Gangguan Depresi Revisi
Gangguan Depresi Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai
dengan mood terdepresi, hilangnya minat dan kesenangan, kurangnya
energi, perasaan bersalah atau harga diri rendah, terganggunya tidur dan
nafsu makan dan konsentrasi yang rendah. 1 Selain itu, pasien dengan mood
terdepresi juga memiliki pikiran tentang kematian dan bunuh diri. 4
2.2 Etiologi
Dasar umum untuk gangguan depresif berat tidak diketahui. Banyak
usaha untuk mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk
gangguan mood telah dihalangi heterogenitas populasi pasien yang
ditentukan oleh sistem diagnostik yang didasarkan secara klinis yang ada,
termasuk DSM-IV. Faktor penyebab dapat secara buatan dibagi menjadi
faktor biologis, faktor genetika, dan faktor psikososial. 4
2.2.1 Faktor Biologis
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di
dalam metabolit amin biogenik-seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5HIAA),
homovanillic
acid
(HVA),
dan
3-methoxy-4-
berhubungan
Satu
teori
yang
diajukan
untuk
menjelaskan
dan
mekanisme
pertahanan
mengeksternalisasikan
lainnya. 4
3. Faktor psikoanalitis dan psikodinamika
4. Ketidakberdayaan yang dipelajari
5. Teori kognitif
2.3 Gambaran Klinis Episode Depresif
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan
gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan mereka merasa
murung, putus asa, dalam kesedihan, atau tidak berguna. Bagi pasien mood
terdepresi seringkali memiliki kualitas yang terpisah yang membedakannya
dengan emosi normal kesedihan atau duka cita. Pasien seringkali
menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa nyeri emosional yang
menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh tidak dapat
menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.4
Kira-kira duapertiga dari semua pasien terdepresi merenungkan bunuh
diri, dan 10 sampai 15 persennya melakukan bunuh diri. Tetapi pasien
terdepresi kadang-kadang tampak tidak menyadari depresinya dan tidak
mengeluh suatu gangguan mood, walaupun mereka menunjukkan penarikan
diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya menarik diri
mereka. Hampir semua pasien terdepresi (97 persen) mengeluh adanya
penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas,
sekolah dan pekerjaan, dan penurunan motivasi untuk mengambil proyek
baru. Kira-kira 80 persen pasien mengeluh sulit tidur, khususnya terbangun
pada dini hari (yaitu, insomnia terminal) dan sering terbangun pada malam
hari, selama mana mereka mungkin merenungkan masalahnya. 4
Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan,
penambahan berat badan, dan tidur yang bertambah. Pasien tersebut
diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai memiliki ciri atipikal dan juga
dikenal sebagai memiliki disforia histeroid. Pada kenyataannya, kecemasan
merupakan gejala yang sering pada depresi, yang mengenai sebanyak 90
persen pasien depresi. Gejala vegetatif lainnya adalah menstruasi yang tidak
normal dan penutunan minat dan kinerja di dalam aktivitas seksual. 4
Kecemasan (termasuk serangan panik), penyalahgunaan alkohol, dan
keluhan somatik (seperti konstipasi dan nyeri kepala) seringkali
mempersulit pengobatan depresi. Kira-kira 50 persen dari semua pasien
menggambarkan suatu variasi diurnal dari gejalanya, dengan suatu
peningkatan keparahan di pagi hari dan gejala meringan di malam hari.
Gejala kognitif adalah laporan subjektif yang berupa ketidakmampuan
1. Orientasi
Pasien yang paling terdepresi berorientasi terhadap orang,
tempat, dan waktu, walaupun beberapa pasien mungkin tidak
memiliki cukup energi atau minat untuk menjawab pertanyaan
tentang hal tersebut selama suatu wawancara. 4
2. Daya ingat
Kira-kira 50 sampai 70 persen dari semua pasien terdepresi
memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali dinamakan
pseudodemensia depresif. Pasien tersebut sering kali mengeluh
gangguan konsentrasi dan mudah lupa. 4
2.4.7 Pengendalian Impuls
Pasien terdepresi dengan ciri psikotik kadang-kadang berpikiran
membunuh orang lain yang terlibat di dalam sistem wahamnya.
Tetapi, pasien terdepresi yang paling parah sering kali tidak memiliki
motivasi atau energi untuk bertindak di dalam cara yang impulsif atau
menyerang. Pasien dengan gangguan depresif berada pada resiko yang
meninggi untuk melakukan bunuh diri saat mereka mulai membaik
dan
mendapatkan
kembali
energi
yang
diperlukan
untuk
10
yang
disengaja,
karena
pemberian
informasi
yang
11
.01
F32.1
.11
F32.2
F32.3
F32.8
F32.9
Episode depresif yang tak tergolongkan (YTT)
F33 Gangguan depresif berulang
F33.0
Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00
Klasifikasi
.01
menurut
Diagnostic
sedang
and
.10
Statistical
.11
Manual of
Mental
Disorders IV
(DSM-IV)
F33.1
F33.2
F33.3
Tabel 2.2
F33.8
F33.9
Episode tunggal
.3x
Rekuren
Klasifikasi
gangguan depresif
tak
berat DSM-IV4
12
depresif
biasanya
harus
berlangsung
sekurang-
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis
dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu. Kategori diagnosis episode
depresif ringan, sedang dan berat hanya digunakan untuk episode
depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang.
1. Episode Depresif Ringan (F32.0)
Episode depresif ringan didiagnosis sebagai berikut.
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
seperti tersebut di atas.
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a)
sampai dengan (g).
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
(4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
13
rinci.
Dalam
hal
demikian,
penilaian
secara
14
15
16
17
subyektif
18
19
20
manik
Catatan: penyingkiran ini tidak digunakan jika episode mirip manik, mirip
camputan,atau mirip hipomanik yang diinduksi zat atau pengobatan atau
karena efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.
Jika saat ini memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor, sebutkan
status dan/atau gambaran klinis saat ini: Ringan, sedang, berat tanpa ciri
psikotik/berat dengan ciri psikotik, kronik, dengan ciri katatonik, dengan
ciri melankolik, dengan ciri atipikal, dengan onset post partum
Jika saat ini tidak memenuhi kriteria suatu episode depresi mayor,
sebutkan status klinis saat ini dari gangguan depresi mayor atau ciri pada
episode paling akhir: dalam remisi parsial, dalam remisi penuh, kronik,
dengan ciri katatonik, dengan ciri melankolik, dengan ciri atipikal, dengan
onset post partum
2.6 Terapi
Terapi pada pasien depresi dapat dilakukan dengan perawatan di
rumah sakit, psikoterapi, dan farmakoterapi.
2.6.1 Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi jelas untuk perawatan di rumah sakit adalah perlunya
prosedur diagnostik, resiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan
jelas kemampuan pasien dalam mendapatkan makanan atau tempat
berlindung. Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat dan
hancurnya sistem pendukung pasien juga merupakan indikasi untuk
perawatan di rumah sakit.4
Depresi ringan atau hipomanik dapat secara aman diobati di
tempat praktik jika dokter memeriksa pasien secara sering. Tanda
klinis gangguan pertimbangan, penurunan berat badan, atau insomnia
harus minimal. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlibat
terlalu banyak maupun tidak menjauhi pasien. Pasien dengan
gangguan mood sering kali tidak bisa ke rumah sakit secara sukarela,
sedangkan pasien depresif berat sering kali tidak mampu mengambil
21
kemungkinan
terlibat
didalam
mencetuskan
atau
22
23
24
Antikolinergik
Sedasi
Hipotensi
Keterangan
Amitriptyline
+++
+++
ortostatik
+++
+++ = berat
Imipramine
+++
++
++
++ = sedang
Clomipramine
++
++
++
+ = ringan
Trazodone
+++
+/-
Mirtazapine
+++
ada/ minimal
Maprotiline
++
sekali
Mianserin
++
Amoxapine
++
Tianepine
+/-
+/-
+/-
Moclobemide
+/-
+/-
Sertraline
+/-
+/-
+/-
Paroxetine
+/-
+/-
+/-
Fluvoxamine
+/-
+/-
+/-
Fluoxetine
+/-
+/-
+/-
Citalopram
+/-
+/-
+/-
tidak
25
26
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcus M., Yasamy M T., Ommeren M V., et al., 2012, Depression A Global
Public Health Concern, WHO.
2. Depkes RI, 1993, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, Jakarta: Depkes RI.
3. Kessler R C. And Bromet E J., 2013, The Epidemiology of Depression Across
Cultures, Annu Rev Public Health, 34: 119-138.
4. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A., 2010,