Anda di halaman 1dari 40

P1A0 Partus Maturus

dengan SC a.i Gagal Drip


Disusun Oleh : M. Syafri S.
Pembimbing : H. Rizki Safaat, dr., Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNISBA RSUD DR SLAMET GARUT
2015

Identitas Pasien

Nama : Ny. Y
Umur
: 18 tahun
Alamat
: Pakenjeng
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : IRT
Medrek
: 815xxx
MRS
: 15 November 2015
Jam masuk RS
: 18.00 WIB
KRS
: 19 November 2015

Nama Suami : Tn. I


Umur : 21 tahun
Alamat: Pakenjeng
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : Proyek

Anamnesis

Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar cairan dari jalan lahir
Anamnesis Khusus
G1P0A0 merasa hamil 9 bulan, pasien datang
dengan keluhan keluar cairan jernih banyak
tidak berbau dan tidak disertai dengan rasa
panas sejak 1 hari SMRS. Keluar lendir campur
darah diakui pasien. Merasa mulas yang
semakin sering dan bertambah kuat dirasakan
sejak 12 jam SMRS. Gerakan janin masih terasa
sejak 4 bulang yang lalu.

Riwayat Obstetri
Cara
Kehamil Tempa

Cara

Penolo

BB
Kehamil

an ke

Persalin

ng

Keada
Kelami

Lahir
an

Jenis

an
KEHAMILAN SAAT INI

Usia
an

Keterangan Tambahan
Menikah pertama : 18 tahun, SMP, IRT
: 24 tahun, SMP, Proyek
HPHT : 07 - 02 - 2015Siklus: teratur Lama: 7 hari
Darah: biasa Nyeri: Tidak Menarche : 12 tahun
Kontrasepsi terakhir : Tidak pernah
PNC : Bidan dan Posyandu
Jumlah kunjungan 7 kali.
Terakhir PNC 2 bulan yang lalu

Keluhan selama hamil : Riwayat penyakit : -

Status Praesens
Keadaan Umum : CM
Tensi : 120/80 mmHg
N: 84 x/mnt R: 20 x/mnt S:
AF
Kepala: Conjuctiva: anemis -/- Sklera: ikterik -/ Leher : Tiroid tidak ada kelainan. KGB tidak ada kelainan
Thorak : Jantung : S1 S2 murni reguler, Gallop(-),
Murmur(-)
Paru: VBS kanan=kiri, Rhonki(-), Wheezing(-)
Abdomen : Cembung lembut, DM (-), NT (-) PS/PP : -/-,
BU (+)
Hepar : sulit dinilai, Lien : sulit dinilai
Ekstremitas : Edema: - Varises: -

Status Obstetrik

PEMERIKSAAN LUAR
TFU/LP : 31/82cm
LA : kepala/puka
HIS : 1-2 X dalam 10-15 detik
DJJ : 136 reguler
TBBA : 2700 gram

Inspekulo : Perabaan Fornises : PEMERIKSAAN DALAM


Vulva : TAK
Vagina : TAK
Portio : TebalLunak
Pembukaan : 2-3
Ketuban :Bag Terendah : Kepala St-1

Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
Tanggal 15-11-2015 18.30
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin: 12.1 g/dL
Hematokrit : 36%
Lekosit : 17.790 /mm3
Trombosit : 306,000/mm3
Eritrosit : 4.23 juta/mm3
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
USG : tidak dilakukan

Diagnosis
G1P0A0 Parturien Atern Kala I Fase
Laten dengan KPD

Rencana pengelolaan
Observasi KU, TTV, HIS, BJA
,Kemajuan Persalinan
Memasang infus RL 500 cc 20
gtt/menit
Obat Cefotaxime 2 x 1 Gram
Infomed consent
Pro Augmentasi

PEMANTAUAN PERSALINAN KALA I


JAM

DJJ

18.4

x/m
143

Inf RL, Cefotaxime 1 gr

5
19.0

Advis dr. Ketut Sp.OG drip oxy

0
19,3

131

0
20.0

136

0
21.0

127

0
21.3

Pd: V/V TAK, P: tebal lunak, 3-4, ket -

KETERANGAN

Laporan Operasi
Jam mulai
operasi:
10.05

Jam selesai
operasi:
11.00

Lama Operasi:
55 Menit

Akut :
16 November 2015

Operator:
dr. H. Rizki
SN Sp.OG

Asisten 1:
Ny. Neni
Perawat
Instrumen:
Ny. Elis

Ahli Anestesi:
dr. Dadi, Sp. An

Asisten Anestesi:
Pak Edwin

Jenis anestesi:
Spinal

Diagnosa Pra-Bedah:
G1P0A0 Parturien Aterm Kala I Fase Aktif
dengan KPD dan Gagal Drip Oxy

Indikasi Operasi:
Gagal Drip Oxy

Diagnosa Pasca-Bedah:
P1A0 Partus Maturus dengan SC a.i Gagal
Drip Oxy

Jenis Operasi:
SCTP + IUD

Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada abdomen dan sekitarnya


Insisi pfannenstiel sepanjang 10 cm
Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding depan uterus
SBR disayat konkaf, diperlebar dengan jari penolong ke kiri dan kanan
Jam 10.20 WIB : lahir bayi laki-laki dengan meluksir kepala
BB : 2780 gramPB : 49 cm
APGAR 1:6 5: 8
Disuntikkan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik
Jam 10.25 WIB : lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
B : 500 gram Ukuran : 30x15x3 cm
SBR dijahit 2 lapis; lapis 1 dijahit jelujur, sebelum semua rongga tertutup diinsersi
IUD. Lapisan 2 dijahit jelujur interlocking
Setelah yakin tidak ada perdarahan, rongga abdomen dibersihkan dari darah dan
bekuan darah
Fascia dijahit dengan PGA no 1 kulit subkutikuler
Perdarahan selama operasi : 200 cc
Diuresis selama operasi : 100 cc

Tanggal/
CATATAN
Jam
17/11/15 Follow Up Post OP

INSTRUKSI
P/

POD I

S/ -

O/ KU

: CM

TD : 110/70 mmHg R: 24 x/mnt


N

: 84 x/mnt

S: AF

Mata: Ca -/- Si -/-

Asi: -/Abdomen : datar


NT(+), BU (+)

lembut,

DM(-),

TFU :sulit dinilai


LO : Tertutup verban
Lokhia : Rubra
BAB (-), BAK (+)
A/ P1A0 Partus Maturus dengan SC a.i
Gagal Drip Oxy

Infus RL 500ml :
30 gtt/menit
Cefotaxime 2x1
gr iv
Metronidazole
3x500 mg/iv
Kaltrofen 2x100
mg sup
Aff DC
Terlentang s.d 24
jam post op

18/11/1
5

S/

P/

O/ KU : CM

POD II

TD
: 110/70 mmHg
x/mnt
N : 84 x/mnt

R: 24
S: AF

Mata: Ca -/- Si -/Asi: +/+


Abdomen
:
datar
DM(-), NT(+), BU (+)

lembut,

TFU : 1 jari bawah pusat


LO : Luka basah sinistra
Lokhia : Rubra
BAB (-), BAK (+)
A/
P1A0 Partus Maturus
dengan SC a.i Gagal Drip Oxy

Cefadroxil
2x500 mg
As. Mefenamat
3x500 mg
Metronidazole
3x500
Aff infus
Mobilisasi

19/11/15 S/ -

P/

POD III

O/ KU : CM
TD : 100/70 mmHg

R: 24 x/mnt

S: AF

: 89 x/mnt

Mata: Ca -/- Si -/Asi : +/+

Abdomen : datar lembut, DM(-),


NT(+), BU (+)
TFU : 2 jari bawah pusat
LO : Kering terawat
Lokhia : Rubra
BAB (-), BAK (+)
A/
P1A0 Partus Maturus dengan
SC a.i Gagal Drip Oxy

Cefadroxil
2x500 mg
Metronidazole
3x500 mg
As. Mefenamat
3x500 mg
Ganti verban
Boleh pulang

PERMASALAHAN
Bagaimana penegakkan
diagnosis pada kasus ini?
Apakah pengelolaan kasus ini
sudah tepat?
Bagaimanakah prognosis pada
pasien ini?

Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus


ini?
Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?
Pada anamnesis, pasien mengatakan ini merupakan
kehamilan yang pertama kalinya G1P1A0
Hamil 9 bulan, dihitung dari HPHT pada tanggal 7
Februari 2015 (tanggal pemeriksaan 15 November
2015) 40-41 minggu.
Pada pasien ini, didapatkan mulas yang semakin sering
Pada pemeriksaan palpasi, teraba bagian terendah janin
merupakan bagian yang keras dan bulat, lalu pada
bagian fundus teraba bagian kurang bulat dan lunak.
Lalu bagian lengkung kontinyu berada di sebelah kanan
ibu. Presentasi Kepala

Pada pasien pembukaan mempunyai pembukaan 2-3


cm diputuskan memberikan drip oksitosin 1 labu untuk
merangsang pembukaan serviks, tetapi setelah habis
1 labu RL 500 cc, pembukaan tidak maju.
Karena pembukaan setelah drip oksitosin 1 labu, maka
diputuskan untuk dilakukan SC atas indikasi gagal
drip.
Setelah dilakukan SC, luka operasi kering pada POD III.
Dari kesimpulan pernyataan di atas bahwa, P1A0
Partus Maturus dengan SC a.i Gagal Drip Oxy
diagnosis pada kasus pasien ini adalah tepat

Apakah pengelolaan kasus ini


sudah tepat?
Pada pasien ini pengelolaan kasus
sudah tepat, dilakukannya SC atas
indikasi gagal drip

Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?


Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah
dilakukan terapi berupa tindakan operasi SC keadaan
pasien serta bayi hidup dalam kondisi baik. Hasil
pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Luka jahitan
semakin hari semakin membaik dan semakin kering.
Quo ad functionam pasien ini untuk fungsi reproduksi
ad bonam. Kelahiran anak pertama dilakukan dengan
SC, maka kehamilan berikutnya harus berjarak kurang
lebih dua tahun dengan pemasangan kontrasepsi dan
harus dipantau dengan baik. Fungsi seksual dan
menstruasi ad bonam.

Ketuban Pecah Dini


Definisi
Keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau dimulainya
tanda inpartu
Klasifikasi
PROM : ketuban pecah saat usia
kehamilan 37 minggu
PPROM : ketuban pecah saat usia
kehamilan < 37 minggu

Patofisiologi

Manifestasi Klinis
1. Air ketuban mengalir keluar
2. Uterus lebih kecil dari usia
kehamilan
3. Konsistensi uterus lebih keras

Diagnosis
Anamnesis
Merasa keluar cairan yang banyak
secara tiba-tiba
Anamnesis mencari faktor risiko

Pemeriksaan fisik
Inspekulo: melihat adanya cairan yang
keluar dari serviks atau menggenang di
forniks posterior
Tercium bau khas cairan ketuban

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Tes
Lakmus
(merah
menjadi
biru)/Pemeriksaan pH vagina didapatkan
hasil basa
Ferning
(+)
pada
pemeriksaan
mikroskopis
Pemeriksaan LEA cairan ketuban untuk
menyingkirkan
kemungkinan
infeksi
intrauterin (LEA +2 atau lebih curiga
infeksi)

Tatalaksana
Umum
Eritromisin 4x250 mg selama 10 hari
Rujuk ke fasilitas yang memadai

Khusus
Usia kehamilan lebih dari 34 minggu
Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
bila tidak ada kontraindikasi

