu :
t
D1
M=
(mm)
a
zl
Keterangan :
M = Modul gigi (mm)
t = Jarak antara gigi terluar (mm)
D = Diameter jarak gigi (mm)
Z = Jumlah gigi
Diameter Tusuk ( Dt ) :
Dt = Z . M
Tinggi kepala gigi ( Ha )
Ha = 0,8 . M
Tinggi kaki gigi ( Hi )
Hi = 1 . M
Tinggi gigi ( Hg )
Hg = 1,8 . M
Dan ada juga yang menggunakan ketentuan :
Ha = 1 . M
Hi = 1,66 . M
Hg = 2,66 . M
Jika sepasang roda gigi payung bekerja dengan sudut antara porosnya adalah 90,
maka :
Untuk roda gigi I
Tg 1=
Z1
Z2
Dt 2
2sin 2
R 1=
R 2=
Tg =
Tg =
H
R1
H1
R
Sudut muka
Sudut potong
Sudut miring samping
Dka =
=
=
=
Dt + 1,6 x M Cos
66 + 1,6 x 2,75 x Cos 45
66 + 4,4 x 0,7071
69 mm
3.
Ha = 0,8 x M
= 0,8 x 2,75
= 1,76 mm
4.
Hi = 1 x M
= 1 x 2,75
= 2,75 mm
5.
Hz = Ha + Hi
= 1,76 + 2,75
= 4,51 mm
6.
7.
Dt
2 sin
66
2 sin 45
= 46,67 mm
8.
1
3
R=
46,67
3
= 15,5 mm
1,76
46,67
= 0,0377
= 2 9
9.
Tg =
Hi
R
2,75
46,67
= 3 22
10.
Sudut Muka ( )
= +
= 45 + 2 9
= 47 91
11.
Sudut Potong ()
= +
= 45 + 3 22
= 41 38
= 0,05892
12.
=
= 90 - 45
45
T=
40
Z
40
24
=1
16
24
=1
4
6
(3) =
12
18
Jadi putaran poros engkol kepala pembagi adalah 1 (satu) putaran ditambah 12
lubang pada kedudukan (posisi) lubang piring pembagi berjumlah 18.
Contoh Pengerjaan Roda Gigi Payung
Nylon biru 60 x 25 mm
2.
3.
4. Bor 12 mm
5. Mandril 12 mm
6. Mistar sorong
Proses Pengerjaan
1. Bahan nylon 60 mm dipotong sepanjang 25 mm.
2. Bahan nylon dipasang pada cekam mesin bubut.
3. Benda kerja dibubut rata pada kedua sisi mukanya dan dibuat ukuran 22 mm
4. Kemudian benda kerja dibor dengan bor 12 mm.
5. Benda kerja dilepas dan pasanng pada mandril.
6. Mandril dipasang pada cekam dan didukung dengan senter putar.
7. Benda kerja dibubut menjadi diameter 50,7 mm.
8. Kemudian dibubut dengan pahat kiri untuk membentuk diameter sepanjang
11 mm.
9. Pahat diganti dengan pahat champer kiri, dan dilakukan penchamperan pada
ujung ujungnya sebesar 145.
10. Pahat diganti dengan pahat rata kanan.
11. Proses pembubutan tirus konisnya.
12. Pengerjaaan dipindahkan pada mesin frais horisontal.
13. Kepala pembagi yang dapat diubah derajatnya dipasang pada meja mesin.
14. Kepala pembagi diubah derajatnya menghadap keatas sebesar 45.
15. Kemudian dilakukan penyayatan pada benda kerja sedalam 2,5mm.