Anda di halaman 1dari 11

DASAR TEORI

Lipid (dari kata yunani Lipos). Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan
yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air,
tetapi sedikit larut dalam alkohol, dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter,
kloroform, aseton, serta pelarut non polar lainnya. Lipid adalah senyawa organik yang tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar atau semi polar seperti eter dan kloroform. Lemak
dan minyak merupakan salah satu bagian dari lipid disamping jenis yang lain, seperti
prostaglandin, fosfolipid, terpenoid, steroid, dan lain-lain (Keenan, 1991). Lemak dan minyak
merupakan trigliserida atau triester gliserol. Lemak dan minyak mempunyai struktur dasar yang
sama, biasanya dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Titik leleh tersebut bergantung pada
panjangnya rantai hidrokarbon dan adanya ikatan rangkap antara atom karbon asam lemak
penyusunnya. Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk cair sedangkan
lemak berbentuk padat pada suhu kamar. Lemak umumnya berasal dari hewan sedangkan
minyak umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak wijen,
dan lain-lain.
Asam-asam lemak dapat diperoleh dari lilin (waxes), misalnya lilin lebah. Dalam hal ini,
asam lemak diesterkan dengan suatu alkohol sederhana berantai-panjang. Kebanyakan lemak dan
minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida campuran-artinya, ketiga bagian asam
lemak dari gliserida itu tidaklah sama (Riawan, 1990).
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karna jika dibiarkan kedua
larutan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda kue akan
membentuk emulsi yang stabil karna aasam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi
dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga tetes-tetes
minyak menjadi tersebar seluruhnya. Lemak/minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam
lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasadilakukan dengan penambahan basa
kuat, seperti NaOH dan KOH, Melalui pemanasan dan mengghasilkan gliserol dan sabun. Proses
hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak/minyak
merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C
dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama COOH dalam
bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan
gliserol suku tinggi (Yulianto, 2011).

Begitu banyak fungsi dari lemak itu sendiri, diantaranya adalah sebagai pembangun sel.
Lemak adalah bagian penting dari membran yang membungkus setiap sel di tubuh kita. Tanpa
membran sel yang sehat, bagian lain dari sel tidak dapat berfungsi :
1. Sumber energi. Lemak adalah makanan sumber energi yang paling efisien. Setiap gram lemak
menyediakan 9 kalori energi, sedangkan karbohodrat dan protein memberi 4 kalori.
2.

Melindungi organ. Banyak organ vital seperti ginjal, jantung, dan usus dilindungi oleh lemak
dengan memberinya bantalan agar terhindar dari luka dan menahan agar tetap pada tempatnya.

3. Pembangun hormon. Lemak adalah unsur pembangun sebagian senyawa terpenting bagi tubuh,
termasuk prostaglandin, senyawa semacam hormon yang mengatur banyak fungsi tubuh. Lemak
mengatur produksi hormon seks. Pembangun otak. Lemak menyediakan komponen penyusun
tidak hanya bagi membran sel otak, tapi juga myelin, 'jaket' lemak yang menyelimuti tiap serat
syaraf, yang membuatnya mampu menghantar pesan dengan lebih cepat (Yulianto, 2011).
Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau dapat pula
mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang tersebar paling merata dalam alam, yaitu
asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan
rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati; minyak-minyak ini disebut
poliunsaturat (polyunsaturates). Hidrolisis lemak dan minyak akan menghasilkan asam
karboksilat yang disebut asam lemak. Umumnya asam lemak mempunyai rantai hidrokaron
panjang dan tidak bercabang. Penyabunan adalah proses hidrolisis lemak dengan alkali yang
mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam lemak.
Asam lemak ini dapat berupa asam lemak jenuh seperti asam butirat, asam palmitat, dan lainlain, asam lemak tak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan lain-lain, ataupun gabungan
keduanya. Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai seperti hidrokarbon panjang dengan satu
gugus yang sangat polar pada satu ujungnya. Rantai karbon ini bersifat lipofilik dan ujungnya
yang polar bersifat hidrofilik (Riawan, 1990).
Pencampuran air dengan sabun akan membentuk dispersi koloid. Larutan sabun ini
mengandung agregat dari molekul sabun yang disebut micelle. Ujung polar atau hidrofilik
membentuk permukaan micelle yang berhubungan dengan air. Sabun mempunyai sifat sebagai
berikut:
Sabun dalam air akan terhidrolisis dan akan membentuk basa yang menyebabkan sabun dalam air
bersifat basa.

Larutan sabun mempunyai daya merendahkan atau menurunkan tegangan muka cairan sehingga
menyebabkan terjadinya busa bila sabun dikocok.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari kata surface
active agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul
surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan
suatu ujung hidrofilik (biasanya, namun tidak harus, ionik). Porsi hidrokarbon dari suatu molekul
surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Linggih, 1986).
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur
yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak
mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena
itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga. Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah
trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan
sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan
minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada
batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini. Satu molekul gliserol dapat
bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak memebentuk: Monogliserida dengan 1 asam lemak,
digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida dengan 3 asam lemak. Dalam proses
pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan
tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air
(Nizam, 2012).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak (asam
karboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu
senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter. Lemak dan minyak merupakan salah
satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid
(termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter dan
kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air. Ekstraksi yang dilakukan
menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan
secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat
soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun
tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen.

Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda
sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai (Nizam, 2012).
Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai,
maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang
terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metoda
sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada
metoda pemisahan minyak astiri (distilasi uap), tidak dapat digunakan dengan baik karena
persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak
didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik
yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik
tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa
kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat
diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat,
maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik dengan kepolaran yang semakin
menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk
memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid lipid, kemudian dilanjutkan dengan
alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih polar. Walaupun
demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa
senyawa yang diekstraksi. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi
ini lebih efisien, karena Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali. Waktu yang digunakan lebih efisien. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan
metoda maserasi atau perkolasi. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan
dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam
penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada
dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam

lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid. Lipid merupakan
senyawa yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai akibat sifatsifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larut dalam air (Nizam,
2012). Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan antara suatu
lemak dan minyak adalah lemak berbentuk padat dan minyak berbentukcairpadasuhukamar.
Lemaktersusunoleh asam lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh.
Lemak dan minyak adalah bahan-bahanyangtidaklarutdalamair (Panagan dkk, 2011).

PEMBAHASAN
1. Uji Kelarutan
Minyak yang dilarutkan dalam tujuh macam pelarut yaitu akuadest, H 2SO4 encer,
Na2SO3 1%, alkohol 70%, alkohol, kloroform dan etanol 90%. Minyak tersebut membentuk
emulsi (tidak larut) dalam air, asam sulfat encer, larutan natrium sulfat 1% dan alkohol. Minyak
sedikit larut dalam etanol 90% dan melarut semuanya dengan kloroform. Minyak merupakan
suatu grigliserida atau triasetil gliserol yang merupakan bentuk cair dari lemak pada temperatur
kamar. Minyak dan lemak merupakan salah satu kelas dari lipid, sehingga minyak merupakan
senyawa organik yang terdapat dialam, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
Sehingga dari uji kelarutan yang dilakukan dengan air, minyak tidak dapat larut. Sedangkan pada
pelarut aseton dan kloroform, minyak yang ditambahkan dapat larut dengan sempurna. Karena
merupakan senyawa organik yang bersifat nonpolar, serta lemak dan minyak mempunyai sifat
struktur yang spesifik yaitu mempunyai gugusan rantai hidrokarbon hidrofil yang sedikit jika
ada. Dengan air minyak membentuk emulsi (tidak larut) dan tidak stabil atau akan memisah
kembali jika tercampur. Hal ini disebabkan karena air mempunyai polaritas dan BJ yang berbeda
dengan minyak. Pada saat pemisahan, minyak berada diatas karena BJ minyak lebih kecil dari
pada air. Untuk beberapa saat minyak melarut, reaksinya:
CH2O2C(CH2)16CH3

CH2-C(CH2)16CH3 + 3H2O

CH2-OH

CHOH + 3CH3(CH2)16 COOH

CH2O2C(CH2)16CH3
CH2-OH
Sedangkan untuk kelarutan minyak dalam asam sulfat encer, larutan natrium sulfit 1%, dan
alkohol 70% dimana minyak adalah senyawa non polar sedangkan pelarut-pelarut tersebut
merupakan senyawa polar sehingga sulit melarut, prinsip Like Dissolves Like. Alkohol bersifat
polar ataupun nonpolar tergantung pada kadar air. Jika kadar air dalam alkohol banyak, maka
alkohol bersifat polar sehingga minyak sulit larut. Sedang alkohol absolut kadar airya begitu
sedikit sehingga dapat bersifat nonpolar dan minyak mungkin ada sedikit sekali yang terlarut
tetapi.
2. Sifat jenuh (Ikatan Rangkap) dari minyak
Minyak kaya akan asam lemak tak jenuh sehingga berbentuk cair. Hidrolisis minyak
menghasilkan asam karboksilat yang disebut asam lemak.

Asam lemak tak jenuh ikatan

rangkapnya dapat mengalami adisi menjadi ikatan tunggal dengan air brom. Pada percobaan
terbentuk larutan hijau muda, bagian bawah sedikit tua setelah minyak dalam eter dicampur air
brom, reaksi:
O

OBr

CH2-O-C-C15H31

CH2-O-C-C15H31

OBr

CH2O-C-C15H31 + Br 2

O
CH2O-C-C15H31

CH2O-C-C15H31

OBr
CH2-O-C-C15H31

Sedangkan untuk minyak dalam eter yang direaksikan dengan KMnO4 dan NaOH, maka
ikatan rangkap dalam asam lemak akan teroksidasi, oksidasi oleh kalium permanganat tersebut
dalam suasana basa menghasilkan satu diol.
3. Pembentukan Akrolein

Gliserol yang ditambahkan dengan kristal KHSO4 setelah dipanaskan menimbulkan bau
menyengat yang disebut akrolein. Sedangkan pada minyak yang ditambahkan KHSO 4 dan
kemudian dipanaskan tidak menimbulkan bau menyengat. Hal ini disebabkan trigleserida yang
ada dalam minyak tidak pecah menjadi gliserol. Reaski pembentukan akrolein yang terjadi pada
gliserol:
CH2OH

