Anda di halaman 1dari 46

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
OKTOBER 2015

Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri


secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran dan
bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi
yang ideal (trias anestesi) terdiri dari : hipnotik, analgesia
dan relaksasi otot.
Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan
pernapasanpemantauan fungsi-fungsi vital tubuh selama
prosedur anestesi. Tahapannya mencakup induksi,
maintenance, dan pemulihan.
Anestesi dibagi menjai dua kelompok yaitu :
1)1. anestesi lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran
2)2. anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang
kesadaran.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 45 tahun
Berat Badan
: 70 kg
Agama
: Islam
Alamat
: Warmasari, Citangkil
No. RM
: 236xxx
Diagnosis
: Tumor Submentalis

Keluhan utama : Pasien mengeluh terdapat benjolan pada


rahang sebelah kanan
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSUD
Cilegon pada tanggal 25 Oktober 2015 dengan keluhan
terdapat benjolan pada rahang sebelah kanan yang dirasakan
sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien
mengatakan benjolan tidak nyeri, dapat digerakan, dan tidak
ikut bergerak pada saat menelan
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat asma, alergi makanan
dan obat, hipertensi dan DM disangkal
Riwayat penyekit keluarga : Riwayat asma, alergi dan
riwayat penyakit yang sama dengan pasien disangkal.
Riwayat Obat-Obatan : Pasien menyangkal sedang
meminum obat-obatan medis ataupun herbal.
Riwayat Anestesi dan Operasi: Pasien tidak pernah
operasi sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan : Pasien menyangkal riwayat minum
alkohol dan merokok.

Keadaan umum : Baik


Kesan sakit
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 165 cm

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
: 88 x/ menit, reguler, isi
Nadi
cukup
Suhu
: 36,0C
Pernafasan
: 20 x/ menit

Laki-laki 45 tahun menderita Tumor


Submentalis dengan ASA I
KESIMPULAN
Diagnosis pre operatif
Status operatif
Jenis Operasi
Jenis Anestesi
(LMA)

:
:
:
:

Tumor Submentalis
ASA I
Ekstirpasi
General Anestesi

Teknik dan Prosedur anestesia


Diagnosis prabedah
: Tumor
Submentalis
Jenis pembedahan
: Ekstirpasi
Lama anestesi & operasi
: 11.50-12.10
WIB & 11.55-12.10 WIB
Teknik
: SCCS (Semi Close
Circuit System) Intubasi LMA

Preoperatif
Informed Consent (+).
Puasa (+) kurang lebih 6-8 jam.
Tidak terdapat gigi goyang dan pemakaian gigi palsu.
IV line terpasang dengan infus RL 500 cc, mengalir lancar.
Riwayat DM (-), HT (-), alergi obat (-), merokok (-).
Leher tidak kaku dan pendek sepanjang 4cm.
Keadaan umum tampak sakit ringan.
Kesadaran Compos Mentis.
Tanda Vital:
TD: 120/70 mmHg
RR: 20 x/menit
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,0 C
Klasifikasi status fisik dan kebugaran
ASA 1 : pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik,
biokimia.
GCS : 15.

Persiapan alat :
S ( scope ) : Stetoskop dan laringoskop
: LMA no.4
T ( tubes )
A ( airway ) : Pipa mulut-faring ( orotrakeal airway ),
pipa hidung-faring ( nasotrakeal airway )
T ( tape )
: Plester
I ( inroducer ) : Mandrin atau stilet dari kawat
memudahkan dan memandu pipa trakea dimasukan
C ( connector ) : Penyambung pipa dan peralatan
anestesia
S ( suction ) : Alat penyedot lender, saliva dll
Tensimeter dan monitor EKG
Tabung gas O2 dan N2O terisi dan terbuka
Spuit kosong berisi udara 10cc

Persiapan obat
Ondansentron 4 mg
Propofol 200 mg
Atropin 0,5 mg
Tramadol 100 mg
Pronalges supp
Efedrin 5 mg
Premedikasi Anestesi
Sebelum dilakukan tindakan anestesi
diberikan Ondansentron 4 mg secara bolus IV

Tanggal 26 Oktober 2015 jam 11:45, Tn. A, 45


tahun tiba di ruang operasi dengan terpasang infus RL 20
tpm. Dilakukan pemasangan dan pemeriksaan vital sign
dengan hasil TD 132/69 mmHg; Nadi 79x/menit, dan
SpO2 98%. Pukul 11:50. Diberikan premedikasi dengan
injeksi Ondancentron 4 mg secara intravena.
Pasien
dalam
posisi
terlentang,
kemudian
melakukan informed consent terhadap tindakan anestesi.
Propofol 200 mg diberikan secara bolus. Kemudian
memantau tekanan darah, nadi serta saturasi oksigen
melalui monitor. Kemudian memeriksa refleks bulu mata
pasien untuk memastikan pasien sudah dalam fase
hipnotik. Kemudian dilakukan pemasangan face mask
pada pasien. Face mask dilakukan dengan oksigen 6 lpm,
N2O 2 lpm, isofluran 2%. Memastikan saturasi oksigen
baik, dan dilakukan intubasi.

Intubasi dilakukan dengan menggunakan


laryngeal mask airway (LMA) dengan ukuran
4. Balon LMA kemudian dikembangkan
menggunakan spuit berisi udara sebanyak 10
cc. Fiksasi LMA dengan menggunakan
plester.
Kedua
mata
pasien
diolesi
chloramphenicole zalf dan kemudian ditutup
menggunakan
micropore.
Ambu
terus
dipompa hingga pasien bernapas spontan.

Dilakukan pemeliharaan anestesi dengan


kombinasi inhalasi O2, N20 dan isoflurane.
Inhalasi
N2O
:
O2
diberikan
dengan
perbandingan 50:50. Pada pasien ini diberikan
N2O sebesar 2 liter/menit dan O2 sebesar 2
liter/menit. Isoflurane diberikan sebanyak vol
2%. Bila anestesinya terlalu dalam maka
isoflurane diturunkan begitu pula sebaliknya.
Kombinasi dinaikkan dan diturunkan
perlahan-lahan sesuai dengan keadaan pasien.
Ventilasi dilakukan dengan bagging dengan
laju napas 20 x/ menit hingga operasi selesai.
Selama maintenance diperhatikan monitor
tanda-tanda vital, vital sign diset otomatis dan
dicatat setiap 5 menit. Selama operasi ,
tekanan darah dan nadi di monitor tiap 5 menit

Penatalaksanaan Anestesi
: Ekstirpasi
Jenis pembedahan
Jenis Anestesi
: General Anestesi
Teknik Anestesi
: Semi Closed Circuit
System, dengan LMA no. 4
: Pukul 11.50 WIB
Mulai Anestesi
: Pukul 11.55 WIB
Mulai Operasi
: Ondansentron 4 mg
Premedikasi
IV
Medikasi
: Propofol 200 mg
: Tramadol 100 mg,
Medikasi tambahan
Atropin 0,5 mg, Pronalgesic supp 100 mg
: Pernapasan spontan dan
Respirasi
terpasang O2 2 lpm, N2O 2 lpm, isofluran 2%.
Cairan durante operasi : RL 500 cc
: pukul 12.10 WIB
Selesai operasi

Post Operatif
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Somnolen
TD
: 100/50 mmHg
Nadi
: 78x/menit
: 18x/menit dengan guedel
Respirasi
dan selang oksigen
Saturasi oksigen : 99%

Anestesi umum adalah keadaantidak sadardan hilangnya


refleks pelindung yang dihasilkan dari satu atau

lebihagen anestesi umum.


Berbagaiobatdapat diberikan, dengan tujuan
keseluruhan untuk memastikanhipnosis
,amnesia,analgesia, relaksasiotot rangka.

Anestesi memiliki beberapa tujuan termasuk :


Sedasi : hilangnya kesadaran
Analgesia : hilangnya respon terhadap nyeri
Muscle relaxant : relaksasi otot rangka

Anamnesis : Apakah pernah mendapat anesthesia


sebelumnya.
Pemeriksaan fisik : dilakukan pemeriksaan keadaan
gigi-geligi, tindakan buka mulut. Apakah lidah
relative besar, leher pendek dan kaku.
Pemeriksaan laboratorium : atas indikasi yang tepat
sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai, misalnya pemeriksaan darah (Hb, lekosit,
masa perdarahan dan masa pembekuan) dan
urinalisis.

Menggunakan The American Society of


Anesthesiologists (ASA).
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau
sedang.

ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga


aktivitas rutin terbatas.

ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat


melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat.

ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau


tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan
huruf E.

Refleks laring mengalami penurunan selama


anesthesia.
Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang
terdapat dalam jalan napas merupakan risiko
utama pada pasien-pasien yang menjalani
anesthesia.
Dewasa : 6-8 jam
Anak kecil : 4-6 jam
Bayi : 3-4 jam.

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum


induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan
induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia diantaranya
:

Meredakan kecemasan dan ketakutan


Memperlancar induksi anesthesia
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia

Sungkup muka : Pemakaian sungkup muka berguna


untuk menyalurkan oksigen atau gas anestesi ke pasien.

Endotracheal tube (ETT) : ETT dapat digunakan


untuk memberikan gas anestesi secara langsung ke trakea
dan memberikan ventilasi dan oksigenasi terkontrol.

Sungkup laring (Laringeal mask airway =


LMA) : LMA digunakan untuk menggantikan sungkup
muka atau ETT saat pemberian anestesi, untuk membantu
ventilasi dan jalur untuk ETT pada pasien dengan jalan nafas
sulit.

a.Sedatif
Miloz (Midazolam) : obat induksi tidur jangka
pendek.
b.Induksi
Propofol : untuk induksi dan pemeliharaan dalam
anastesia umum.
c.Analgesik
Fentanil : analgesik dengan kekuatan 100x morfin.
d.Pelemah otot
Atracurium (Notrixum) : sebagai pelemah otot

Induksi anestesi
Induksi intravena
Induksi intramuskular
Induksi inhalasi
Induksi per rektal
Obat pelemah otot

Induksi anestesi :Tindakan untuk membuat


pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga
memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan.

S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru


dan jantung. Laringoskop pilih bilah atau daun (blade) yang
sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T : Tubes Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun
tanpa balon (cuffed) dan usia > 5 tahun dengan balon
(cuffed).
A : Airway Pipa mulut-faring (Guedel,orotracheal airway)
dan pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini
untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk
menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong
atau tercabut
I : Introducer Mandrin atau stillet untuk memandu agar
pipa trakea mudah dimasukkan
C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan
anesthesia
S : Suction Penyedot lender dan ludah

Induksi intravena
Induksi intravena agen induksi seperti propofol
(recofol, diprivan). Propofol diberikan dengan
kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg / kgBB.
Penggunaan propofol dikaitkan dengan kurang mual
dan muntah pasca operasi dan pemulihan terjadi
lebih cepat.
Induksi intramuscular
Ketamin (ketalar)yang dapat diberikan secara
intramuscular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan
setelah 3-5 menit pasien tidur.

Induksi inhalasi
Induksi inhalasi hanya dikerjakan dengan halotan
(fluotan) atau sevofluran.
Induksi halotan memerlukan gas pendorong O 2 atau
campuran N2O dan O2.
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena
pasien jarang batuk.
Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran,
aeran) atau desfluran jarang dilakukan, karena
pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi
lama.
Induksi per rektal
Cara ini hanya untuk anak atau bayi
menggunakan thiopental atau midazolam.

Pelemas otot
Bertindak melumpuhkan otot, termasuk otot-otot
pernapasan.
Antara pelemas otot yang dapat digunakan adalah
suksinil kolin, atrakurium, vekuronium,
pankuronium.

Analgetik narkotik
a.Morfin
Dosis dewasa 8-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB)
intramuskular
Obat ini digunakan untuk mengurangi kecemasan dan
ketegangan pasien menjelang pembedahan. Kerugiaan
penggunaan morfin, pulih pasca bedah lebih lama.
Penyempitan bronkus dapat timbul pada pasien asma.
Mual dan muntah pasca bedah ada.
b.Pethidin
Dosis 1mg/kg bb dewasa. Menekan tekanan
darah dan pernafasan, juga merangsang otot polos.

Barbiturat
a.Pentobarbital dan sekobarbital sering digunakan
untuk menimbulkan sedasi dan menghilangkan
kekhawatiran sebelum operasi. Obat ini dapat
diberikan secara oral atau intra muscular.
Pada dewasa dosis 100-200mg
Pada bayi dan anak-anak dosis 2mg/kg bb.
Pasien yang mendapat barbiturat sebagai
premedikasi biasanya bangun lebih cepat daripada
bila menggunakan narkotika.

Antikolinergik
Atropin efektif sebagai anti mual dan muntah.
Disamping itu efek lainnya adalah melemaskan
tonus otot polos organ-organ dan menurunkan
spasme gastrointestinal.
Dosis 0,4-0,6 mg intramuscular bekerja setelah 1015 menit.

a.Diazepam.
Pemberian
dosis
rendah,
bersifat
sedatif
sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi
dewasa 10 mg IM atau 5-10 mg oral dengan dosis
maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional
5-10 mg IV.
b.Midazolam.
Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih
pendek daripada diazepam. Dosis premedikasi dewasa
0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan
keadaan pasien. Dosis lazim adalah 5 mg. pada orang
tua dan pasien lemah, dosisnya 0,025-0,05 mg/kgBB.

Obat golongan ini menghambat transmisi


neuromuskular
sehingga
menimbulkan
kelumpuhan pada otot rangka.
Pada anestesi umum obat ini memudahkan dan
mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan
intubasi trakea, serta memberi relaksasi otot yang
dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi
kendali.

a.Pavulon
Mulai kerja pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit.
Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang. Dosis awal untuk
relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada dewasa.
b.Suksametonium (suksinil kolin)
Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit. Dosis intubasi 11,5 mg/kgBB intravena.

a. Dinitrogen monoksida(N2O/gas gelak).


N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis,
tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara.
Penggunaan dalamanestesi umumnya dipakai dalam kombinasi
N2O:O2.
Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan
perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan
pemeliharaan 70% : 30%.

b.Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak,
tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah terbakar/meledak,
tidak bereaksi dengansoda lime,dan mudah diuraikan cahaya.
Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat dan
lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan
cepat,
proteksi
terhadap
syok,
jarang
menyebabkan
mual/muntah.
Dosis induksi 2-4% dan pemeliharaan 0,5-2%.

a. Propofol
Propofol
digunakan
untuk
induksi
dan
pemeliharaan dalam anastesia umum. Obat ini
dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna
putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 %
(1 ml = 10 mg). Dosis induksi adalah 2,0-2.5
mg/kg IV, untuk sedasi 25-75 g/kg/min dengan
I.V infuse. Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 %
untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal
0,2%.

b.Tiopental
Merupakan obat anestesi umum barbiturat short
acting.Dapat mencapai otak dengan cepat dan
memiliki onset yang cepat (30-45 detik).
Dosis yang banyak atau dengan menggunakan
infus akan menghasilkan efek sedasi dan
hilangnya kesadaran.nDosis 3-5 mg/kg.

c.Ketamin
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan rapid acting non
barbiturate. Ketamin kurang digemari untuk
induksi anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , nyeri kepala, muntah
muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.
Ketamin diberikan secara I.V atau I.M. Dosis
induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5
10 mg/Kgbb I.M. Dosis sedatif lebih rendah yaitu
0,2 mg/KgBB

Anestesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara


sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang
terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi.
Sebelum dilakukan anestesi umum, harus dilakukan penilaian pada
psien yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta menentukan
klasifikasi status fisik menurut The American Society of
Anaesthesiologist (ASA).
Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum,
kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan.
Jika terdapat kesulitan selama melaksanakan anestesi umum,
seperti jalan nafas dan intubasi, harus ditangani dengan benar.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai