ABSTRAK
Perkembangan prasarana transportasi yang tidak seimbang dibandingkan dengan laju pertambahan
kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kinerja suatu
ruas jalan dan simpang. Salah satu simpang yang mengalami permasalahan kinerjanya adalah simpang
tiga tak bersinyal Jl. Raya SeturanJl. Raya BabarsariJl. Kledokan, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Pada simpang ini sering terjadi kemacetan dan antrian yang panjang akibat volume lalu lintasnya yang
tinggi dan adanya banyak kendaraan bermotor yang parkir di sekitar pendekat simpang. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi simpang untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi, terutama yang berkaitan dengan kondisi operasional simpang
yang ditunjukkan dengan nilai kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan
pengambilan data lalu lintas pada hari Senin, 25 Maret 2013 selama 12 jam dari jam 06.00-18.00
WIB dan pengukuran langsung kondisi geometrik simpang. Data sekunder berupa data lalu lintas
selama 12 jam (06.00-18.00 WIB) pada hari Sabtu,15 Desember 2012 dan data jumlah penduduk
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tahun 2010. Analisis data dalam penelitian ini berdasarkan
pada MKJI 1997 dengan bantuan MS. Excel 2007.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa jam puncak terjadi pada hari Senin jam 15.30-16.30
WIB dengan volume lalu lintas (Q) sebesar 3.533,1 smp/jam, kapasitas (C) sebesar 1898 smp/jam,
derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,862, tundaan lalu lintas simpang (DT 1) sebesar -8,189 dtk/smp,
tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA) sebesar -7,828 dtk/smp, tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI)
sebesar -8,793 dtk/smp, tundaan geometrik (DG) sebesar 4 dtk/smp, tundaan simpang (D) sebesar 4,189 detik/smp, dan peluang antrian (QP) sebesar 156,14 % - 367,68 %. Hal ini menunjukkan bahwa
simpang tersebut mempunyai kondisi operasional yang rendah sehingga perlu dilakukan evaluasi dan
penanganan yang tepat terhadap simpang tersebut. Berdasarkan hasil uji coba analisis, solusi dengan
perpaduan antara larangan tidak boleh lurus (ke Selatan) di lengan Jl Raya Seturan dan larangan belok
kanan (ke Timur) di lengan Jl. Kledokan mampu menurunkan derajat kejenuhan dan meningkatkan
kondisi operasional simpang walaupun nilai derajat kejenuhan yang dihasilkan masih di atas 0,8
(MKJI 1997).
Kata kunci : kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, peluang antrian.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta berdampak pada meningkatnya pergerakan manusia,
barang, dan jasa. Dengan kata lain perkembangan wilayah berdampak pada sistem transportasi wilayah itu sendiri.
Perkembangan prasarana transportasi yang tidak seimbang dibanding dengan laju pertambahan kepemilikan
kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab. menurunnya kinerja suatu ruas jalan dan simpang.
Penurunan kinerja tersebut di atas akan menimbulkan kerugian pada pengguna jalan baik dari segi waktu, ekonomi,
maupun keselamatan. Salah satu simpang yang mengalami penurunan kinerjanya adalah simpang 3 tak bersinyal Jl.
Raya Seturan-Jl. Raya Babarsari-Jl. Kledokan, Depok, Sleman, Yogyakarta. Terlalu banyaknya pengguna jalan yang
melewati simpang tersebut menyebabkan antrian dan kemacetan saat jam-jam sibuk. Untuk itu perlu dilakukan
analisis guna mengetahui gambaran kondisi simpang dan mencari solusi yang tepat sesuai dengan permasalahan
yang dialaminya.
Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui kinerja simpang yang ditunjukkan dengan nilai
dari kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian. Kedua adalah untuk mencari alternatif terbaik untuk
memecahkan masalah yang ada pada simpang tersebut.
T - 167
Transportasi
Penelitian yang berkaitan dengan analisis kinerja suatu simpang tak bersinyal telah banyak dilakukan. Nugroho
(2008) melakukan analisis kinerja simpang tak bersinyal di Jl. Seturan dan Jl. Babarsari dengan menggunakan MKJI
1997 dan hasil analisisnya menunjukkan adanya permasalahan pada kapasitasnya dengan nilai derajat kejenuhan
sebesar 1,23. Latupono (2012) melakukan analisis kinerja simpang pada simpang empat tak bersinyal dan simpang
tiga tak bersinyal di Jalan Lingkar Timur, Trirenggo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta dan hasil
analisisnya menunjukkan tidak ada permasalahan pada kapasitasnya. Nilai derajat kejenuhan untuk simpang
empatnya adalah 0,63 sedangkan untuk simpang tiganya adalah 0,44. Liliany (2012) melakukan analisis kinerja
simpang pada simpang tiga tak bersinyal Jl. Kusumanegara, Yogyakarta. Hasil analisisnya menunjukkan adanya
permasalahan pada kapasitasnya dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi pada hari Senin adalah 1,695 dan pada hari
Sabtu adalah 1,533. Sinuhaji (2012) melakukan analisis pada simpang tiga tak bersinyal Jl. Gamping Tengah Jl.
Wates Km 5, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Hasil analisisnya menunjukkan adanya permasalahan pada
kapasitasnya dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi untuk hari Sabtu sebesar 1,034 dan untuk hari Senin sebesar
1,118.
2. METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi
kondisi geometrik dan volume lalu lintas hari Senin, 25 Maret 2013. Data sekunder meliputi data volume lalu lintas
hari Sabtu, 15 Desember 2012 yang didapat dari hasil survai yang dilakukan oleh tim survai dari Bapak Ir. Wahyu
Widodo, MT. dan data jumlah penduduk Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tahun 2010 yang diperoleh dari
Biro Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengambilan data volume lalu lintas dilaksanakan selama 12 jam dari jam 06.00-18.00 WIB yang dicatat sebagai
volume tiap 15 menit. Dipilih hari Senin untuk mewakili hari kerja dan hari Sabtu untuk mewakili hari menjelang
libur akhir pekan. Data geometrik diperoleh melalui pengukuran langsung. Data tersebut berupa lebar masingmasing pendekat simpang, lebar bahu jalan (jika ada), dan tipe jalan.
Urutan pelaksanaan penelitian dari awal hingga mendapatkan laporan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis dan perhitungan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dengan tahapan yang dapat dilihat
pada Gambar 2.
A
Mulai
Studi Pustaka
Data Lengkap
Data Primer
Data Sekunder
Survei Pendahuluan
Tidak
Kondisi
mamadai
Ya
Pengambilan data
Selesai
Gambar 1. Bagan alir proses penelitian
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
T - 168
Transportasi
1.
2.
3.
Perubahan
Langkah B: Kapasitas
Lebar pendekat dan tipe simpang
Kapasitas dasar
Faktor Penyesuaian lebar pendekat
Faktor Penyesuaian median jalan utama
Faktor Penyesuaian ukuran kota
Faktor Penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor
7. Faktor Penyesuaian belok kiri
8. Faktor Penyesuaian belok kanan
9. Faktor Penyesuaian rasio arus jalan minor
10. Kapasitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Ya
Keperluan penyesuaian anggapan mengenai rencana
TIDAK
Akhir analisis
Gambar 2. Tahapan perhitungan (MKJI,1997)
T - 169
Transportasi
Interval Waktu
06.00-07.00
1667,7
2168,0
06.15-07.15
2029,1
2592,1
06.30-07.30
2262,2
2888,5
06.45-07.45
2395,8
3056,2
07.00-08.00
2362,7
2955,3
07.15-08.15
2339,4
2737,2
07.30-08.30
2236,2
2562,5
07.45-08.45
2127,8
2436,5
08.00-09.00
1886,0
2375,9
08.15-09.15
1983,8
2505,9
08.30-09.30
2032,0
2565,3
08.45-09.45
2060,1
2718,3
09.00-10.00
2159,3
2919,1
09.15-10.15
2214,1
3052,1
09.30-10.30
2392,6
3070,1
09.45-10.45
2398,5
3001,8
10.00-11.00
2415,7
2881,4
10.15-11.15
2349,7
2813,5
10.30-11.30
2146,8
2996,0
10.45-11.45
2106,2
3019,8
11.00-12.00
2102,3
2984,6
11.15-12.15
2044,2
2877,4
11.30-12.30
2128,8
2688,7
11.45-12.45
2070,2
2861,5
12.00-13.00
1806,5
2859,3
12.15-13.15
1462,1
2881,4
12.30-13.30
1191,8
2779,9
12.45-13.45
1075,8
2508,0
13.00-14.00
1250,9
2558,5
13.15-14.15
1464,5
2702,5
13.30-14.30
1587,4
2905,5
13.45-14.45
1693,6
3112,9
14.00-15.00
1762,9
3160,1
14.15-15.15
1961,1
3256,1
14.30-15.30
2147,9
3424,6
14.45-15.45
2202,5
3437,5
15.00-16.00
2005,9
3463,5
T - 170
Transportasi
Tabel 1. (lanjutan)
Total Volume (smp/jam)
Interval Waktu
15.15-16.15
2147,5
3449,3
15.30-16.30
2438,6
3533,1
15.45-16.45
2917,4
3397,7
16.00-17.00
2166,1
3411,5
16.15-17.15
3241,5
3489,6
16.30-17.30
3049,9
3330,2
16.45-17.45
2609,2
3423,8
2218,7
3356,4
17.00-18.00
Sumber : Hasil perhitungan,2013
peluang antrian 101,99 %-223,20 %. Alternatif kedua yang diujicobakan dalam analisis ini adalah pengaturan dengan
perpaduan antara larangan tidak boleh lurus ke Selatan di lengan Jl Raya Seturan dan larangan belok kanan di lengan
Jl. Kledokan. Dengan perlakuan seperti ini dianggap akan mengurangi arus dan volume yang memasuki simpang
serta mengurangi titik konflik. Sehingga derajat kejenuhan menurun, begitu juga dengan tundaan dan peluang
antriannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaturan dengan cara ini menghasilkan derajat kejenuhan(DS) yang
lebih rendah dibanding dengan kondisi sekarang dan alternatif 1 yaitu sebesar 1,420 dengan kapasitas (C) sebesar
1840 smp/jam, tundaan simpang (D) sebesar - 61,637 detik/smp, dan peluang antrian 84,53 %-179,73 %. Sketsa
alternatif 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
8,7m
8,7m
C
7,4m
Ket :
Jl. Utama (B-D)= Jl.Raya Seturan Jl.
Kledokan
Jl. Minor (C)= Jl.Raya Babarsari
6,4 m
7,4m
Ket :
Jl. Utama (B-D)= Jl.Raya Seturan
Jl. Kledokan
Jl. Minor (C)= Jl.Raya Babarsari
6,4 m
T - 171
Transportasi
Dari kedua alternatif pemecahan masalah yang telah dilakukan tersebut, ternyata nilai DS yang dihasilkan
masih tetap tinggi dan masih di atas dari batas ketentuan maksimum yang ditetapkan oleh MKJI 1997 yaitu 0,8.
Namun demikian dari perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan secara garis besar mampu menurunkan derajat
kejenuhan pada simpang.
Menurut perhitungan dan analisis Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) simpang tiga tak
bersinyal Jl.Raya Seturan-Jl.Raya Babarsari-Jl. Kledokan dapat dikatakan mengalami permasalahan atau
dalam kondisi operasional yang rendah. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
b.
Alternatif pemecahan masalah yang diuji coba dalam analisis menghasilkan penurunan angka derajat
kejenuhan (DS) simpang walaupun angka derajat kejenuhannya masih lebih tinggi dari ketentuan yang ada
dalam MKJI 1997.
Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka diusulkan beberapa saran sebagai berikut :
a.
Untuk mengoptimalkan kondisi dan kinerja simpang tak bersinyal di Jl. Raya Seturan-Jl. Raya Babarsari-Jl.
Kledokan perlu dilakukan:
1) Pemasangan rambu larangan berhenti pada daerah di sekitar simpang agar tidak ada kendaraan yang parkir
di sekitar pendekat simpang sehingga tidak mengganggu kendaraan yang memasuki maupun yang keluar
simpang.
2) Alternatif pemecahan masalah yang kedua yaitu perpaduan antara larangan tidak boleh lurus ke Selatan di
lengan Jl Raya Seturan dan larangan belok kanan di lengan Jl.Kledokan perlu dipertimbangkan untuk
diterapkan walaupun masih belum mencapai sasaran DS< 0,8.
b.
c.
Untuk penelitian yang sejenis, sebaiknya analisis menggunakan metode lain selain penggunaan MKJI 1997
supaya hasil analisisnya lebih baik dan mendekati keadaan sebenarnya.
Untuk pemerintah diharapkan lebih memberikan perhatian untuk simpang-simpang tak bersinyal yang sudah
bermasalah dengan menerjunkan petugas yang terkait dengan pengaturan lalu lintas yaitu polisi lalu lintas
sehingga pada jam-jam sibuk arus lalu lintas tetap lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga.
Nugroho, Prasetyo. (2008). Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal dengan Menggunakan Metode MKJI 1997
(Studi Kasus Simpang Tiga tak Bersinyal Jalan Seturan dengan Jalan Babarsari), Tugas akhir program studi
S1 teknik sipil Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta
Latupono, Sumbahorop. 2012. Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal Simpang 4 dan Simpang 3 di Jalan Lingkar
Timur, Bantul, Tugas akhir program studi S1 teknik sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta.
Liliany. 2012. Analisis Kinerja pada Simpang tak Bersinyal di Simpang 3 Kusuma Negara, Tugas akhir program
studi S1 teknik sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Sinuhaji, Lanico. 2012. Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal ( Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Gamping Tengah
Jalan Wates Km 5, Gamping, Sleman,Yogyakarta), Tugas akhir program studi S1 teknik sipil Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
T - 172