Makalah Bioteknologi
Makalah Bioteknologi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh
setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah
sama, ada beberapa orang yang mengalami proses penuaan lebih cepat
dibandingkan dengan orang lain. Kecepatan proses penuaan tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor ekstrinsik maupun intrinsik (Pangkahila, 2007).
Faktor ekstrinsik di antaranya adalah gaya hidup yang salah misalnya makanan
atau minuman yang dikonsumsi tidak sehat, penyalah gunaan obat-obatan baik
yang dikonsumsi, disuntikkan maupun yang digunakan secara topikal serta
penggunaan kosmetika dengan kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik
diantaranya adalah penurunan hormon baik estrogen, progesteron, stress, genetik
maupun ras.
Proses Penuaan adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua
manusia. Penuaan bukan hanya proses menjadi tua, ketika laju kegagalan
meningkat bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan
kadang sekarat (Gavrilov, 2004). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini tentunya banyak memberikan dampak positif bagi
masyarakat. Ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini adalah Ilmu Anti
Penuaan. Penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi
biologik dari usia kronologik. Penuaan tidak dapat dihindarkan dan berjalan
dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan
dan gaya hidup, sehingga penuaan dapat terjadi lebih dini atau lambat tergantung
kesehatan masing-masing individu (Fowler, 2003).
Konsep Anti Aging Medicine (AAM) ini dicetuskan pada tahun 1993,
konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai suatu penyakit yang
dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula.
Oleh karena itu, dengan adanya ilmu ini diharapkan akan meningkatkan usia
harapan hidup yang tentunya dengan kualitas hidup yang tinggi. Saat ini banyak
hal yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup, salah satunya yang
sangat berperan adalah gaya hidup yang buruk pada masyarakat yang bisa
menimbulkan berbagai macam penyakit bahkan sampai menimbulkan kematian
pada usia muda.
Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai
fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ,
maupun sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen, 2008). Seperti
organ tubuh yang lainnya, kulit manusia juga mengalami penuaan kronologis.
Proses penuaan itu berhubungan dengan perubahan yang terjadi secara terusmenerus pada semua jaringan termasuk pada kulit. Perubahan ini termasuk
kehilangan interstitial matrix proteins dalam sel (Jenkins, 2002). Gambaran klinis
dari perubahan karakteristik tersebut, seperti terjadinya kerutan halus, permukaan
jaringan yang lebih kasar dan timbulnya hiperpigmentasi (Yaar dkk., 2002).
Salah satu faktor yang menyebabkan penuaan kulit adalah radiasi sinar
ultraviolet (UV). Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus pada kulit manusia
akan merusak struktur dan fungsi kulit tersebut. Kerusakan kulit tergantung pada
jumlah dan jenis sinar ultraviolet serta tipe kulit seseorang. Radiasi sinar
ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dapat menimbulkan berbagai macam
efek pada kulit manusia, di antaranya adalah sunburn, penekanan imunitas, dan
penuaan dini (photoaging). Sunburn dan penekanan sistem imun terjadi secara
akut sebagai respon akibat paparan yang berlebihan dari sinar matahari,
sedangkan kanker kulit dan photoaging akibat dari akumulasi kerusakan yang
disebabkan oleh paparan berulang sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami
photoaging ditandai dengan kerutan, kekenduran, perubahan pigmentasi, flek
kecoklatan, dan tampak kasar. Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan
kronologis atau penuaan intrinsik pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari
yang menjadi tipis, mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus
(Fisher dkk.,2000).
Penuaan dini pada kulit atau photoaging merupakan penuaan yang terjadi
akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan gejala
penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 100-400 nm
merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi ultra violet terbagi atas
tiga golongan yaitu UVA (320-400nm), UVB (280-320 nm) dan UVC (100-
280nm). UVC biasanya tidak sampai ke permukaan bumi kecuali pada dataran
tinggi sekali dimana UVC ini diserap oleh lapisan ozon pada atmosfir. Yang
paling banyak berpengaruh kepada kesehatan kulit adalah UVB, karena panjang
gelombangnya yang lebih pendek dan paling banyak menembus bumi, sinar ultra
violet juga terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks
metalloproteinase (MMP). Sinar ultra violet juga dapat memacu sintesis MMP-1
dan MMP-3 melalui pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-) oleh
keratinosit dan fibroblas serta menyebabkan penurunan Transforming Growth
Factor- beta (TGF-) (Gilchrest dan Krutmann, 2006).
Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam metode guna menekan
terjadinya kerusakan pada kulit terutama yang disebabkan oleh paparan langsung
sinar ultraviolet secara terus-menerus. Salah satu metode yang sedang
berkembang saat ini adalah dengan menggunakan Platetet Rich Plasma ( Plasma
Kaya Trombosit).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang terdapat dalam makalah ini adalah Apakah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi penuaan
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine)
adalah perubahan fisik yang berhubungan dengan aging disebabkan oleh disfungsi
fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang
tepat (Klatz, 2003). Penuaan adalah suatu kumpulan gejala dari perubahan yang
terus menerus, menyeluruh dan menetap. Proses penuaan terjadi pada molekul
(DNA, protein, lemak), pada sel dan organ. Frekuensi penyakit yang meningkat
pada usia tua seperti arthritis, osteoporosis, penyakit jantung, kanker, Alzheimer's
Disease sering dikaitkan dengan terjadinya proses penuaan. Padahal pada
kenyataannya tidak semua benar bahwa penyakit yang terjadi pada usia tua adalah
merupakan proses penuaan (Klatz dan Goldman, 2004).
Webster's New World Dictionary mendefinisikan penuaan sebagai proses
menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Oleh karena itu kemudian
dikenal dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia fisiologis atau biologis.
Usia kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran, sedang usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh. Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis (Pangkahila, 2007).
2.1.1 Penyebab proses penuaan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan orang menjadi tua melalui proses
penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa kepada
kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon
yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang
menurun, dan gen.
Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat,
kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan. Karena berbagai faktor
itulah terjadi proses penuaan, sehingga orang menjadi tua, sakit, dan akhirnya
meninggal. Namun, kalau faktor penyebab itu dapat dihindari, proses penuaan
tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat, dan kualitas hidup
dapat dipertahankan. Dengan kata lain usia harapan hidup dapat menjadi lebih
panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan melihat berbagai faktor di
atas, kita dapat menentukan faktor mana yang dapat dihindari atau diatasi agar
proses penuaan dapat dicegah atau diperlambat (Pangkahila, 2007).
2.1.2 Teori proses penuaan
Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses
penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu teori wear and tear meliputi kerusakan DNA, glikosilasi, dan
radikal bebas serta teori program meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun,
dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2007).
Ada empat teori pokok dari penuaan (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu:
1. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan
(overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang
lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi
berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan
karena stres fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ
melainkan juga terjadi di tingkat sel.
2. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus,
sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan
hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan
bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang
akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.
3. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, di mana
kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik
dan mental terentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat
kita menjadi tua dan berapa lama kita dapat hidup.
10. Gunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli, untuk
mengembalikan fungsi berbagai organ tubuh yang menurun dengan
bertambahnya usia.
Upaya pertama sampai kedelapan sebenarnya upaya yang dapat dilakukan
oleh setiap orang tanpa adanya intervensi pengobatan dari luar. Tetapi pada
kenyataannya untuk melaksanakan upaya tersebut tidaklah mudah, bahkan
sebagian justru sulit dan nyaris hampit tidak dapat dilakukan. Upaya kesembilan
dan kesepuluh merupakan upaya intervensi yang memerlukan perlakuan atau
pengobatan yang disarankan atau diberikan oleh tenaga ahli. Yang kerap kali
menjadi hambatan atau kesulitan dalam melakukan upaya dalam menghambat
proses penuaan tanpa intervensi diantaranya adalah disebabkan oleh lingkungan
yang tidak sehat, pengetahuan yang rendah, serta budaya yang tidak benar.
Lingkungan yang tidak sehat antara lain seperti adanya sejumlah makanan
yang ternyata telah diracuni oleh bahan berbahaya seperti formalin, pestisida, dan
bahkan bahan pewarna. Beberapa produk kosmetik juga banyak yang dicampur
dengan bahan kimia yang berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Belum
lagi pencemaran udara yang disebabkan dari asap kendaraan bermotor, industri,
rokok, dan yang lainnya yang mana semuanya itu tentunya akan sangat
mengganggu. Pengetahuan yang rendah dalam berbagai aspek juga banyak
menimbulkan masalah yang dapat menghambat proses penuaan seperti
mengkonsumsi sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat, bahkan sangat
merugikan.
Demikian juga dengan budaya yang tidak benar, misalnya meyakini bahwa
pada usia tua orang memang harus tidak berdaya. Akibatnya banyak orang yang
pasrah menerima berbagai keluhan yang muncul seiring dengan bertambahnya
usia (Pangkahila, 2007).
2.1.5 Tanda penuaan
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan
fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan
penyakit (Fowler, 2003). Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit
dengan karakteristik yang terbagi menjadi tiga fase yaitu :
growth factor. Growth factor yang berasal dari trombosit atau platelet derived
growth factor(PDGF) keluar dari alfa granul dan berfungsi dalam rekrutmen dan
aktivasi sel immun dan fibroblas. Contoh produk yang telah dipakai dan disetujui
oleh FDA yaitu bentuk isomer rantai dari PDGF (PDGF-BB) yang secara klinis
terbukti mempercepat penyembuhan, termasuk pada luka kronis diabetic
neuropathy (Nikolidakis dan Jansen, 2008; Weibrich dkk., 2001).
Selain itu trombosit juga mengeluarkan TGF-, yang merangsang maturasi
fibroblas, migrasi, dan sintesis matriks ekstraseluler (Ten Dijke dan Hill, 2004)
serta dapat menurunkan sintesis melanin yang dapat menyebabkan hipopigmentasi
(Martinez-Esparza dkk., 2001). Sedangkan growth factor lainnya yaitu epidermal
growth factor (EGF), dan vascular endothelial growth factor (VEGF) dikeluarkan
oleh fibroblas, sel endotel, dan sel immun untuk menambah percepatan
penyembuhan luka (El-Sharkawy dkk., 2007; Pietramaggiori dkk., 2006).
PRP juga dapat menekan pengeluaran sitokin dan membatasi inflamasi,
berinteraksi dengan makrofag untuk regenerasi (Mishra dkk., 2009) meningkatkan
pertumbuhan kapiler baru (Millington dan Norris, 2004; Mc Aleer dkk., 2006) dan
epitelisasi pada luka yang kronis. PRP bisa didefinisikan sebagai plasma darah
yang mengandung 1,000,000 trombosit/microliter dalam 5 ml plasma. Secara luas
plasma kaya trombosit diketahui mengandung 7 macam growth factor yaitu:
PDGF-AA, PDGF-BB, PDGF-AB, TGF-1, TGF-2, VEGF, EGF. Dan kadar
growth factor in-vivo tetap terjaga setelah dilakukan pembuatan PRP. Konsentrasi
trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan kali dari kadar trombosit di dalam
darah sehingga kadar growth factor di dalam plasma kaya trombosit juga
meningkat delapan kali kecuali IGF-1. Dan selama proses pengambilan atau
pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari trombosit. Beberapa cara pembuatan dan
proses pengambilan plasma kaya platelet ini sudah banyak beredar seperti Smart
Prep Autologous Platelet Concentrate system (Harvest Technologies Corp)
(Weibrich dkk., 2003) dan Magellan Autologous Separator (Medtronic, Inc,
Minneapolis).
2.4.1 Cara Mendapatkan Plasma Kaya Trombosit (Platelet Rich Plasma)
Platelet Rich Plasma diperoleh melalui dua tahap: