ABSTRAK
Tanaman pare mempunyai khasiat sebagai antidiare karena diketahui mengandung senyawa flavonoid.
Selain itu tanaman pare digunakan sebagai antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar flavonoid total yang terkandung dalam daun pare
(Momordica charantia.) serta mengetahui jenis senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun
pare.Telah dilakukan penetapan kadar dan identifikasi senyawa flavonoid dari daun pare menggunakan
spektrofotometri ultraviolet visible dan infrared. Ekstraksi daun pare dilakukan dengan metode maserasi
bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada pemantauan ekstrak dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukan bahwa ketiga ekstrak mengandung senyawa flavonoid
yang ditandai adanya bercak berwarna kuning pada lempeng kromatografi lapis tipis setelah disemprot
menggunakan penampak bercak AlCl3 5%. Hasil dari penetapan kadar flavonoid total pada ekstrak nheksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia) adalah 0,11%; 2,04%
dan 0,34%. Hasil pemeriksaan menggunakan penambahan pereaksi geser, jenis flavonoid dalam ekstrak
etil asetat daun pare adalah 5, 7, 3, 4 tetrahidroksi flavonol dan di dukung oleh hasil identifikasi
spektrofotometer infra merah dimana terdapat gugus OH, C=C, C=O, C-H aromatik, dan C-O yang
merupakan ciri dari suatu senyawa golongan flavonoid.
Kata Kunci : Ekstrak daun pare, Flavonoid, Pereaksi geser , Infra merah
ABSTRACT
Flavonoid compound was detected in bittermelon plant and it has efficacy as antidiarrhea. Morever,
bittermelon plant is used as antioxsidant, antibacterial, and antiimflamation. The purpose of this research
used to total flavonoid compound assay inside bittermelon plant (Momordica chatantia), and indentified
a kind of flavonoid compound. Total flavonoid assay and flavonoid compound identification had been
peformed using spectrofotometry ultraviolet visible and infra red. The extraction used maceration method
with n-heksana, etil acetat, and ethanol solvent. On extract monitoring used Thin Layer Chromatography
showed that the extracts cointined flavonoid with the yellow spot on the TLC after sprayed by AlCl3 5%.
The result of flavonoid compound assay to extract of n-heksana, etil acetat, and ethanol were 0.11%;
2.04%, and 0.34%. And indentification used shift reagent showed that in etil acetat extract cointined 5, 7,
3, 4 tetrahydroxi flavonol and it followed by spectrofotometer infra red showed a functional group were
OH, C=C, C=O, C-H aromatic, dan C-O were known of flavonoid group compound.
Keyword : Bittermelon extract leaf , Flavonoids, Shift reagent, Infra red
PENDAHULUAN
Pare dikenal dengan rasa pahitnya.
Rasa pahit pare tidak mengurangi khasiat
yang dikandungnya sebagai obat dari berbagai
jenis penyakit. Ekstrak etanol daun pare
mempunyai efek anthelmintik terhadap
Ascaris suum secara invitro (Tjokropranoto,
2011). Selain itu, daun pare dapat digunakan
untuk menyembuhkan mencret pada bayi,
membersihkan darah bagi wanita yang baru
alkaloid,
dan
karotenoid.
Flavonoid
menunjukkan lebih dari seratus macam
bioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan
antara lain efek antipiretik, analgetik, dan
antiinflamasi. Flavonoid dapat menghambat
siklooksigenase sehingga kemungkinan besar
efek
antipiretik
disebabkan
karena
penghambatan
siklooksigenase
yang
merupakan langkah pertama pada jalur yang
menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan
tromboksan
(Ermawati,
2008).
Hasil
penelitian yang telah dilakukan (Farokh,
2011) mengenai Uji Aktivitas
Antidiare
Ekstrak Etanol daun Pare (Momordica
charantia Linn.) pada Mencit Jantan yang
Diinduksi Oleum Ricini, diketahui bahwa
senyawa flavonoid ekstrak etanol daun pare
mempunyai aktivitas antidiare pada mencit
jantan yang diinduksi minyak jarak. Ekstraksi
adalah pemisahan satu atau beberapa bahan
dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut (Depkes, 2000). Kromatografi lapis
tipis adalah metode pemisahan fisikokimia.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas fase
diam yang di tempatkan pada penyangga
berupa plat gelas atau logam. Penjerap yang
umum digunakan adalah silica gel, aluminium
oksida, selulosa dan lain-lain. Sementara fase
gerak adalah medium angkut yang terdiri atas
satu atau beberapa medium pelarut (Stahl,
1985). Spektrofotometri Ultraviolet visible
merupakan salah satu radiasi elektromagnetik
yang dapat dianggap sebagai energi yang
merambat dalam bentuk gelombang. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang
antara 200400 nm. Sementara sinar tampak
(visible) mempunyai panjang gelombang 400
750 nm (Gholib, 2010). Spektroskopi
inframerah berkaitan dengan vibrasi molekul.
Energi vibrasi lebih rendah dibandingkan
energi elektronik yang berkaitan dengan
spektroskopi ultraviolet visible. Sebaliknya
panjang gelombang infrared lebih panjang
dibandingkan dengan panjang gelombang
sinar ultraviolet visible (Panji, 2012).
METODE PENELITIAN
Alat
Alat yang digunakan adalah peralatan
gelas labolatorium, kuvet, oven, tangas air,
mikroskop, mortir dan steamper, seperangkat
alat maserator, rotary epavorator, bejana
kromatografi, spektrofotometri
visible dan Infrared.
ultraviolet
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kloral
hidrat, ammonia encer, kloroform, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendorff, serbuk Mg,
amil alkohol, FeCl3, gelatin, eter, LiebermanBurchard, anisaldehid asam sulfat, vanillin
asam sulfat, NaOH, n-heksan, etil asetat,
etanol p.a, Quersetin, Aluminium (III) klorida,
asam klorida, natrium asetat, asam borat dan
KBr.
Sampel Penelitian
Bahan yang diuji berupa daun pare
(Momordica charantia L.) yang berasal dari
perkebunan
Kampung
Parigi
Desa
Padakembang Singaparna.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman daun pare
(Momordica charantia L.) dilakukan di
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
ITB Bandung.
Pengolahan Simplisia
Daun pare dikumpulkan dan dilakukan
sortasi basah. Setelah itu dilakukan pencucian
simplisia. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih yang mengalir.
Kemudian proses pengeringan simplisia
dilakukan dengan cara diangin-angin tanpa
terkena sinar matahari langsung. Simplisia
dikeringkan dalam oven pada suhu 450C,
setelah itu dilakukan sortasi kering untuk
selanjutnya dihaluskan sampai diperoleh
serbuk simplisia.
Penetapan Karakteristik Farmakognosi
Simplisia
Pengujian makroskopik dilakukan
dengan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan
untuk kekhususan morfologi meliputi bentuk,
bau, rasa dan warna simplisia yang diuji.
Analisis mikroskopik serbuk simplisia
dilakukan dengan bantuan media kloral hidrat.
Perbesaran yang digunakan sampai 150 kali.
Bahan yang akan diperiksa disimpan di atas
kaca objek kemudian di tetesi kloralhidrat
70% dan ditutupi dengan deek glass, amati
dibawah mikroskop.
Gambar 2
Gambar 1
c
Gambar 3
Dari
hasil
pemantauan
KLT
dapat
disimpulkan bahwa senyawa golongan
flavonoid pada daun pare terdapat dalam
ketiga ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa
daun pare memiliki kandungan senyawa
flavonoid dengan sifat kepolaran yang
berbeda-beda.
Hasil Penetapan kadar flavonoid
Penetapan kadar flavonoid total diawali
dengan menentukan panjang gelombang
maksimum quersetin sebagai pembanding.
Didapat panjang gelombang maksimum
quersetin 433 nm. Untuk pembuatan kurva
kalibrasi quersetin dibuat deret konsentrasi 18
ppm, 16 ppm, 14 ppm, 12 ppm, 10 ppm, 8
suatu tipe ikatan bergantung pada macammacam getaran dari ikatan tersebut. Sehingga
tipe ikatan yang berlainan (C-H, C-C, O-H)
menyerap radiasi inframerah pada panjang
gelombang karakteristik yang berlainan
(Fessenden, 1982). Spektrum infra merah
mempunyai
banyak
serapan
yang
berhubungan dengan sistem vibrasi yang
berinteraksi dalam suatu molekul. Hasil
analisis spektrum inframerah menunjukan
adanya beberapa gugus fungsi. Hasil analisis
subfraksi berada pada daerah bilangan
gelombang 3617,46cm-1 yang diduga adalah
serapan uluran dari gugus O-H. Serapan
uluran C-H alifatik muncul pada daerah
bilangan gelombang 2924,09 cm-1 dan
2854,65 cm-1. Adanya gugus karbonil C=O
sebagai ciri umum senyawa golongan
flavonoid diindikasikan oleh adanya serapan
pada daerah bilangan gelombang 1720,50 cm1
.Serapan uluran C=C aromatik muncul pada
daerah bilangan gelombang 1462,04 cm-1.
Kemudian vibrasi ulur C-O muncul pada
daerah bilangan gelombang 1091,71cm-1.
Sementara itu serapan pada bilangan
gelombang 802,39 cm-1 adanya gugus C-H
aromatik. Adanya gugus fungsi OH, C-H
alifatik, C=C aromatik, C=O dan C-O
mengindikasikan bahwa subfraksi merupakan
ciri dari suatu senyawa flavonoid.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kadar
flavonoid total dari ekstrak n-heksan 0,11%,
ekstrak etil asetat 2,04% dan ekstrak etanol
0,34%.
Hasil
pemeriksaan
dengan
penambahan pereaksi geser menunjukan
bahwa jenis flavonoid dalam ekstrak etil
asetat daun pare (Momordica charantia L.)
adalah 5, 7, 3, 4- tetrahidroksi flavonol dan
didukung hasil identifikasi spektrofotometer
inframerah dimana terdapat gugus OH, C=C,
C=O, C-H alifatik, dan C-O yang merupakan
ciri dari suatu senyawa golongan flavonoid.
Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan melakukan identifikasi jenis
senyawa flavonoid pada ekstrak n-heksan dan
ekstrak etanol daun pare (Momordica
charantia) serta isolasi senyawa flavonoid
terhadap ekstrak etil asetat.
Stahl.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul L. 2012. Obat Tradisional. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Achmad. 2008. Ilmu Kimia dan Kegunaan:
Tumbuh- Tumbuhan Obat Indonesia.
Bandung : Penerbit ITB.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2006.
Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat
Indonesia Volume 2.
DepKes RI, 2008. Farmakope Herbal
Indonesia Edisi 1. Jakarta.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V. Jakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.
Ermawati dan Fauziah. 2010. Efek antipiretik
ekstrak
daun pare
(momordica
charantia L) Pada tikus putih jantan
[Skripsi].
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Farokh. 2011. Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica
charantia Linn.) Pada Mencit Jantan
yang Diinduksi Oleum Ricini [Skripsi].
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Fessenden, R.J,. 1999. Kimia Organik. Jakarta
: Erlangga.
Fransworth,
1996.
Biological
and
Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences.
Gholib. 2010. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Harborne, J.B,. 1987. Metode Fitokimia ;
Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Diterjemahan Kosasih
Padmawinata dan Iwang Sudiro.
Terbitan ke-2. Bandung : Penerbit ITB.
Kar.
2013.
Farmakognosi
dan
farmakobioteknologi-ed 2. Jakarta :
EGC.
Markham, K.R,. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Bandung : ITB Press.
Mustarichie., et al. 2011. Metode Penelitian
Tanaman Obat. Bandung : Widya
Padjadjaran.
Panji. 2012. Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul edisi
pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saifudin., et al. 2011. Standarisasi Bahan
Obat Alam edisi pertama. Yogyakarta :
Graha ilmu.
1985.
Analisis
Obat
secara
Kromatografi
dan
Mikroskopi,
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan
Iwang Sudiro. Bandung : Penerbit ITB.
Subahar. 2004. Khasiat & Manfaat Pare, si
Pahit Pembasmi Penyakit. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Tjokropranoto., et al. 2011. Anthelmintic
Effect of Ethanol Extract of Pare Leaf
(Momordica charantia L.) against
Female Ascaris suum Worm in Vitro.
Parasitology
and
Pharmacology
Department, Faculty of Medicine,
Maranatha Christian University. Vol. 1
No. 4.
Yp Arum , Supartono dan Sudarmin. 2012.
Isolasi dan Uji Daya Antimikroba
Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
Calabura).
Universitas
Negeri
Semarang. ISSN No 0215-9945.