Tugas IKM
Tugas IKM
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Memasuki era milenium baru ini perlu diupayakan
pengembangan strategi program kesehatan yang efektif guna
mendapatkan generasi penerus bangsa yang kuat dan berkualitas.1
Generasi penerus bangsa yang kuat dan berkualitas dapat
diwujudkan melalui upaya-upaya yang terarah, sehingga dapat
dihasilkan generasi yang sehat yang merupakan modal dasar untuk
pembentukan generasi yang diharapkan.1 Berdasarkan kesepakatan
global Millenium Development Goals/MDGs
menurunnya
sistem
kekebalan
tubuh
manusia
yang
wabah
tahun
1981
telah
menjadi
ancaman
kemanusiaan.
terserang
dan
mengidap
HIV/AIDS.
Hal
ini
I.3. Manfaat
I.3.1. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan
informasi
mengenai
program
dan
alur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diperintahkan
oleh
pasangannya.
Demi
untuk
tidak
Lebih
mempromosikan
VCT
dan
dukungan.
Issue Psikososial
konseling
managemen kasus
Mendampingi, supervisi dan memberikan bantuan
Tidak
ada
diskriminasi
dan
dilakukan
dalam
suasana
persahabatan.
Menggunakan
prinsip
klien
center
dalam
menentukan
keputusan.8
II.1.3. Tujuan Utama VCT
Tujuan utama VCT adalah8:
pencegahan dan
Membantu ODHA mengatasi stres dan membuat keputusankeputusan pribadi berkaitan dengan nasibnya.
dibutuhkan
Merencanakan perubahan perilaku
Merencanakan perawatan untuk masa depan
Meningkatkan kualitas kesehatan pribadi
Mencegah infeksi HIV dari ibu ke bayi
Menfasilitasi akses pelayanan sosial
Menfasilitasi akses pelayanan medis (Infeksi oportunistik,
IMS, OAT, ARV)
b. Pada masyarakat8
Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat
Mengurangi stigma masyarakat
Mendorong masyarakat dan pihak yang terkait untuk
memberi dukungan pada ODHA
II.1.5. Tahap-tahap VCT
Pada dasarnya tahap-tahap dalam pelaksanaan VCT ada tiga
tahap yaitu8:
1. Konseling pre tes HIV
Yang diberikan dalam konseling pre tes HIV
2. Tes HIV
Hasil Tes HIV yang perlu diketahui
Setelah
hasil
tes
dimengerti,
maka
klien
mungkin
Setelah klien tenang dan dapat menerima hasil tes HIV, maka
konselor akan memberikan penjelasan kembali tentang:
o Cara pencegahan dan penularan HIV/AIDS terlepas
hasil tes klien positif atau negatif.
o Memberi dukungan sesuai yang dibutuhkan.
o Membuat rencana lebih lanjut.
II.2.1. Definisi
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan
macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terusmenerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat
lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit.
Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi
lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar
jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan.
Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang
parah dikenal sebagai infeksi oportunistik karena infeksi-infeksi
tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.1
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency
Syndrome dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang
terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV
merupakan penyakit penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan
timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa
infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.1
II.2.2. Penularan
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu1 :
10
minggu - 6 bulan
Tahap 2 : HIV Positif (5 10 tahun)
o HIV berkembang biak dalam tubuh
o Tidak ada tanda tanda khusus, penderita HIV tampak
sehat dan merasa sehat
o Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV
seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap
HIV
o Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun,
tergantung daya tahan tubuhnya rata-rata 8 tahun (di
11
yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV
dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun,
kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat
memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus
(viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.1
II.2.4. Gejala dan Tanda
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya
karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi
awal.
Beberapa
orang
mengalami
gangguan
kelenjar
yang
mengenai
pengelolaan efek
makanan
nutrisi,
dan
pencegahan
gizi,
pengobatan
IMS,
replikasi
sel-sel,
13
yang
berarti
memperlambat
transcriptase
dengan
cara
mencegah
proses
dengan AIDS
secara
dramatis.
Walau
bukan
solusi
jenis
obat-obatan
antiretroviral
yang
berbeda
perlu
14
Berpantang seks
15
Memobilisasi
sumberdaya
dan
mengharmonisasikan
Pencegahan
ditujukan
untuk
menghambat
lajunya
17
BAB III
PROGRAM VCT GRIYA ASA
18
melalui
pendekatan
pendampingan
(Outreach).
19
20
Negatif
ksa
esiapan
ulang
pasien
3 bulan kemudian
HIV/AIDS.
men reaksi emosi dan dukungan reaksi psikologis
- Membantu merencanakan
naan dukungan dan perawatan
nan klinik, KDS, MK, ARV
perubahan perilaku yang lebih
penurunan resiko
konseling, MK, KDS, layanan kesehatan, PL, PMTCT
sehat
Konseling berkelanjutan
dan aman.
lingkungan.
Positif
lebih sehat.
21
Bulan
Jumlah
Pre-Test
Kunjungan
22
Test
Post-Test
Reaktif
Januari
62
62
62
62
Februari
63
63
63
63
Maret
169
169
169
169
April
128
128
128
128
Mei
121
121
121
121
Juni
127
127
127
127
Juli
16
16
16
16
Agustus
79
79
79
79
September
56
56
56
56
Oktober
57
57
57
57
November
116
116
116
116
Desember
123
123
123
123
Januari
47
47
47
47
98
98
98
98
2015
Februari
2015
23
PRE-TEST
1. Masih ada klien
yang takut dalam
mengikuti
kegiatan VCT.
TEST
1. Tidak ada
tempat yang
memadai untuk
dilaksanakan tes
2. Belum
tersedianya
ruangan untuk
pre-test, test dan
post-test yang
memadai.
POST-TEST
1. Ada beberapa klien yang takut
mengetahui hasil, sehingga hasil
post-test tidak diambil.
2. 75% klien yang positif HIV
tidak mau alih profesi dan telah
diedukasi untuk memakai
kondom, namun dalam
pekerjaannya tidak dapat
dipastikan apakah klien tetap
memakai kondom atau tidak.
3. Klien resah karena takut
terjadi kebocoran hasil
pemeriksaan yang terjadi di
Sunan Kuning yang dilakukan
oleh sesama anggota KDS
(Kelompok Dukungan Sesama).
BAB IV
KASUS DAN PEMBAHASAN
IV.1. Non-ODHA
Klien 1
Identitas Klien
Nama
: Ny. S
24
Usia
: 23 tahun
Alamat
Alamat Asal
: Purwodadi
Status
: Janda
Jumlah Anak
:1
Lama Bekerja
: 3 bulan
Pendidikan terakhir
: SMP
Agama
: Islam
25
harus
membiayai
keluarganya
terutama
anaknya,
Klien 2
Identitas Klien
Nama
: Ny. R
Usia
: 27 tahun
Alamat
Alamat Asal
: Purwodadi
Status
: Janda
26
Jumlah Anak
: 1 orang
Lama Bekerja
: 1,5 tahun
Pendidikan terakhir
: SD
Agama
: Islam
Pemecahan Masalah
Solusi pertama adalah memotivasi klien agar tetap melakukan
VCT rutin setiap 3 bulan sekali agar mengetahui status
kesehatannya. Edukasi pada klien tentang pentingnya penggunaan
kondom baik pada tamu untuk mencegah penularan penyakit infeksi
menular seksual atau HIV/AIDS sekiranya ingin melakukan
hubungan seksual.
27
Klien 3
Identitas Klien
Nama
: Ny. D
Usia
: 31
Alamat
Alamat Asal
: Kendal
Status
: Menikah
Jumlah Anak
:3
Lama Bekerja
: 7 tahun
Pendidikan terakhir
: SD
Agama
: Islam
28
membiayai
keluarganya
sampai
anak-anaknya
selesai
: Nn. M
Usia
: 32 tahun
Alamat
Alamat Asal
: Palembang
Status
: Belum menikah
Jumlah Anak
: (-)
Lama Bekerja
: 1 tahun
Pendidikan terakhir
: SD
Agama
: Nasrani
29
30
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Pemeriksaan VCT dapat mendeteksi HIV/AIDS secara dini
sehingga dapat memutus rantai penularan dan penyebaran
HIV/AIDS.
2. Kurangnya
kesadaran
tentang
pentingnya
melakukan
32
c. Masyarakat
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Berantas HIV/Aids melalui program VCT 2010. Diunduh dari :
http://bidansmart.wordpress.com/2010/01/12/berantas-hivaidsmelalui-program-care-support-treatment-vct [citied : 18 Maret 2015]
2. Peter Stalker. 2008. Millenium Development Goals. Jakarta. Diakses
[tanggal 18 Maret 2015] dari www.undp.or.id/pubs/docs/Let
%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20EN.pdf.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Laporan
perkembangan HIV-AIDS di Indonesia, Triwulan I Tahun 2014.
Jakarta.
Diakses
[Tanggal
18
Maret
2015]
dari
http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1.
4. Sofiani, Afrida. 2010. Berantas HIV/AIDS melalui program VCT.
Jakarta.
Diakses
[tanggal
18
Maret
2015]
dari
https://bidansmart.wordpress.com/2010/01/12/.
5. Komisi Penanggulangan AIDS. 2013. Voluntary Counseling Test
(VCT). Sumatera Utara. Diakses [tanggal 19 Maret 2015] dari
http://kpa-provsu.org/vct.php.
6. Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia. 2011. HIV dan AIDS.
Jakarta. Diakses [tanggal 17 Maret 2015] dari http://kpaprovsu.org/vct.php.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program dan Bentuk
Pengobatan Baru Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2014. Jakarta.
Diakses
[tanggal
17
Maret
2015]
dari
http://www.litbang.depkes.go.id/node/585.
8. Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. 2010. Statistik Kasus
HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta. Diakses [tanggal 18 Maret 2015]
dari http://spiritia.or.id/Stats/Statprev.php?lang=id&th=10.
34
9. Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia. 2011. Kategori : Jenisjenis intervensi 2011. Jakarta. Diakses [tanggal 17 Maret 2015] dari
http://www.aids-ina.org/w/index.php/Kategori:Jenis-jenis_Intervensi.
10. Michael, Martine. 2009. VCT, Metoda Evektif Deteksi dan
Pencegahan HIV/AIDS. Diakses [tanggal 17 Maret 2015] dari
http://publicahealth.wordpress.com/2009/06/19/vct-metoda-evektifdeteksi-dan-pencegahan-hivaids/.
11. Muljani, Alix. 2010. Konseling dan VCT. Jakarta. Diakses [tanggal
18
Maret
2015]
dari
www.healthfoundation.eu/blobs/hiv/73758/2011/27/counseling___vc
t.pdf.
12. Komisi
Penanggulangan
AIDS
Indonesia.
2011.
Voluntary
35