SINONASAL
Pembimbing:
Dr. Benny Kurnia, Sp.THT-KL
Pendahuluan
DEFINISI
Patofisiologi
Diferensiasi
Sel
Inisiasi
normal
Sel Kanker
Onkogen
Etiologi Faktor
Resiko karsinogen
Transformasi
gen
Proto
onkogen
Induksi
In situ
Invasi
Diseminasi
Klasifikasi Tumor
Jinak
Tumor Ganas
JENIS TUMOR
KARAKTERISTIK
PENATALAKSANAAN
Pembedahan atau
radioterapi lesi dini
(T1-T2) multimodal
terapi tahap lanjut
(T3-T4)
Undifferentiat
ed Carcinoma
Jarang
Sangat agresif dan
histogenesisnya
tidak pasti.
Rhabdo
myosarcoma
3045% terjadi
Multimodal terapi
pada daerah kepala
dan leher dan 10%
terjadi pada
sinonasal
agresif
Chondro
sarkoma
Lambat
5-10% pada kepala
Pembedahan dan
radiasi pembedahan
Tumor Ganas
JENIS TUMOR
KARAKTERISTIK
PENATALAKSANAAN
radioterapi lesi lokal
kemoterapi
keterlibatan sistemik dan
rekurensi sistemik.
Limfoma
Maligna
Sinonasal
5.8-8% dari
limfoma
ekstranodal pada
kepala dan leher.
Adenokarsino
ma Sinonasal
7-10% keganasan
Olfactory
Neuroblastom
di sinonasal pada
a / ENB
kisaran usia 10-20
dan 50-60
Mukosal
Melanoma
Maligna
1% keganasan
dengan origin
kepala dan leher
Diagnosis
ANAMNESIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
X-Ray
Endoskopi
Biopsi
PET
MRI
Scan
Pemeriksaan Biopsi
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Undifferentiated Carcinoma
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
PEMERIKSAAN X-RAY
CT-Scan
PEMERIKSAAN MRI
STAGING (T.N.M.)
SINUS MAKSILLARIS
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tumor terbatas pada mukosa sinus maksilaris tanpa
T1
erosi dan destruksi tulang.
Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga
T2 palatum dan atau meatus media tanpa melibatkan
dinding posterior sinus maksilaris dan fossa pterigoid.
Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus
T3 maksilaris, jaringan subkutaneus, dinding dasar dan
medial orbita, fossa pterigoid, sinus etmoidalis.
Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi,
T4a fossa pterigoid, fossa infratemporal, fossa kribriformis,
sinus sfenoidalis atau frontal.
Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita,
T4 duramater, otak, fossa kranial medial, nervus kranialis
b
selain dari divisi maksilaris nervus trigeminal V2,
nasofaring atau klivus.
Nx
N0
N1
N2
N2a
N2b
N2c
N3
Mx
M0
M1
Stadium 0
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IVA
Stadium IVB
Stadium IVC
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI PEMBEDAHAN
PROGNOSIS
Laporan Kasus
Pernah
Vital Sign
Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi
78 kali/menit
Frekuensi
napas
24 kali/menit
Suhu
36,7 C
Pemeriksaan
Fisik
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Cor
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Carcinoma
Penatalaksanaan
Supportif
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Antibiotik
Penatalaksanaan
Operatif
POD 1
POD 2
Vital Sign
Tekanan darah 110/80 mmHg
120/70 mmHg
Nadi
80 kali/menit
88 kali/menit
Frekuensi
napas
24 kali/menit
23 kali/menit
Suhu
36,8 C
37 C
Mata
Hidung
Mulut
Darah mengalir ke
Pemeriksaan
Fisik
POD 4
Tekanan darah
90/70 mmHg
120/80 mmHg
Nadi
76 kali/menit
88 kali/menit
Frekuensi
napas
24 kali/menit
24 kali/menit
Suhu
37,2 C
36,6 C
Mata
Hidung
Subjek
Vital Sign
Pemeriksaan
Fisik
Vital Sign
Tekanan darah
120/70 mmHg
Nadi
74 kali/menit
Frekuensi napas
20 kali/menit
Suhu
36,8 C
Pemeriksaan Fisik
Mata
Hidung
Mulut
Prognosis
Pembahasan
Anamnesis :
Kepustakaan
Pembahasan
Pemeriksaan Fisik
Kepustakaan
Pembahasan
Pemeriksaan Penunjang
Kepustakaan
Pembahasan
Terim
a
Kasih