(04011381419160)
(04011381419161)
(04011381419162)
(04011381419163)
(04011381419164)
(04011181419165)
(04011381419166)
(04011381419183)
(04011381419192)
(04011381419193)
(04011381419195)
(04011381419196)
(04011381419224)
(04011381419225)
(04011381419226)
I.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-Nya laporan tugas
A.
Skenario
Mr. Manaf, a-57 years old man, an accountant, comes to MH hospital because of
shortness of breath since 3 hours ago. In the last 3 weeks he became easily tired in daily
activities. He also had night cough, nausea, and lost of appetite. Seven months ago he was
hospitalized due to chest discomfort.
Past medical history : treated hypertension, heavy smoker, rarely exercised.
Family history : no history of premature coronary disease.
Physical exam:
Orthopneu, height 167cm, body weight 79 kg, BP 180/110 mmhg, HR 122x/min
irregular, PR 102x/min, irregular, unequal, RR 32x/min.
Pallor, JVP (5+0) cm H2O, rales (+), wheezing (+), liver: palpable 2 fingers below the
costal arch, and minimal ankle edema.
Laboratory result:
Hemoglobin: 12,8 g/dl, WBC: 8.500/mm3, Diff count: 0/2/10/60/22/6, ESR 20 mm/jam,
platelet: 225.000/mm3. Total cholesterol 325mg/dl, LDL 215 mg/dl, HDL 35 mg/dl,
triglyceride 210 mg/dl, blood glucose 110 md/dl. Urinalysis: normal findings.
SGOT 55 U/L, SGPT 45 U/L, CK NAC 92 U/L, CK MB 14 U/L, troponin I 0,1 ng/ml.
Additional examinations:
ECG : Atrial fibrillation, LAD, HR 120x/menit, QS pattern V1-V4, LV strain
Chest X-ray: CTR > 50%, shoe-shaped cardiac, kerleys line (+), sign of cephalization
B.
Klarifikasi Istilah
1.
2.
3.
Orthopneu
kondisi sesak yang muncul saat posisi berbaring lurus, dan biasanya muncul
sebagai manifestasi lanjut pasien dengan gagal jantung
Premature coronary disease
Kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid
atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang
mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah
ke jantung
Rales
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
C.
Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mr. Manaf, a-57 years old man, an accountant, comes to MH hospital because of
shortness of breath since 3 hours ago (***)
In the last 3 weeks he became easily tired in daily activities. He also had night
cough, nausea, and lost of appetite. Seven months ago he was hospitalized due to
chest discomfort. (**)
Seven months ago he was hospitalized due to chest discomfort. Past medical
history : treated hypertension, heavy smoker, rarely exercised. Family history : no
history of premature coronary disease. (**)
Physical exam (*)
Laboratory results (*)
Additional examination (*)
D.
Analisis Masalah
1.
a.
-
In the last 3 weeks he became easily tired in daily activities. He also had
night cough, nausea, and lost of appetite. Seven months ago he was
hospitalized due to chest discomfort.
Bagaimana etiologi dari:
Night cough
Gagal jantung dapat terjadi pada salah satu sisi bagian
jantung, misalnya gagal jantung bagian sisi kiri atau gagal
jantung bagian sisi kanan. Jika gagal jantung terjadi pada
pompa bilik kiri jantung, maka darah akan mengumpul dan
menumpuk di paru (kongesti). Kongesti inilah yang
menimbukan sesak napas dan batuk. Akibatnya, kantung
udara sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon
dioksida bisa terisi dengan cairan, sehingga mengganggu
fungsi paru-paru.
Batuk, mengi dan sesak napas adalah gejala umum
daripulmonary edema (edema paru). Edema paru adalah
penumpukan abnormal cairan dalam kantung udara paruparu yang menyebabkan sesak napas.
Sementara serangan batuk dapat berhubungan dengan
infeksi saluran pernapasan, alergi, asma atau gangguan
paru-paru. Dalam beberapa kasus, gagal jantung kongestif
mungkin sebenarnya bertanggung jawab sebagai penyebab
batuk kronis
Nausea
Lost of appetite
Gagal ventrikel kiri dapat menyebabkan gagal ventrikel
kanan yang diakibatkan meningkatnya tekanan paru
sehingga menyulitkan pemompaan darah dari ventrikel
kanan, hal ini menyebabkan terjadi peningakat ventrikel
kanan dan terjadi peningkatan atrium kanan sehingga
tekanan vena juga meningat. Hal ini menyebabkan kongesti
dan edema jaringan lunak termasuk hati dan usus sehingga
organ ini membesar dan menyebabkan mual hingga
kehilangan nafsu makan
b.
-
Lost of appetite
timbul batuk
ventrikel kanan
mekanisme
kompensasi
neurohormonal
seperti
pengaktifan sistem saraf simpatis dan sistem RAA (reninangiotensin-aldosteron). Pada stadium awal gagal jantung, semua
mekanisme
kompensasi
neurohormonal
tersebut
memang
ketagihan
merokok,
nikotin
juga
merangsang
pembuluh
darah.
Karbon
monoksida
menimbulkan
mempercepat
aterosklerosis
(pengapuran/penebalan
dinding
fisik,
meningkatkan
viskositas
darah,
sehingga
aliran
darah
yang
bersifat
gelombang
yang
(NO) serta
akan
mengalami
aterosklerosis
yang
akan
Pemeriksaan fisik
a. Interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan
fisik?
Orthopneu
Saat berbaring (posisi paru-paru lebih rendah dibandingkan pada
saat posisi tegak) redistribusi cairan dari sirkulasi viscera dan
extermitas inferior ke sirkulasi utama menambah aliran balik
Klasifikasi
Berat Badan Kurang
Normal
Berat Badan Lebih
Obesitas Tingkat I
Obesitas Tingkat II
Obesitas Tingkat III
Berat Badan Kurang
BP 180/110 mmHg
Interpretasi : hipotensi
Mekanisme: Tekanan darah sistolik dapat normal atau tinggi pada
HF ringan, namun biasanya berkurang pada HF berat, karena adanya
disfungsi LV berat. Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang,
menandakan adanya penurunan stroke volume. Stroke volume yang
tidak mencukupi menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dinding
arteri. Penurunan ini dideteksi oleh baroreseptor yang selanjutnya
memicu saraf simpatis. Terjadi vasokontriksi. Vasokontriksi ini
kemudian memicu sistem RAA.
PR = 102 x/menit
Terdapat aritmia jantung yang disebabkan oleh atrial fibrilasi sehingga
terdapat keadaan pulsus deficit yang menyebabkan perbedaan antara HR dan
PR .
RR = (Dyspnea) 32 x/m
Makna dari meningkatnya RR , pasien mengalami sesak nafas (dyspnea)
yang disebabkan karena adanya cairan/eksudat yang memenuhi rongga
perikardium dan paru-paru sehingga terjadi gangguan pertukaran O 2 dan
menyebabkan jaringan kekurangan O2 yang harus dikompensasi dengan
peningkatan heart rate.
Hal ini juga disebabkan oleh gagal jantung yang dialam Mr Manaf,
sehingga berkurangnya cardiak output dan berkurangnya aliran darah ke
jaringan dan jaringan kekurangan O2.
Pale
Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung; vasokontriksi dan anemia.
Rales
Kongesti paru tekanan arteri dan vena pulmonal meningkat
dimana tekanan vena yang meningkat keseimbangan tekanan
hidrostatik dan osmotik terganggu sehingga terjadi ekstravasasi cairan
ke rongga alveolar hal inilah yang menyebabkan bunyi ronkhi dan
mengi terjadi.
Palpable Liver
Gagal jantung kanan, ventrikel kanan pada saat sistol tidak mampu
memompa darah tekanan akhir diastol ventrikel kanan akan
meninggi tekanan di atrium kanan meninggi bendungan v. cava
superior, v.cava inferior, dan seluruh system vena bendungan di v.
jugularis dan v. hepatica (hepatomegali)
Ankle Edema
Penimbunan cairan dalam ruang interstisial Berhubungan dengan
edema paru yang dapat menyebabkan ortophneu, rales dan wheezing.
b. Bagaimana kriteria penilaian palpasi hepar?
Normalnya, hepar tidak teraba. Apabila ketika palpasi
didapati hepar teraba nyata, lunak, dan ujung tumpul, maka
menandakan hepatomegali. Apabila ketika palpasi didapati hepar
teraba nyata, keras tidak merata, dan ujung iregular, maka
menandakan hepatoma. Pada kasus, didapati hepar teraba 2 jari
dibawah arkus kosta, hal ini menunjukkan adanya hepatomegali
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan vena hepatica akibat
HHD dan CAD yang memperparah keadaan CHF Mr. Manaf
c. Bagaimana kriteria penilaian ankle oedema?
Derajat edema
1+ : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
Hasil Laboratorium
a. Interpretasi dan mekanisme abnormalitas hasil laboratorium?
Diff. count: 0/2/10/60/22/6
Neutrofil batang lebih dari normal
ESR 20/mm3 (lebih dari nromal)
Total cholesterol 300 mg/dl, LDL 165 mg/dl, HDL 35 mg,
trigliseride 280 mg/dl. Komponen di atas tidak ormal menunjukkan
bahwa MR. Y menderita dislipidemia.
Fasting blood glucose : 110 mg/dl (lebih dari normal)
Peningkatan gula darah puasa dpata disebabkan oleh
penurunan ambilan dan metabolisme glukosa di otot rangka atau
peningkatan produksi glukosa hati. Pada kasus ini Mr. Y juga
disertai dengan adanya abnormalitas aterogenik yaitu peningkatan
kadar trigliserida, penurunan kadar HDL kolesterol dan hipertensi
sehingga hal ini mungkin menandai adanya resistensi insulin pada
Mr. Y.
CK NAC 125 U/L, CK MB 22 U/L, Troponin I: 0,1 ng/ml.
Ketiga petanda biokimia diagnosis infark miokard di atas
normal. Namun hal ini bukan berarti tidak terjadi infark miokard.
Karena ketiga biomarker di atas memiliki waktu untuk menjadi
normal yang berbeda dan relatif cepat. Contoh CK MB 48-72 jam
dan Troponin I 5-10 hari kadarnya akan menjadi normal kembali
dalam darah.
6.
Pemeriksaan tambahan
a. Interpretasi hasil pemeriksaan tambahan?
Test
Reference
Result
Interpretasi
Atrial fibrilasi
(-)
Atrial fibrilasi
Gangguan konduksi
LAD
(-)
(+)
Penyimpangan sumbu
ventrikel ke arah kiri
karena
adanya
hipertrofi
ventrikel
kiri
HR
60-100
120 kali/menit
Takikardi
(+)
infark miokard
(+)
Hipertrofi
kali/menit
QS Pattern V1- (-)
V4
LV strain
(-)
ventrikel
jantung
untuk
memompa
darah
(overload
pada
ventrikel kiri).
CTR
<50%
Cardiac
>50%
Kardiomegali
Shoe
cardiac
Kerles line
(-)
(+)
Penebalan
septum
interlobular
Sign
of (-)
(+)
cephalization
Hipertensi
pulmonal
E.
Hipotesis
Tn Manaf diduga menderita Congestive Heart Failure (CHF), dibuktikan dari :
vena
F.
Learning Issues
Anatomi dan fisiologi jantung
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan
dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di
perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardiovaskuler
memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas
suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat,
aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem
sirkulasi itu sendiri.
Anatomi Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks
(anterior-inferior ICS-V) berada di bawah dan basis (superior-posterior: C-II)
berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh
balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem
kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri
yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui
denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mammae 2 jari
setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan
jantung dengan alat sekitarnya yaitu:
1) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggi kosta III-I
2) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais
3) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra
4) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes,
vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis
5) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma. Jantung difiksasi pada
tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung
utama adalah paru yang menekan jantung dari samping, diafragma
menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.
Otot
jantung
terdiri atas 3
lapisan, yaitu:
1) Pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di
belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan
fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara dua
lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar
gesekan pericardium tidak mengganggu jantung.
2) Miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium, yaitu:
- Otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria
- Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung
- Otot atrioventrikuler: dinding pemisah antara serambi dan
bilik( atrium dan ventrikel)
3) Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membran yang mengkilat
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir endocardium,
kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Katup Jantung
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelum,
sesaat, dan setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau
diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea,
sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang
sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan
dengan otot yang disebut muskulus papilaris.
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan
antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan
katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal
dinamakan katup semilunar.
1) Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, dan katup
mitral atau bicuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kiri
dengan ventrikel kiri.
- Katup tricuspid
Katup tricuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup
ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup tricuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju
atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai
dengan namanya, katup tricuspid terdiri dari 3 daun katup.
- Katup mitral
Katup bicuspid atau mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju
ventrikel kiri. Seperti katup tricuspid, katup bicuspid menutup pada saat
kontraksi ventrikel. Katup bicuspid terdiri dari dua daun katup.
2) Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, dan katup
aorta yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan
asendence aorta.
- Katup pulmonal
Setelah katup tricuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel
kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi
arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru
kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis
yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi
dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah
mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
- Katup aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup
ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan
mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel
5) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru
6) Vena Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri
7) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih
dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab
dengan organ tubuh bagian atas
8) Desending Aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah
Anatomi Sirkulasi Jantung
Efisiensi jantung sebagai pompa bergantung pada nutrisi dan
oksigenasi otot jantung melalui sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi
seluruh permukaan epikardium jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke
miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk
dapat mengetahui akibat penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal
terlebih dahulu distribusi arteria koronaria ke otot jantung dan sistem
konduksi. Pengetahuan dinding arteri juga harus diketahui untuk dapat
memahami proses dan pengobatan aterosklerosis.
1. Distribusi Arteri Koronaria
Arteri koronaria adalah percabangan pertama sirkulasi sistemik.
Muara arteri koronaria ini terdapat di balik daun katup aorta kanan dan kiri di
dalam sinus valsalva.
Daerah sistem hantaran juga disuplai oleh arteria koronaria yang berbeda.
Pada sekitar 60% populasi, nodus SA disuplai oleh arteria koronaria kanan. Pada
sekitar 40% populasi, arteria sirkumfleksa kiri mendarahi nodus SA. Nodus AV
disuplai oleh arteria koronaria kanan pada 90% populasi dan oleh arteria
sirkumfleksa kiri pada 10% populasi. Berkas cabang kanan dan bagian posterior
berkas cabang kiri disuplai oleh dua arteri-arteria desendens anterior kiri dan arteria
koronaria kanan. Bagian anterior berkas cabang kiri menerima nutrisi dari cabang
septum arteria desendens anterior kiri.
Pengetahuan mengenai suplai darah ke daerah-daerah tertentu pada
miokardium dan sistem hantaran bermanfaat secara klinis sebagai antisipasi dan
identifikasi dini akan adanya komplikasi klinis. Misalnya, penderita yang mengalami
iskemik di sadapan inferior dan posterior pada EKG 12-sadapan akan dicurigai
mengalami sumbatan arteria koronaria kanan. Hantaran pada pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan EKG sisi kanan diperlukan untuk mengetahui adanya kegagalan
ventrikel kanan. Gangguan hubungan AV juga dapat diantisipasi. Penderita yang
mengalami penyumbatan arteria desendens anterior kiri kemungkinan mengalami
masalah fungsi pemompaan ventrikel kiri karena arteria desendens anterior kiri
mendarahi dinding anterior ventrikel kiri. Penyempitan arteria koronaria utama kiri
selalu menimbulkan kecemasan, namun memiliki makna klinis bagi orang yang
memiliki sistem dominan kiri karena mengancam seluruh ventrikel kiri.
2. Sirkulasi Kolateral
Terdapat anastomosis antara cabang arteria yang sangat kecil dalam sirkulasi
koronaria. Walaupun saluran antar-koroner tidak berfungsi dalam sirkulasi normal,
tetapi menjadi sangat penting sebagai rute alternatif atau sirkulasi kolateral untuk
mendukung miokardium melalui aliran darah. Setelah terjadi oklusi mendadak,
kolateral ini akan berfungsi dalam beberapa hari atau lebih dari itu. Pada
penyempitan pembuluh darah secara bertahap (seperti pada aterosklerosis), akan
terbentuk terbentuk pembuluh darah fungsional secara terus-menerus di antara
pembuluh darah yang mengalami penyumbatan dan yang tidak. Pembuluh darah
kolateral ini sering berperan penting dalam mempertahankan fungsi miokardium saat
terdapat oklusi pembuluh darah.
Foto thorax
Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi
radiografi
dari
thorax
untuk
mendiagnosis
kondisi-kondisi
yang
umum
untuk
untuk
untuk
kegunaan
melihat
melihat
melihat
untuk
Foto
abnormalitas
adanya
adanya
thorax/CXR
congenital
trauma
infeksi
memeriksa
adalah:
(jantung,
(pneumothorax,
(umumnya
keadaan
vaskuler)
haemothorax)
tuberculosis/TB)
jantung
Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk
diagnosis. Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan
imaging thorax tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara
pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang
diperoleh dari CXR.
Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah
orientasi relatif tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum
adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.
1. Posteroanterior (PA)
Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior
(back) dari thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut
disebabkan
oleh
neoplasma
benign/malignan,
granuloma
3. Abnormalitas pleura.
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi
pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan
lymphangioleiomyomatosis.
Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman
namun ada beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan
hasil CXR normal misalnya pada pasien infark miokard akut yang dapat
memberikan gambaran CXR yang normal.
Langkah-langkah pembuatan foto thorax
A. Persiapan alat dan bahan
1.
2.
3.
4.
Meja pemeriksaan
Film, kaset
Marker dan asesoris lain
Pesawat Rontgen
B. Indikasi pemeriksaan
Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain:
1. Infeksi traktus respiratorius bawah, Misalnya: TBC Paru, bronkitis,
Pneumonia
2. Batuk kronis
3. Batuk berdarah
4. Trauma dada
5. Tumor
6. Nyeri dada
7. Metastase neoplasma
8. Penyakit paru akibat kerja
9. Aspirasi benda asing
C. Persiapan pemeriksaan
1. Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan
2. Memilih teknik radiografi yang tepat
EKG
AKSIS
Vektor pertama menunjukkan deolarisasi seotum, dan tiap vector berikutnya
menunjukkan depolarisasi ventrikel yang progresif. Vector ini perlahan-lahan
bergerak ke kiri karena aktivitas listrik ventrikel kiri yang jauh lebih besar
semakin mendominasi gambaran EKG.
Rerata semua vector yang timbul serentak ini disebut vector rata-rata
Arah vector rata-rata disebut aksis listrik rata-rata.
Vector QRS rata-rata mengarah ke kiri dan inferior, mencerminkan arah aliran
listrik rata-rata selama depolarisasi ventrikel. Dengan demikian, aksis QRS
normal- terletak antara 90o samap 0o.
Kita dapat dengan cepat menilai normal-tidaknya aksis QRS di dalam tiap EKG
hanya dengan melihat sadapan I dan aVF. Jika kompleks QRS positif pada
sadapan I dan aVF, aksis QRS pasti normal.
tegak lurus terhadap arah rata-rata aliran listrik akan merekam gelombang
bifasik.
Jika aksis terletak di antara 0o dan -90o , kita sebut sebagai deviasi aksis
kiri. Dalam kasus ini, kompleks QRS di sadapan I akan positif, tetapi di sadapan
aVF akan menjadi negatif.
FIBRILASI ATRIUM
Pada fibrilasi atrium, aktivitas atrium sangat kacau; nodus AV dapat
dibombardir oleh lebig dari 500 impuls per menit. Bila pada flutter atrium hanya
ada satu sirkuit reentrant yang bertanggung jawab terhadap munculnya pola gigi
gergaji yang teratur di EKG, pada fibrilasi atrium, ada banyak sirkuit reentrant
yang berputar-putar dengan perilaku yang sama sekali tidak bisa diperkirakan.
Tidak tampak gelombang P sejati.
2. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada
(iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan
retina, transient serebral ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatfin BB dengan emosi yang
labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan
episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri
(postural dizzy).
Gambaran Klinik
Pada stadium dini hipertensi, tampak tanda-tanda akibat rangsangan simpatis yang
kronis. Jantung berdenyut cepat dan kuat. Terjadi hipersirkulasi yang mungkin
akibat
aktifitas
sistem
neurohumoral
yang
meningkat
disertai
dengan
1-2)
Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk
memantau terjadinya hipertrofi ventrikel, hemodinamik kardiovaskuler, dan tandatanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantung hipertensi pada stadium
lanjut.
Dengan ekokardiografi dapat diketahui apa yang terjadi pada jantung akibat
kompensasi terhadap hipertensi dan perangainya dan dapat dipantau hasil
pengobatan serta perjalanan penyakit jantung hipertensi.
Perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertensi yang dapat terlihat pada
ekokardiogram adalah sebagai berikut : 1) Tanda-tanda hipersirkulasi pada
stadium dini, sepert: hiperkinssis, hipervolemia; 2) Hipertrofi yang difus
(konsentrik) atau yang iregular eksentrik; 3) Dilatasi ventrikel yang dapat
merupakan tanda-tanda payah janiung, serta tekanan akhir diastolik ventriksl kiri
meningkat, dan; 4) Tanda-tanda iskemia seperti hipokinesis dan pada stadium
lanjut adanya diskinetik juga dapat terlihat pada ekokardiogram.
Pemeriksaan Radiologi
Pada gambar rontgen torak posisi postero-anterior terlihat pembesaran jantung ke
kiri, elongasi aorta pada hipertensi yang kronis dan tanda-tanda bendungan
pembuluh paru pada stadium payah jantung hipertensi.
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat karena hipertrofi konsentrik
ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apekss jantung membesar ke kiri dan bawah.
Aortic knob membesar dan menonjol disertai klasifikasi. Aorta ascenden dan
descenden melebar dan berkelok (pemanjangan aorta/ elongasio aorta).
Diagnosa
Gejala penaykit jantung hipertensi tergantung durasi, derajat keparahan, dan jenis
penyakit. Selain itu pasien mungkin tidak menyadari diagnosa dari hipertensi.
Cara mendiagnosa tergantung dari:
a. Riwayat Penyakit
Seseorang penderita hipertensi dengan penyakit jantung koroner mungkin
memiliki gejala penyakit arteri (angina), kelelahan, dan sesak nafas saat
beraktivitas maupun saat beristirahat. Penyakit jantung kongestive dapat
mencakup episode tidur yang terputus karena masalah pernafasan (sulit nafas tibatiba yang terjadi pada malam hari).
b. Ujian Fisik
Pada hipertensi dengan berbagai tingkat keparahan terdapat perubahan pada aliran
pembuluh darah yang mana terlihat pada pemeriksaan mata. Auskultasi pada hati
yang memperlihatkan ketidakteraturan denyut nadi, suara marmurs, dan suara
gallops. Dalam lanjutan kasus penyakit jantung hipertensi, dapat terjadi
pembesaran hati dan pembengkakan pada kaki dan tumit.
c. Pengujian
Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang EKG maupun echocardiogram x-ray
untuk menegakkan diagnosa adanya pembesaran bilik kiri jantung.
Penatalaksanaan
Pengobatan
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi
1.
2.
3.
4.
Diagnosis kerja
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Untuk menentukan diagnosa dari gagal jantung kongestif (CHF) sangatlah sulit.
Gejala yang ada tidaklah khas. Gejala-gejala seperti sesak nafas saat beraktivitas atau
cepat lelah seringkali dianggap sebagai salah satu akibat proses menua atau dianggap
sebagai akibat dari penyakit penyerta lainnya seperti penyakit paru, kelainan fungsi
tiroid, anemia dan depresi. Gejala yang sering ditemukan adalah sesak nafas, orthopnea,
paroksismal nocturnal dispnea, odema perifer, fatigue, penurunan kemampuan
beraktivitas serta batuk dengan sputum jernih. Sering juga didapatkan kelemahan fisik,
anorexia, jatuh dan konfusi.
Gagal jantung kronis adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa
darah sesuai kebutuhan tubuh dan kondisi tersebut telah diketahui dan diderita sejak
lama namun telah mencapai tingkat yang parah.
didefinisikan sebagai sindroma klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung
berupa sesak, fatigue baik dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas. Penderita gagal
jantung kronis sering mengalami kelelahan dan sesak. Tergantung dari tingkat
keparahannya, penderita gagal jantung kronis juga memiliki kelelahan yang amat
sangat, ketidakmampuan bernafas saat berbaring dan adanya penahanan cairan di dalam
jantung.
Gagal jantung di kenal dengan beberapa istilah, yaitu gagal jantung kiri, gagal
jantung kanan dan gagal jantung kongestif. Gagal jantung kiri terdapat bendungan paru,
hipotensi, dan vasokontriksi perifer dengan penurunan perfusi jaringan. Sedangkan
gagal jantung kanan di tandai dengan adanya edema perifer, asites, dan peningkatan
vena jagularis. Gagal jantung kongestif adalah gabungan kedua gambaran tersebut.
Pada pemeriksaan fisik yang didapatkan nilai JVP (Jugularis Venous Pressure)
meninggi. Sering juga terdapat bunyi jantung 3, pitting udema, fibrilasi atrial, bising
sistolik akibat regurgitasi mitral serta ronkhi paru. Menurut New York Heart Assosiation
dibagi menjadi:
Kriteria NYHA (New York Heart Assosiation)
1.
2.
3.
4.
Terdapat juga criteria yang dipanggil sebagai Kriteria Framingham yang dipakai untuk
diagnose gagal jantung kongestif. Diagnosis ini ditegakkan apabila minimal ada 2
kriteria major atau 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.
Kriteria Major
Paroksismal
dispnea
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peninggian JVP
Refluks hepatojugular
nokturnal
Kriteria Minor
Edema ekstrimitas
Batuk malam hari
Dispnea d effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3
dari normal
Takikardia (>120/menit)
Diagnosis banding
Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut (GJA) adalah serangan cepat/rapid/onset atau adanya
perubahan pada gejala-gejala atau tanda-tanda dari gagal jantung yang berakibat
diperlukannya tindakan atau terapi secara urgent. GJA dapat berupa serangan pertama
gagal jantung atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya. Pasien dapat
memperlihatkan kedaruratan medik seperti edema paru akut.1,4 Penyakit kardiovaskular
dan non kardiovaskular dapat mencetuskan GJA. Contoh yang paling sering antara lain
adalah:
I.
II.
III.
Misalnya, ada robekan daun katup secara tiba-tiba akibat endokarditis, trauma
atau infark miokard luas. Curah jantung yang menurun secara tiba-tiba akan
menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer. Kondisi lain yang
dapat menyebabkan GJA adalah ketidakpatuhan makan ubat gagal jantung, atau
nasehat-nasehat medis, pemakaian obat seperti NSAID. Symptom gagal jantung bisa
juga dicetuskan oleh faktor-faktor non kardiovaskular seperti penyakit paru obstruktif
atau adanya penyakit organ lanjut terutama disfungsi renal. Gambaran klinis khas dari
GJA adalah kongesti paru walaupun pada beberapa pasien yang banyak memberikan
gambaran kardiak output dan hipoperfusi jaringan lebih mendominasi penampilan
klinis.
Disamping itu ada juga beberapa klasifikasi GJA yang biasa dipakai antara lain:
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik ireversibel yang sudah
mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi pengganti ginjal, berupa dialisis
atau transplantasi ginjal.
Artherosklerosis
Atherosklerosis adalah pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah
arteri akibat plaque dimulai dari lapisan intima bagian pembuluh darah paling dalam
yang kemudian meluas juga ke lapisan media dari pembuluh darah yang terjadi karena
proses pengendapan lemak, komplek karbohidrat dan produk darah, jaringan ikat dan
kalsium.
Bila plaque yang terbentuk dalam pembuluh darah cukup besar, ditambah
faktor-faktor resiko athelosklerosis masih terus berlanjut seperti kadar kolesterol tinggi,
penyakit kencing manis yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi, merokok,
kegemukan, kurang olah raga, stress, maka akan mudah terjadi penyumbatan karena
terlepasnya plague yang berakibat fatal buat penderita.
Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas,
terutama pada usia muda. kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan
terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri
lainnya.4
penyakit
jantung
koroner,
hipertensi
atau
kelainan
kongenital.
jantung
kongestif
ialah
Regurgitasi
Mitral.
Regurgitasi
mitral
merupakan faktor resiko yang untuk kejadian hipertrofi ventrikel kiri yang berujung
pada gagal jantung (Lip G.Y.H., Gibbs C.R., Beevers D.G., 2000).
Faktor resiko
1. Tidak dapat diubah
a. Usia (laki laki 45 tahun; perempuan 55 tahun atau menepouse premature
tanpa terapi penggantian esterogen)
b. Riwayat CAD pada keluarga (MI pada ayah atau saudara laki laki sebelum umur
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
55 tahun atau pada ibu dan saudara perempuan sebelum umu 65 tahun)
Dapat diubah
Hiperlipidemia (LDL-C) batas atas, 130-159 mg/dl; tinggi 160 mg/dl
HDL-C rendah 40 mg/dl
Hipertensi 140/90 mmHg (diberi obat hipertensi)
Merokok
DM
Obesitas
Ketidakaktifan fisik
Hiperhomosisteinemia
Epidemiologi
Kejadian gagal jantung kronis di Eropah berkisar kira-kira 0,4%-2% dan
meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Setengah
dari pasien gagal jantung meninggal dalam masa 4 tahun setelah diagnosis
ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung berat, lebih dari 50% akan
meninggal dalam tahun pertama.
Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes
ke dalam alveoli dan terjadlah edema paru. Tekanan arteri paru-paru dapat
meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru.
Hipertensi pulmonal meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan.
Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada
jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Gagal jantung kronik terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Fungsi sistolik jantung atau kemampuan
jantung untuk memompa darah ditentukan oleh empat determinan utama iaitu,
kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir diastolic dan resultan
panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload ke arah ventrikel, dan
frekuensi denyut jantung. Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada
kapasitas curah jantung dalam menghadapi beban:
Bendungan Sistemik
Bendungan Sistemik
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang
dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban
awal akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi
ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah
jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan
curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini,
pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya
curah jntung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengan berlanjutnya
gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
Pada awal gagal jantung, akibat curah jantung yang rendah, di dalam
tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin
aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah
arteri yang
efektif.
neurohumoral.
Hal
ini
akan
merangsang mekanisme
kompensasi
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang
terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan
penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu
ditemukan:
1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti: diet
rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis,
menghindari rokok, olahraga teratur.
Farmakologi
Penggunaan obatan sangat penting untuk membantu pasien yang menghidapi
gagal jantung. Pembatasan asupan garam dilakukan untuk mengurangi penimbunan
cairan. Jika pembatasan ini tidak berjaya, maka pasien akan diberikan obat diuretik
untuk menambah pembentukan air kemih dan membuang natrium dan air dari tubuh
melalui ginjal. Mengurangi cairan akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke
jantung sehingga mengurangi beban kerja jantung. Untuk pemakaian jangka panjang,
diuretik diberikan dalam bentuk sediaan per-oral (telan) sedangkan dalam keadaan
darurat akan sangat efektif jika diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).
Penggunaan harus hati-hati karena dapat terjadi hiponatremia dan hipokalemia.
Pemberian diuretik sering disertai dengan pemberian kalium, karena diuretik tertentu
menyebabkan hilangnya kalium dari tubuh atau bisa digunakan diuretik hemat kalium.
Seterusnya, digosin atau digitalis digunakan untuk meningkatkan kekuatan
setiap denyut jantung dan memperlambat denyut jantung yang terlalu cepat. Efek yang
dihasilkan adalah peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diuresi serta mengurangi edema. Ketidakteraturan irama jantung
(aritmia, dimana denyut jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur), bisa
diatasi dengan obat atau dengan alat pacu jantung buatan.
Selain itu, sering digunakan obat yang melebarkan pembuluh darah
(vasodilator), yang bisa melebarkan arteri, vena atau keduanya. Pelebaran arteri akan
melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darah, yang selanjutnya akan mengurangi
beban kerja jantung. Pelebaran vena akan melebarkan vena dan menyediakan ruang
yang lebih untuk darah yang telah terkumpul dan tidak mampu memasuki bagian kanan
jantung. Hal ini mengurangi penyumbatan dan mengurangi beban jantung. 7
Vasodilator yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor (angiotensin
converting enzyme inhibitor). Obat ini tidak hanya meringankan gejala tetapi juga
memperpanjangkan harapan hidup penderita. ACE-inhibitor melebarkan arteri dan vena
sedangkan obat yang terdahulu melebarkan vena saja atau arteri saja (misalnya
nitrogliserin hanya melebarkan vena, hydralazine hanya melebarkan arteri). Dibawah ini
merupakan golongan-golongan obat yang digunakan pada pasien gagal jantung kronis.
Angiotensin-converting
enzyme
inhibitor/penyekat
enzim
konversi
angiotensin.
Diuretic
Penyekat beta
Antagonis reseptor aldosteron
Antagonis reseptor angiotensin 2
Glikosida jantung
Vasodilatasi jantung
Obat inotropik positif, dobutamin,milrinon,enoksimon
Antikoagulan
Antiaritmia
Oksigen
Pencangkokan jantung dianjurkan pada penderita yang tidak memberikan respon
Komplikasi
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam
atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik
tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung (dengan
digoxin atau blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan
dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden cardiac
death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusitasi,
amiodaron, blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai
peranan.
Prognosis
Menentukan prognosis pada gagal jantung sangatlah kompleks, banyak variabel
seperti yang harus diperhitungkan seperti etiologi, usia, ko-morbiditas, variasi
progresi gagal jantung tiap individu yang berbeda, dan hasil akhir kematian
(apakah mendadak atau progresif akibat gagal jantung). Dampak pengobatan
spesifik gagal jantung terhadap tiap individu pun sulit untuk diperkirakan.
G.
Kerangka Konsep
H.
Kesimpulan
Tuan manaf menderita Congestive Heart Failure et causa Hypertensife Heart Disease
I.
Daftar Pustaka
Harrison. 2015. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit dalam Vol 3 Edisi 13. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
diakses
Februari 2016)
Anonim. Tanpa tahun. Gagal Jantung Kongestif.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-kumalawati-111-2bab2.pdf, diakses 1 Februari 2016)
Anonim. Tanpa tahun. Gagal Jantung Kongestif.