Tatalaksana
Usia kehamilan 24-33 minggu
Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta,
dan kematian janin lakukan persalinan
segera
Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam
selama 48 jam
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai
kondisi ibu dan janin.
Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu,
atau di usia kehamilan 32-33 minggu, bila
dapat dilakukan pemeriksaan kematangan
paru dan hasil menunjukkan bahwa paru
sudah matang

Tatalaksana
Usia kehamilan < 24 minggu
Terminasi kehamilan mungkin menjadi
pilihan
Jika terjadi korioamnionitis tatalaksana
korioamnionitis

Komplikasi
Maternal
Infeksi Ibu
Sepsis
Partus prematur
Komplikasi selama persalinan

Janin
Morbiditas neonatal
Infeksi janin

Pemberian Tetes Oksitosin


Batasan

Indikasi

Pemberian tetes oksitosin melalui infus


dengan
tujuan
menimbulkan
atau
memperkuat kontraksi rahim
1. Mengakhiri kehamilan
2. Memerkuat kontraksi rahim selama
persalinan

Kontraindik asi
-

Kehamilan dengan luka parut rahim


Disproporsi kepala panggul
Letak lintang

Cara pemberian
Lima unit oksitosin dalam 500 cc
Dextrose 5% diberikan dengan
kecepatan awal 20 tetes per menit,
dinaikkan 5 tetes per menit setiap 15
menit sampai didapatkan his yang
memadai (3 sampai 4 kali per 10
menit atau sampai batas waktu
maksimum 60 tetes/ menit). Untuk
grande multipara: kehamilan ganda
dan bayi besar, maksimal 40 tetes per

Tetesan oksitosin diberikan maksimal


2 labu dengan istirahat diantaranya
2 jam kecuali untuk letak sungsang
hanya 1 labu.
Untuk kasus tertentu seperti
perdarahan antepartum, infeksi intra
uterin dan kemajuan persalinan yang
nyata setelah pemberian tetesan
oksitosin labu pertama, tetes
oksitosin labu kedua langsung

Upaya untuk meningkatkan keberhasilan tetes


oksitosin dapat dilakukan:
Amniotomi :dilakukan sebelum pemberian
oksitosin (segera setelah pembukaan
memungkinkan)
Metrolisa :Cara pemakaian: dilakukan tindakan a
dan antiseptik pada vagina dan sekitarnya.
Metrolisa dimasukkan melalui kanalis serviks,
sehingga balon terletak di kavum uteri.
Selanjutnya metrolisa diisi dengan 10-150 cc NaCl
atau aquades. Metrolisa akan terlepas bila
pembukaan lebih besar dari diameter balon.

Sectio Secarea
Sectio caesaria primer (efektif).
Dari semula sudah direncanakan bahwa janin
akan dilahirkan secara sectio caesaria, tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya
pada panggul sempit (CV kecil dari 8 cm).

Sectio caesaria sekunder


Mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan
persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan seksio sesarea.

Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)


Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria
dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio
caesaria ulang.

Sectio caesariahisterektomi
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan
sectio caesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh
karena suatu indikasi.

Operasi Porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum
uteri (janin sudah mati) langsung dilakukan histerektomi.
Misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Menurut Rustam Mochtar, sectio caesaria


dilakukan bila ada indikasi sebagai berikut :
Plasenta previa
Panggul sempit
Disproporsi sefalo pelvik yaitu ketidak
seimbangan antara ukuran kepala dan panggul.
Ruptura uteri mengancam
Partus lama
Partus tak maju
Distosia serviks

Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama
sependapat ;
Bila ada kesempitan panggul, maka sectio
caesaria adalah cara yang terbaik dalam segala
letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan sectio caesaria, walaupun tidak
ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu
ditolong dengan cara-cara lain.

Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila
ada ; panggul sempit, primigravida, janin besar
dan berharga.

Presentase dahi dan muka (letak defleksi),


bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
Presentase rangkap, bila reposisi tidak
berhasil.
penyakit ibu, eklamsia/ preeklamsia yang
berat.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai