Anda di halaman 1dari 7

PENETAPAN KADAR DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID

DAUN PARE (Momordica charantia L.) MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETRI UV- VISIBLE DAN INFRA RED
Tiara Sani Safari, Ira Rahmiyani, Saeful Amin
Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
e-mail : Tiarasani27@yahoo.com

ABSTRAK
Tanaman pare mempunyai khasiat sebagai antidiare karena diketahui mengandung senyawa flavonoid.
Selain itu tanaman pare digunakan sebagai antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar flavonoid total yang terkandung dalam daun pare
(Momordica charantia.) serta mengetahui jenis senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun
pare.Telah dilakukan penetapan kadar dan identifikasi senyawa flavonoid dari daun pare menggunakan
spektrofotometri ultraviolet visible dan infrared. Ekstraksi daun pare dilakukan dengan metode maserasi
bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada pemantauan ekstrak dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukan bahwa ketiga ekstrak mengandung senyawa flavonoid
yang ditandai adanya bercak berwarna kuning pada lempeng kromatografi lapis tipis setelah disemprot
menggunakan penampak bercak AlCl3 5%. Hasil dari penetapan kadar flavonoid total pada ekstrak nheksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia) adalah 0,11%; 2,04%
dan 0,34%. Hasil pemeriksaan menggunakan penambahan pereaksi geser, jenis flavonoid dalam ekstrak
etil asetat daun pare adalah 5, 7, 3, 4 tetrahidroksi flavonol dan di dukung oleh hasil identifikasi
spektrofotometer infra merah dimana terdapat gugus OH, C=C, C=O, C-H aromatik, dan C-O yang
merupakan ciri dari suatu senyawa golongan flavonoid.
Kata Kunci : Ekstrak daun pare, Flavonoid, Pereaksi geser , Infra merah
ABSTRACT
Flavonoid compound was detected in bittermelon plant and it has efficacy as antidiarrhea. Morever,
bittermelon plant is used as antioxsidant, antibacterial, and antiimflamation. The purpose of this research
used to total flavonoid compound assay inside bittermelon plant (Momordica chatantia), and indentified
a kind of flavonoid compound. Total flavonoid assay and flavonoid compound identification had been
peformed using spectrofotometry ultraviolet visible and infra red. The extraction used maceration method
with n-heksana, etil acetat, and ethanol solvent. On extract monitoring used Thin Layer Chromatography
showed that the extracts cointined flavonoid with the yellow spot on the TLC after sprayed by AlCl3 5%.
The result of flavonoid compound assay to extract of n-heksana, etil acetat, and ethanol were 0.11%;
2.04%, and 0.34%. And indentification used shift reagent showed that in etil acetat extract cointined 5, 7,
3, 4 tetrahydroxi flavonol and it followed by spectrofotometer infra red showed a functional group were
OH, C=C, C=O, C-H aromatic, dan C-O were known of flavonoid group compound.
Keyword : Bittermelon extract leaf , Flavonoids, Shift reagent, Infra red

PENDAHULUAN
Pare dikenal dengan rasa pahitnya.
Rasa pahit pare tidak mengurangi khasiat
yang dikandungnya sebagai obat dari berbagai
jenis penyakit. Ekstrak etanol daun pare
mempunyai efek anthelmintik terhadap
Ascaris suum secara invitro (Tjokropranoto,
2011). Selain itu, daun pare dapat digunakan
untuk menyembuhkan mencret pada bayi,
membersihkan darah bagi wanita yang baru

melahirkan, mengeluarkan cacing kremi, dan


dapat menyembuhkan batuk. Daun pare
digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai
penurun panas dengan cara ditumbuk
kemudian ditambahkan air dan disaring lalu
diminum saat pagi hari sebelum makan
(Ermawati, 2008). Daun pare mengandung
vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin,
flavonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat,

alkaloid,
dan
karotenoid.
Flavonoid
menunjukkan lebih dari seratus macam
bioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan
antara lain efek antipiretik, analgetik, dan
antiinflamasi. Flavonoid dapat menghambat
siklooksigenase sehingga kemungkinan besar
efek
antipiretik
disebabkan
karena
penghambatan
siklooksigenase
yang
merupakan langkah pertama pada jalur yang
menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan
tromboksan
(Ermawati,
2008).
Hasil
penelitian yang telah dilakukan (Farokh,
2011) mengenai Uji Aktivitas
Antidiare
Ekstrak Etanol daun Pare (Momordica
charantia Linn.) pada Mencit Jantan yang
Diinduksi Oleum Ricini, diketahui bahwa
senyawa flavonoid ekstrak etanol daun pare
mempunyai aktivitas antidiare pada mencit
jantan yang diinduksi minyak jarak. Ekstraksi
adalah pemisahan satu atau beberapa bahan
dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut (Depkes, 2000). Kromatografi lapis
tipis adalah metode pemisahan fisikokimia.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas fase
diam yang di tempatkan pada penyangga
berupa plat gelas atau logam. Penjerap yang
umum digunakan adalah silica gel, aluminium
oksida, selulosa dan lain-lain. Sementara fase
gerak adalah medium angkut yang terdiri atas
satu atau beberapa medium pelarut (Stahl,
1985). Spektrofotometri Ultraviolet visible
merupakan salah satu radiasi elektromagnetik
yang dapat dianggap sebagai energi yang
merambat dalam bentuk gelombang. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang
antara 200400 nm. Sementara sinar tampak
(visible) mempunyai panjang gelombang 400
750 nm (Gholib, 2010). Spektroskopi
inframerah berkaitan dengan vibrasi molekul.
Energi vibrasi lebih rendah dibandingkan
energi elektronik yang berkaitan dengan
spektroskopi ultraviolet visible. Sebaliknya
panjang gelombang infrared lebih panjang
dibandingkan dengan panjang gelombang
sinar ultraviolet visible (Panji, 2012).
METODE PENELITIAN
Alat
Alat yang digunakan adalah peralatan
gelas labolatorium, kuvet, oven, tangas air,
mikroskop, mortir dan steamper, seperangkat
alat maserator, rotary epavorator, bejana

kromatografi, spektrofotometri
visible dan Infrared.

ultraviolet

Bahan
Bahan yang digunakan adalah kloral
hidrat, ammonia encer, kloroform, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendorff, serbuk Mg,
amil alkohol, FeCl3, gelatin, eter, LiebermanBurchard, anisaldehid asam sulfat, vanillin
asam sulfat, NaOH, n-heksan, etil asetat,
etanol p.a, Quersetin, Aluminium (III) klorida,
asam klorida, natrium asetat, asam borat dan
KBr.
Sampel Penelitian
Bahan yang diuji berupa daun pare
(Momordica charantia L.) yang berasal dari
perkebunan
Kampung
Parigi
Desa
Padakembang Singaparna.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman daun pare
(Momordica charantia L.) dilakukan di
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
ITB Bandung.
Pengolahan Simplisia
Daun pare dikumpulkan dan dilakukan
sortasi basah. Setelah itu dilakukan pencucian
simplisia. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih yang mengalir.
Kemudian proses pengeringan simplisia
dilakukan dengan cara diangin-angin tanpa
terkena sinar matahari langsung. Simplisia
dikeringkan dalam oven pada suhu 450C,
setelah itu dilakukan sortasi kering untuk
selanjutnya dihaluskan sampai diperoleh
serbuk simplisia.
Penetapan Karakteristik Farmakognosi
Simplisia
Pengujian makroskopik dilakukan
dengan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan
untuk kekhususan morfologi meliputi bentuk,
bau, rasa dan warna simplisia yang diuji.
Analisis mikroskopik serbuk simplisia
dilakukan dengan bantuan media kloral hidrat.
Perbesaran yang digunakan sampai 150 kali.
Bahan yang akan diperiksa disimpan di atas
kaca objek kemudian di tetesi kloralhidrat
70% dan ditutupi dengan deek glass, amati
dibawah mikroskop.

Penapisan Fitokimia Simplisia


Tujuan dari penapisan fitokimia adalah
menganalisis tumbuhan dan
mengetahui
kandungan bioaktif yang berguna untuk
pengobatan
dan
dilakukan
untuk
mengidentifikasi senyawa alkaloid, flavonoid,
kuinon, tannin dan polifenol, steroid dan
triterpenoid, monoterpen dan seskuiterpen
(Mustarichie, 2011).
Ekstraksi
Sebanyak 300 g serbuk simplisia
ditimbang kemudian dimaserasi menggunakan
pelarut dengan kepolaran meningkat. Pelarut
yang digunakan adalah n-heksana, etil asetat
dan etanol. Serbuk simplisia ditambahkan
pelarut n-heksana kemudian dimaserasi
selama 3 x 24 jam dengan pergantian pelarut
setiap 24 jam disertai pengadukan. Perlakuan
yang sama dilakukan terhadap pelarut etil
asetat dan etanol. Pada masing-masing
maserat yang telah diperoleh kemudian
dipekatkan menggunakan rotary epavorator
sampai menghasilkan ekstrak kental.
Pemantauan Ekstrak Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis
Lempeng kromatografi lapis tipis silika
gel GF254 diaktivasi. Setelah itu dilakukan
penjenuhan bejana. Eluen yang digunakan
adalah n-heksan : Etil asetat (9:1), n-heksan :
Etil asetat (8:2), n-heksan:Aseton (8:2),
Bercak yang dihasilkan kemudian dilihat pada
sinar tampak, dibawah sinar UV254, dibawah
sinar UV365, disemprot dengan H2SO4 dan
disemprot dengan AlCl3 5%.
Penetapan Kadar Flavonoid
Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Quersetin
Penetapan kandungan flavonoid total
dilakukan menggunakan spektrofotometri
visible. Sejumlah quersetin (pembanding)
yang digunakan
dibuat larutan standar.
Kemudian dilarutkan dalam etanol p.a dan
ukur serapan dari quersetin pada panjang
gelombang 200-800 nm dengan blanko etanol
p.a.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Quersetin
Dibuat enam deret konsentrasi. Pada
setiap konsentrasi tambahkan etanol p.a
kemudian tambahkan 0,1 ml AlCl3 10 % dan

0,1 kalium asetat 1M. Diamkan 30 menit pada


suhu kamar. Setelah itu absorbansi diukur
pada panjang gelombang maksimal quersetin,
pengukuran absorbansi dibandingkan terhadap
blanko (Saifudin, 2011).
Penentuan Kadar Flavonoid Total Sampel
Ekstrak yang menunjukan positif
flavonoid dilarutkan menggunakan etanol p.a.
Larutan sampel ditambah etanol p.a hingga 1
ml dan tambahkan 0,1 ml AlCl3 10% dan 0,1
ml kalium asetat 1M. Volume akhir
ditepatkan dengan aquadest hingga 5ml dalam
labu takar setelah diinkubasi selama 30 menit
dalam suhu kamar, selanjutnya ukur
absorbansi
sampel
dengan
panjang
gelombang maksimal quersetin. Setelah
diperoleh absorbansi sampel, hitung kadar
sampel dengan menggunakan persamaan
Y=ax + b (Saifudin, 2011).
Pemisahan Senyawa Flavonoid
Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif
Terhadap ekstrak yang mempunyai
kadar flavonoid total paling tinggi, dilakukan
penotolan cuplikan. Larutan uji ditotolkan
menggunakan pipa kapiler sampai terbentuk
pita pada lempeng yang telah diaktivasi
kemudian biarkan mengering. Setelah itu
tempatkan lempeng pada bejana kromatografi
yang berisi larutan pengembang yang telah
jenuh. Larutan pengembang yang digunakan
sama dengan larutan pengembang yang
digunakan
saat
pemisahan
dengan
kromatografi lapis tipis yaitu n-heksan:Etil
asetat (8:2). Amati bercak dengan sinar
tampak ultraviolet gelombang pendek (254
nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang
panjang (365 nm). Sebagian lempeng
disemprot dengan menggunakan penampak
bercak AlCl3 5%.
Analisis Senyawa Flavonoid dengan
Penambahan Pereaksi Geser
Menggunakan Spektrofotometri UV- Vis
Pita yang dikerok yang telah dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai kemudian
disentrifugasi, untuk kemudian dilakukan
identifikasi
dengan
menggunakan
spektrofotometri ultraviolet visible dengan
penambahan pereaksi geser: Aluminium (III)
klorida, Aluminium (III) klorida dan asam

klorida, natrium hidroksida, natrium asetat,


campuran natrium asetat dengan asam borat.
Spektoskopi Infra Merah
Pengukuran
spektrum
inframerah
dilakukan dengan cara, 1 mg sampel dan
kalium bromida dalam kondisi tanpa air
digerus sampai homogen dan kemudian di
press. Dilakukan perekaman spektrum yang
memakan waktu kira-kira tiga menit. Hasil
analisis yang didapat berupa pita spektrum
atau puncak yang disebabkan karena getaran
ikatan kimia atau gugus fungsi dalam molekul
yang ditelaah (Harborne, 1987).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Determinasi Tanaman
Hasil dari determinasi menunjukan
bahwa tanaman yang akan diuji adalah daun
pare (Momordica charantia) yang dapat
dilihat pada Lampiran 1 dengan bau khas
langu dan bentuk daun bulat panjang, pangkal
daun berbentuk jantung, berbulu, berlekuk
dan tulang daun menjari.
Hasil Penetapan Karakteristik
Farmakognosi Simplisia Daun Pare

Daunnya berwarna hijau tua dibagian


permukaan atas dan permukaan bawahnya
berwarna hijau muda.

Gambar 2

Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk


Simplisia
Daun
Pare
(Momordica
charantia):(a).Stomata (b).Mesofil dengan
urat daun (c).Rambut penutup

Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik


pada serbuk simplisia daun pare (Momordica
charantia) dengan perbesaran 400X di dapat
fragmen pengenal diantaranya mesofil dengan
urat daun, stomata dan rambut penutup.
Hasil Ekstraksi
Hasil ekstraksi bertingkat menghasilkan
ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan
ekstrak etanol dengan rendemen masingmasing 1,09%, 4,71% dan 26,69%.
Hasil Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap
serbuk simplisia dan ketiga ekstrak daun pare.
Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 2.

Gambar 1

Pemeriksaan Makroskopik Daun


Pare (Momordica charantia), (a).daun segar,
(b).serbuk simplisia

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Organoleptik


Daun Pare
Hasil
Pemeriksaan
Serbuk
Daun segar
simplisia
Bulat
Bentuk
Serbuk
panjang
Warna
Hijau tua
Hijau tua
Bau
Khas langu
Khas langu
Rasa
Agak pahit
Agak pahit

Berdasarkan Gambar 1(a) dapat dilihat bahwa


daun pare memiliki bentuk bulat panjang
dengan pangkal daun berbentuk jantung,
berbulu, berlekuk dan tulang daun menjari.

Tabel 2 Hasil Penapisan Fitokimia Daun Pare

Keterangan : (-) tidak terdeteksi


(+) terdeteksi

Hasil Pemantauan Ekstrak Menggunakan


Kromatografi Lapis Tipis

ppm, 6 ppm. Gambar kurva kalibrasi quersetin


dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kurva Kalibrasi Quersetin

c
Gambar 3

Hasil Pemantauan Ekstrak Dengan Kromatografi


Lapis Tipis, fase diam silika gel GF254, (a)
Ekstrak n-heksan, fase gerak n-heksan : Etil
asetat (9:1), (b) Ekstrak Etil Asetat fase gerak
n-heksan : Etil asetat (8:2), (c) Ekstrak Etanol
fase gerak n-heksan : Aseton (8:2), (1) Sinar
tampak, (2) dibawah sinar UV 254, (3) dibawah
sinar UV365, (4) disemprot dengan H2SO4 (5)
disemprot dengan AlCl3 5%

Dari
hasil
pemantauan
KLT
dapat
disimpulkan bahwa senyawa golongan
flavonoid pada daun pare terdapat dalam
ketiga ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa
daun pare memiliki kandungan senyawa
flavonoid dengan sifat kepolaran yang
berbeda-beda.
Hasil Penetapan kadar flavonoid
Penetapan kadar flavonoid total diawali
dengan menentukan panjang gelombang
maksimum quersetin sebagai pembanding.
Didapat panjang gelombang maksimum
quersetin 433 nm. Untuk pembuatan kurva
kalibrasi quersetin dibuat deret konsentrasi 18
ppm, 16 ppm, 14 ppm, 12 ppm, 10 ppm, 8

Berdasarkan hasil kurva kalibrasi, didapat


garis lurus yang linier dengan R=0,9976
yang mendekati satu dan menunjukan bahwa
antara konsentrasi dan absorbansi berbanding
lurus. Persamaan regresi linier yang didapat
adalah
y=0,0302x+0,0964
selanjutnya
persamaan ini digunakan dalam perhitungan
penetapan kadar sampel. Sampel ekstrak nheksan, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol
dibuat dalam konsentrasi masing-masing
10000 ppm, 1000 ppm dan 5000 ppm
kemudian diambil 0,5ml ditambahkan 1,5 ml
etanol p.a; 0,1 ml AlCl3 10%; 0,1 ml kalium
asetat dan 2,8 ml aquadest kemudian di ukur
pada panjang gelombang maksimum 433 nm.
Absorbansi yang didapat dari masing-masing
sampel
kemudian
dimasukan
dalam
persamaan y=0,0302x+0,0964 R=0,9976
sehingga diperoleh kadar flavonoid total
ekstrak n-heksan 0,11%, ekstrak etil asetat
2,04% dan ekstrak etanol 0,34%.
Hasil Analisis Senyawa Flavonoid Ekstrak
Etil Asetat Daun Pare
Kandungan flavonoid yang paling
tinggi yang berada dalam ekstrak etil asetat
selanjutnya dilakukan pemisahan dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis
preparatif. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan
dengan etil asetat p.a. Eluen yang digunakan
adalah n-heksan : Etil asetat (8:2).
Berdasarkan hasil elusi, terdapat enam bercak
yang terbentuk. Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase gerak. Setelah
dilakukan
penyemprotan
dengan
menggunakan AlCl3 5%, terdapat 2 bercak
yang menunjukan positif flavonoid dengan
rendemen 0,15% dan 0,12 % dan nilai R f 0,3

dan 0,1. Selanjutnya bercak dengan Rf 0,3


dilakukan identifikasi
jenis
flavonoid
menggunakan penambahan pereaksi geser
yang diukur pada spektrofotometri UVvisible dan penentuan gugus fungsi flavonoid
dengan menggunakan spektrofotometer Infra
merah. Hasil analisis senyawa flavonoid
dengan penambahan pereaksi geser di dapat 2
pita. Pada spektrum ultra violet visible
menunjukkan dua puncak pada pita II 255nm
dan pita I 365nm. Berdasarkan serapan
tersebut, menunjukan senyawa bahwa
flavonoid yang terdapat dalam ekstrak etil
asetat daun pare termasuk golongan flavonol
dan khalkon (Markham 1988).
Tabel 3 Hasil Spektrofotometer Setelah
Penambahan Pereaksi Geser

Penambahan pereaksi geser Na asetat


digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 7hidroksil bebas, pergeseran terjadi pada
puncak kedua dengan prediksi 7-OH.
Penambahan H3BO3 untuk menjembatani
kedua gugus hidroksil o-di OH dan terdapat
pergeseran pada pita I dengan prediksi odiOH pada cincin B. Penambahan pereaksi
geser AlCl3 dan HCl untuk mendeteksi adanya
gugus 5-hidroksil bebas berdasarkan hasil
pergeseran pada pita I dan pita II dengan
panjang gelombang maksimum 402nm dan
286nm. Hasil yang didapat dari interpretasi
spektrum di atas adalah 5, 7, 3, 4
tetrahidroksi flavonol. Hasil interpretasi yang
didapat dengan menggunakan pereaksi geser
kemudian didukung dengan data spektrum
inframerah yang menunjukan adanya serapan
C=O pada daerah bilangan gelombang
1720,50cm-1 dan gugus OH pada 3617,46cm-1
Vibrasi dari ikatan terjadi dalam ikatan tetap
dan panjang gelombang dari absorbsi oleh

suatu tipe ikatan bergantung pada macammacam getaran dari ikatan tersebut. Sehingga
tipe ikatan yang berlainan (C-H, C-C, O-H)
menyerap radiasi inframerah pada panjang
gelombang karakteristik yang berlainan
(Fessenden, 1982). Spektrum infra merah
mempunyai
banyak
serapan
yang
berhubungan dengan sistem vibrasi yang
berinteraksi dalam suatu molekul. Hasil
analisis spektrum inframerah menunjukan
adanya beberapa gugus fungsi. Hasil analisis
subfraksi berada pada daerah bilangan
gelombang 3617,46cm-1 yang diduga adalah
serapan uluran dari gugus O-H. Serapan
uluran C-H alifatik muncul pada daerah
bilangan gelombang 2924,09 cm-1 dan
2854,65 cm-1. Adanya gugus karbonil C=O
sebagai ciri umum senyawa golongan
flavonoid diindikasikan oleh adanya serapan
pada daerah bilangan gelombang 1720,50 cm1
.Serapan uluran C=C aromatik muncul pada
daerah bilangan gelombang 1462,04 cm-1.
Kemudian vibrasi ulur C-O muncul pada
daerah bilangan gelombang 1091,71cm-1.
Sementara itu serapan pada bilangan
gelombang 802,39 cm-1 adanya gugus C-H
aromatik. Adanya gugus fungsi OH, C-H
alifatik, C=C aromatik, C=O dan C-O
mengindikasikan bahwa subfraksi merupakan
ciri dari suatu senyawa flavonoid.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kadar
flavonoid total dari ekstrak n-heksan 0,11%,
ekstrak etil asetat 2,04% dan ekstrak etanol
0,34%.
Hasil
pemeriksaan
dengan
penambahan pereaksi geser menunjukan
bahwa jenis flavonoid dalam ekstrak etil
asetat daun pare (Momordica charantia L.)
adalah 5, 7, 3, 4- tetrahidroksi flavonol dan
didukung hasil identifikasi spektrofotometer
inframerah dimana terdapat gugus OH, C=C,
C=O, C-H alifatik, dan C-O yang merupakan
ciri dari suatu senyawa golongan flavonoid.
Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan melakukan identifikasi jenis
senyawa flavonoid pada ekstrak n-heksan dan
ekstrak etanol daun pare (Momordica
charantia) serta isolasi senyawa flavonoid
terhadap ekstrak etil asetat.

Stahl.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul L. 2012. Obat Tradisional. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Achmad. 2008. Ilmu Kimia dan Kegunaan:
Tumbuh- Tumbuhan Obat Indonesia.
Bandung : Penerbit ITB.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2006.
Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat
Indonesia Volume 2.
DepKes RI, 2008. Farmakope Herbal
Indonesia Edisi 1. Jakarta.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V. Jakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.
Ermawati dan Fauziah. 2010. Efek antipiretik
ekstrak
daun pare
(momordica
charantia L) Pada tikus putih jantan
[Skripsi].
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Farokh. 2011. Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica
charantia Linn.) Pada Mencit Jantan
yang Diinduksi Oleum Ricini [Skripsi].
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Fessenden, R.J,. 1999. Kimia Organik. Jakarta
: Erlangga.
Fransworth,
1996.
Biological
and
Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences.
Gholib. 2010. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Harborne, J.B,. 1987. Metode Fitokimia ;
Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Diterjemahan Kosasih
Padmawinata dan Iwang Sudiro.
Terbitan ke-2. Bandung : Penerbit ITB.
Kar.
2013.
Farmakognosi
dan
farmakobioteknologi-ed 2. Jakarta :
EGC.
Markham, K.R,. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Bandung : ITB Press.
Mustarichie., et al. 2011. Metode Penelitian
Tanaman Obat. Bandung : Widya
Padjadjaran.
Panji. 2012. Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul edisi
pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saifudin., et al. 2011. Standarisasi Bahan
Obat Alam edisi pertama. Yogyakarta :
Graha ilmu.

1985.
Analisis
Obat
secara
Kromatografi
dan
Mikroskopi,
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan
Iwang Sudiro. Bandung : Penerbit ITB.
Subahar. 2004. Khasiat & Manfaat Pare, si
Pahit Pembasmi Penyakit. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Tjokropranoto., et al. 2011. Anthelmintic
Effect of Ethanol Extract of Pare Leaf
(Momordica charantia L.) against
Female Ascaris suum Worm in Vitro.
Parasitology
and
Pharmacology
Department, Faculty of Medicine,
Maranatha Christian University. Vol. 1
No. 4.
Yp Arum , Supartono dan Sudarmin. 2012.
Isolasi dan Uji Daya Antimikroba
Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
Calabura).
Universitas
Negeri
Semarang. ISSN No 0215-9945.

Anda mungkin juga menyukai