Campak Print
Campak Print
laringotrakeobronkitis (croup)
bronkopneumonia
ensefalitis akut, terjadi pada 2-10 / 10.000 kasus dengan angka
kematian 10-15%
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif
susunan saraf pusat dengan gejala karakteristik terjadi deteriorisasi
tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. disebabkan oleh infeksi
virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan
salah satu komplikasi campak onset lambat. terjadi pada 1/25.000
kasus menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal.
diagnosa banding
adanya ruam kulit sering disalahtafsirkan sebagi penyakit eksantema
akut yang lain seperti rubella, roseola infantum (eksantema subitum,
HPV 6), echovirus, adenovirus, coxsakivirus,
mononukleosus,
toxoplasmosis, meningococcemia, scarlet fever, ricketsial, kawasaki,
serum sickness dan erupsi obat
rubela, enteroviral dan adenoviral: ditemukan rash yang lebih sedikit,
derajat demam yang lebih ringan dan tingkat kegawatan yang lebih
rendah
roseola infantum: demam hilang baru muncul rash
serum sickness dan erupsi obat: ada riwayat minum obat tertentu
ricketsial: rash dimuka, tidak menyebar seperti campak
meningococcemia: tidak ditemukan batuk dan conjungtivitis, rash
berbentuk petechial/ purpura
scarlet fever: papular rash berbentuk khas, yang disebut goose flash
pemeriksaan penunjang
darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri. pemeriksaan untuk komplikasi encefalopati
dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah
dan analisa gas darah. untuk enteritis dilakukan feses lengkap dan
untuk bronchopneumonia dilakukan pemeriksaan foto dada dan
analisis gas darah.
pengobatan
indikasi rawat inap: hiperpireksia (suhu >39), dehidrasi, kejang,
asupan oral sulit, atau adanya komplikasi
pengobataan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang
cukup, kalori yang memadai (jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi), pemberian
antipiretik (paracetamol ibuprofen), suplemen nutrisi, antibiotik
diberikan apabila terjadi infeksi sekunder (otitis media, pneumonia),
anti konvulsi apabila terjadi kejang, serta diberikan vitamin A
pengobatan dengan antiviral terbukti tidak efektif
Ig G dan kortikosteroid kegunaannya masih diragukan
pengobatan tanpa komplikasi: