Anda di halaman 1dari 15

AL 6101 Etika Profesi

Peraturan
Terkait Profesi
Arsitek
Lanskap di
Indonesia
Syarifah Nisa Mahmuda
28914006

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Undang-undang ini antara lain memuat :
Landasan, asas, dan tujuan pembangunan ketenagakerjaan;
Perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan;
Pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh;
Pelatihan kerja yang diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan
serta keahlian tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan.
Pelayanan penempatan tenaga kerja dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja pada
pekerjaan yang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan sebagai bentuk tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat dalam upaya perluasan kesempatan kerja;
Penggunaan tenaga kerja asing yang tepat sesuai dengan kompetensi yang diperlukan;
Pembinaan hubungan industrial yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila diarahkan untuk
menumbuhkembangkan hubungan yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan antar para
pelaku proses produksi;
Pembinaan kelembagaan dan sarana hubungan industrial, termasuk perjanjian kerja
bersama, lembaga kerja sama bipartit, lembaga kerja sama tripartit, pemasyarakatan
hubungan industrial dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial;
Perlindungan pekerja/buruh, termasuk perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh
untuk berunding dengan pengusaha, perlindungan keselamatan, dan kesehatan kerja,
perlindungan khusus bagai pekerja/buruh perempuan, anak, dan penyandang cacat, serta
perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja;
Pengawasan ketenagakerjaan dengan maksud agar dalam peraturan perundang-undangan
di bidang ketenagakerjaan ini benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Secara khusus memang undang-undang tidak menyebutkan profesi arsitek lanskap, namun
undang-undang ini dapat dijadikan acuan dasar sebagai tenaga kerja secara umum. Berikut akan
disebutkan beberapa hal yang terkait dengan ketenaga kerjaan profesi arsitektur lanskap.
1. Peningkatan Kompetensi Keahlian
Sebagai salah satu tenaga kerja di bidang jasa arsitek lanksap berhak memperoleh/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi sesuai bakat, minat, dan kemampuannya
melalui pelatihan kerja (pasal 11).
Dalam pasal 12 disebutkan :
1. Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi
pekerjanya melalui pelatihan kerja.
2. Peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwajibkan bagi pengusaha yang memenuhi persyaratan yang diatur dengan Keputusan
Menteri.

|1

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


3. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja
dengan bidang tugasnya.
Sehingga, arsitek lanskap yang bekerja dalam satu perusahaan biro konsultan, berhak memperoleh
pelatihan kerja melalui perusahaan tempat dia bekerja.
Setelah mengikuti pelatihan kerja, tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja
melalui sertifikasi kompetensi kerja (pasal 18).
Apabila arsitek muda lanskap yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan
kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi sesuai pasal 23.

3. Hubungan Kerja
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
kerja, yang mempunyai unsur pekerja, upah, dan pemerintah. Perjanjian kerja dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan.
Ketika melakukan perjanjian kerja tertulis antara perusahaan dan arsitek lanskap, sekurangkurangnya harus memuat :
Nama, alamat perusahaan, dan jenis perusahaan ;
Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh ;
Jabatan atau jenis pekerjaan ;
Tempat pekerjaan ;
Besarnya upah dan cara pembayarannya ;
Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh ;
Memulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja ;
Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
Perjanjian kerja yang sudah ditetapkan, tidak dapat ditarik atau diubah kecuali atas persetujuan
para pihak (pasal 55).

4. Waktu Kerja
Undang-undang No.13 Tahun 2003 ini juga menetapkan aturan waktu kerja. Arsitek lanskap dalam
menjalankan profesinya, dapat merujuk pada 77 mengenai waktu kerja yang harus dipenuhi.
Waktu kerja meliputi :
1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

|2

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.
3. Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu.
4. Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu diatur dengan
Keputusan Menteri.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud
harus memenuhi syarat :
1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
2. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari
dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar
upah kerja lembur.
4. Ketentuan waktu kerja lembur tidak berlaku bagi sector usaha atau pekerjaan tertentu.
5. Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dengan Keputusan
Menteri.

5. Upah tenaga kerja


Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerja dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan


pekerja/buruh atauserikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
penguapahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih rendah atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

6. Pemutusan Hubungan Kerja


Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap arsitek lanskap dengan alasan arsitek
lanskap telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut :
1. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;

|3

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan,
3. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
4. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
5. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha
di lingkungan kerja;
6. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan;
7. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
8. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
bahaya di tempat kerja;
9. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara, atau
10. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
Apabila sebagai arsitek lanskap tidak menerima pemutusan hubungan kerja yang bersangkutan
dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


Undang Undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu mewujudkan
keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta yang dapat
memberikan pelindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang. Kaidah penataan ruang ini harus dapat diterapkan
dan diwujudkan dalam setiap proses perencanaan tata ruang wilayah.terapkan dan diwujudkan
dalam setiap proses perencanaan tata ruang wilayah.
Arsitek lanskap yang pekerjaannya banyak terkait perencanaan tata ruang luar dan tata lingkungan
binaan harus memperhatikan ketentuan mengenai struktu pola dan penataan ruang,
perencanaan
penataan
ruang,
wilayah
dan
kawasan,
pemanfaatan
ruang
dan aspek-aspek lain yang terkait. Hal ini sesuai dengan tujuan penyelenggaraan penataan ruang
itu sendiri yaitu untuk (Pasal 3) :
1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
3. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Dalam penyelenggarakan penataan ruang, arsitek lanskap harus memperhatikan :
1. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;

|4

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


2. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi
ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan
3. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
|5

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Peraturan pemerintah ini mengatur tentang tata cara dan persyaratan;
1. Pemilihan perencana konstruksi, pengawas konstruksi dan pelaksana kontruksi oleh
pengguna jasa dengan cara pelelangan umum
2. Pemilihan perencana konstruksi, pengawas konstruksi dan pelaksana kontruksi dengan
cara pelelangan terbatas,
3. Pemilihan perencana konstruksi, pengawas konstruksi dan pelaksana kontruksi dengan
cara pemilihan langsung,
Disebutkan salah dua syarat pemilihan dan pengawasan konstruksi, termasuk profesi arsitektur
lanskap adalah :
1. Peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah
diregistrasi pada Lembaga;
2. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang
perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga.
Karenanya penting profesi lanksap untuk memiliki sertifikat keahlian, agar memenuhi persyaratan
untuk dapat menjadi baik perencana, pengawas maupun pelaksana kontruksi.

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang : Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Hidup
Profesi arsitek lanskap merupakan profesi yang banyak berhubungan dengan lingkungan, sehingga
dalam menjalankan profesinya perlu memperhatikan beberapa hal terkait peraturan lingkungan.
Dalam PP No.27 disebutkan beberapa usaha/kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar
terhadap lingkungan hidup sehingga memerlukan pemantauan atau peninjauan dari instansi yang
melakukan kegiatan tersebut.

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian kegiatan studi kelayakan
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan wilayah.

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa

Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat dilakukan melalui


pendekatan studi terhadap usaha dan/atau kegiatan tunggal, terpadu atau kegiatan dalam
kawasan.

Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup meliputi :
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui;
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhipelestarian kawasan
konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik;
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
8. Penerpan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup;
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi pertahan negara.
Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud diatas wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup yang dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam 5 (lima) tahun.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang.
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan
hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
5. Sifatnya kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

|6

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden ini membahas tentang pengelolaan dan perlindungan kawasan lindung. Serta
menjelaskan kawasan apa saja yang termasuk kedalam kawasan lindung.
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan.
Hal lain yang juga sering menjadi wilayah desain dalam profesi arsitek lanskap adalah kawasan
lindung. Sehingga diperlukan pemahaman agar tidak menyalahi peraturan dalam memberikan
solusi desain.
Dalam melakukan pekerjaan pada kawasan lindung, dibutuhkan pengelolaan yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Sasaran pengelolaan lingkungan hidup
adalah :
1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai
sejarah dan budaya bangsa;
2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tepe ekosistem, dan keunikan alam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perlindungan terhadap kawasan lindung
adalah :
1. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi,
sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah, dan air permukaan.
2. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dimaksudkan untuk mengendalikan hidrologi
wilayah, yang berfungsi sebagai penambaat air dan pencegah banjir, serta melindungi
ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan.
3. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan
ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan
penyediaan kebutuhan air tanah dan penenggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
4. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah
pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
5. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
6. Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi
danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
danau/waduk.
7. Perlindungan terhadap kawasan sekitaer mata air dilakukan untuk melindungi mata air
dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan
sekitarnya.

|7

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


8. Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dilakukan untuk melindungi keanekaragaman
biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
9. Perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya dilakukan untuk
melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan.
10. Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan
hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya
berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut serta
pelindung usaha budidaya dibelakangnya.
11. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan untuk
melindungi kekayaan budaya bangsi berupa peninggalan peninggalan sejarah, bangunan
erkeologi dan monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan
alam maupun manusia.
12. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia
dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung
oleh perbuatan manusia.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Dalam Perpres ini disebutkan bahwa sebagai penyedia jasa, arsitek lanskap wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha;
2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan
Jasa;
3. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Jasa dalam kurun waktu 4
(empat) tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk
pengalaman subkontrak;
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada no.3, dikecualikan bagi Penyedia Jasa yang baru
berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
5. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam
Pengadaan Jasa;
6. Dalam hal Penyedia Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Jasa harus mempunyai
perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan
perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
7. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil
dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha
non-kecil;
8. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus memperhitungkan
Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut:

|8

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


SKP = KP P
KP

P
N

= Nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:


Untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima)
paket pekerjaan;
Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6
(enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.
= jumlah paket yang sedang dikerjakan.
= jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan
selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

9. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang
dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang
ditandatangani Penyedia Jasa;
10. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah
memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan
bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN
(bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.
11. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak;
12. Tidak masuk dalam Daftar Hitam;
13. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan
14. menandatangani Pakta Integritas.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan
Pertimbangan bahwa perkembangan dan pertumbuhan kota/perkotaan disertai dengan alih fungsi
lahan yang pesat, telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung
lahan dalam menopang kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan, sehingga perlu dilakukan
upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka
hijau yang memadai, sehingga perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Dalam merancang ruang terbuka hijau, arsitek lanskap harus memenuhi tujuan penataan RTHKP,
yaitu:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan,
2. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di
perkotaan; dan
3. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

|9

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


Sehingga fungsi dan manfaat RTHKP dapat dirasakan oleh masyarakat kawasan perkotaan. Adapun
fungsi RTHKP adalah sebagai berikut :
1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
4. Pengendali tata air; dan
5. Sarana estetika kota.
Manfaat RTHKP yang dimaksud adalah :
1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
2. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan;
3. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial;
4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah,
6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
7. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat,
8. Memperbaiki iklim mikro; dan
9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
RTHKP meliputi :
1. Taman kota;
2. Taman wisata alam;
3. Taman rekreasi;
4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman;
5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
6. Taman hutan raya;
7. Hutan kota;
8. Hutan lindung;
9. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah;
10. Cagar alam;
11. Kebun raya;
12. Kebun binatang;
13. Pemakaman umum;
14. Lapangan olah raga,
15. Lapangan upacara;
16. Parkir terbuka;
17. Lahan pertanian perkotaan;
18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;
20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
21. Kawasan dan jalur hijau;
22. daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan
23. taman atap (roof garden)

| 10

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 07/Prt/M/2011 Tentang
Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi
Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan
pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Peraturan ini
bertujuan agar pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi lebih operasional dan efektif.
Ruang lingkup berlakunya Peraturan Menteri ini adalah untuk:
1. Pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari anggaran
pembangunan pemerintah (pusat/daerah).
2. Pengadaan
pekerjaan
konstruksi
dan
jasa
konsultansi
yang
dananya
bersumber dari pemerintah sebagaimana dimaksud pada no.1 mencakup Pengadaan
pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari pinjaman atau hibah dalam negeri.
Selaku pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan jasa, arsitek lanskap atau biro konsultan
arsitek lanskap harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Jasa;
2. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan
Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
dalam Pengadaan Jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Jasa;
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan
negara dalam Pengadaan Barang
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara; dan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau
kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Jasa.
9. Proses pelaksanaan pelelangan/seleksi harus segera dimulai setelah rencana
kerja dan anggaran K/L/D/I disetujui DPR/DPRD sampai dengan penetapan
pemenang, penandatanganan kontrak dilakukan setelah Dokumen Anggaran
disahkan.

| 11

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa


Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau
Dalam menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH, Pemerintah Daerah wajib melakukan
pengelolaan RTH. Pengelolaan RTH berlandaskan pada asas manfaat, selaras, seimban, terpadu,
keberlanjutan, keadilan, perlindungan; dan kepastian hukum.
Arsitek lanskap yang memperoleh pekerjaan untuk mengelola RTH di Kota Bandung, harus dapat
memenuhi tujuan pengelolaan RTH yaitu:
1. Menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
2. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;
3. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan;
4. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, aman dan nyaman;
dan
5. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan RTH.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan perencanaan dan pengelolaan RTH adalah fungsi RTH sebagai
berikut :
1. fungsi ekologis, yang terdiri dari :
Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati;
Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; dan
Pengendali tata air.
2. fungsi sosial dan budaya, yang terdiri dari :
Sarana bagi warga kota untuk berinteraksi;
Tempat rekreasi;
Sarana pengembangan budaya daerah;
Sarana peningkatan kreatifitas dan produktivitas warga kota; dan
Sarana pendidikan, penelitian dan pelatihan.
3. fungsi ekonomi, yang terdiri dari :
Sarana ekonomi dalam rangka transaksi komoditas produktif; dan
Sarana dalam rangka penambahan nilai dari lingkungan.
4. Fungsi estetika, yang terdiri dari :
Sarana dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan keindahan lingkungan;
Sarana dalam rangka meningkatkan harmonisasi dan keseimbangan antara ruang
terbangun dan ruang tidak terbangun.
Peningkatan fungsi RTH sebagaimana dimaksud dalam diatas harus memberikan manfaat bagi
masyarakat di Daerah yang mencakup :

| 12

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa

Manfaat langsung yang bersifat nyata (tangible) dan cepat, dalam bentuk keindahan
(estetika) dan kenyamanan, sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan, sarana rekreasi
aktif dan pasif, sarana aktivitas sosial bagi warga kota, serta sarana ruang evakuasi untuk
keadaan darurat; dan
Manfaat tidak langsung yang berjangka panjang dan bersifat tidak nyata (intangible), yaitu
persediaan cadangan air tanah, pengendali polusi udara, tanah dan air, serta penyeimbang
ekosistem kota.

Secara fisik, RTH dibedakan menjadi RTH alami dan RTH non alami (binaan). Perencanaan
pengelolaan RTH alami diarahkan pada pelestarian habitat liar alami dan kawasan lindung.
SEdangkan Perencanaan pengelolaan RTH non alami diarahkan pada upaya peningkatan kualitas
lingkungan perkotaan dan pemahaman masyarakat melalui pembinaan terhadap ketersediaan RTH
berupa taman, hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau sempadan sungai, jalur hijau jaringan listrik
tegangan tinggi, taman pemakaman umum (TPU), kebun pembibitan dan sabuk hijau (green belt).
RTH Publik sebagaimana dimaksud dalam Perda ini terdiri dari :
1. Taman dan hutan kota;
2. Jalur hijau jalan;
3. Jalur hijau sempadan sungai;
4. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi;
5. Taman pemakaman umum (TPU); dan
6. Kebun pembibitan.
RTH Privat sebagaimana dimaksud dalam Perdana terdiri dari :
1. Taman rekreasi;
2. Taman perumahan;
3. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
4. Kebun binatang;
5. Pemakaman umum yang berasal dari wakaf;
6. Lapangan olah raga;
7. Lahan pertanian perkotaan;
8. Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
9. Jalur rel kereta api;
10. Taman atap (roof garden); dan
11. Taman dinding (wall garden).
Pembangunan RTH merupakan upaya peningkatan kuantitas dan/atau kualitas RTH dalam rangka
mewujudkan pemenuhan luasan RTH dan dikembangkan dengan mengisi berbagai macam vegetasi
yang sesuai ekosistem dan tanaman khas daerah serta sarana fasilitas, utilitas dan elemen estetika.
Vegetasi disesuaikan dengan bentuk dan sifat serta peruntukannya, yaitu :
Botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar,
perdu setengah pohon, perdu, semak dan tanaman penutup tanah/permukaan;

| 13

AL 6101 Etika Profesi Syarifah Nisa

Arsitektural, merupakan heterogenitas tanaman dilihat dari bentuk, warna, tekstur dan
ukuran; dan
Tanaman yang dikembangkan tidak membahayakan manusia dan memperhatikan nilai
estetika dan fungsi ekologi.
| 14

Anda mungkin juga menyukai