CH2OH
CH-OH + KHSO4

CH2OH

CH2

+ H2O

CHO
Gliserol

akrolein

4. Penyabunan
Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan alkali yang mengakibatkan
putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam lemak. Sedangkan sabun
adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak, yan merupakan satu
macam surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini yang dapat
menyebabkan larutan sabun dapat memasuki serat, dimana sabun dapat menghilangkan dan
mengusir kotoran dan minyak. Sabun dapat dibuat dengan jalan penyabunan lemak (minyak),
yaitu triester dari triol gliserol.
Sabun dapat terbentuk dari bahan utama yaitu soda (sodium hidroksida) dan minyak.
Dalam proses penyabunan, minyak dapat diubah menjadi Na-tripalmitat yang berasal dari
pemecahan (adisi) ikatan rangkap dari gugus karbonil dan tripalmitat dengan katalis NaCl
menghasilkan sabun. Adisi terjadi dengan melakukan pemanasan, reaksi:
O
CH2-O-C-(CH2)14CH3

CH2OH

CH 2-O-C-(CH2)14CH3 + NaOH

CH-OH +

CH3(CH2)14CONa
O
CH2-O-C-(CH2)14CH3

CH2OH

5. Pembentukan Emulsi
Salah satu kegunaan dari sabun adalah mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat
dibuang dengan pembilasan. Karena struktur kimia dari suatu sabun, yaitu pada bagian akhir dari
rantainya yang bersifat hidrofil (menyukai air). Rantai hidrokarbonnya bersifat hidrofobik (tidak
menyukai air). Rantai hidrokarbonnya akan larut dalam partikel minyakndan tidk larut dalam air.
Sehingga, molekul dari sabun akan menyimpan minyak yang terdispersi, atau teremulsi dalam
air. Muatan negatif dari ion sabun juga menyebabkan minyak dan sabun akan tolak menolak satu
sama lain sehingga minyak yang teremulsi tidak dapat mengendap.
Terjadi emulsi ini adalah karena sabun mempunyai dua kutub, yaitu kutub polar dan
nonpolar. Kutub polar merupakan logam dari asam lemak yang menarik air (bersifat polar),
sedangkan kutub nonpolar merupakan sisa asam yang menarik minyak yang bersifat nonpolar
(sama seperti minyak). Reaksi yang terjadi pada pembentukan emulsi:
O
CH2OH

CH2-O-C(CH2)14CH3

CH-OH + 3 CH3(CH2)14-C-Na

CH2-O-C(CH2)14CH3 + 3 NaOH

O
CH2OH

CH2-O-C(CH2)14CH3

6. Hidrolisis Sabun
Hidrolisis sabun yang dilakukan dengan menggunakan air yang berlebih yang ditambahkan
pasa sabun pekat dan sabun encer dengan menggunakan indikator pp untuk menunjukkan

perubahan pada larutan. Hidrolisis yang dilakukan, pada sabun pekat air yang diperlukan lebih
benyak daripada air yang digunakan untuk menghidrolisis sabun encer. Sabun yang pekat akan
lebih susah terhidrolisis karena molekul-molekul yang padat dan sangat sulit untuk dipecahkan
menjadi suatu gliserol dan suatu aldehid Hidrolisis sabun berhubungan dengan bagaimana
kemampuan sabun untuk melarut dalam air dalam membersihkan kotoran. Dari percobaan
terlihat bahwa setelah dirambahkan indikator PP maka sabun yang oekat akan berwarna ungu
tua, sedangkan sabun enecr berwarna ungu muda. Air yang digunakan untuk mejadikan larutan
sabun menjadi bening terlihat bahwa sabun pekat lebih banyak memerlukan air.

Ini

menunjukkan bahwa semakin pekat larutan sabun maka semakin besar kemampuan untuk
menghidrolisis.
Reaksi yang terjadi:
CH3(CH2)14COONa
CH3(CH2)14COO- + H2O
OH- + Indikator PP

CH3(CH2)14COO- + Na+
CH3(CH2)14COOH + OHMerah muda

Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan mengekstraksi bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil
asetat. Setelah contoh uji bebas air dan dihancurkan dengan cara digiling, sebelum melakukan
proses ekstraksi yang pertama dilakukan adalah menggerus secara halussampel kacang. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah minyak yang ada di dalam kacang tersebut terekstrak oleh
pelarut yang digunakan, yaitu etil asetat. Hal ini juga berhubungan dengan ukuran partikel yang
semakin kecil sehingga memperluas bidang sentuh supaya lebih mudah terekstrak. Proses
ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat yang mempunyai titik didih kurang dari titik didih air,
maka penangas yang digunakan adalah penangas air karena suhu yang dibutuhkan dalam proses
ekstraksi di bawah titik didih air. Lalu biarkan hingga pelarutnya yaitu etil asetat menguap dan
mengembun dengan membawa ekstraksi minyak dari bahan yang diekstrak yaitu kacang ke
dalam labu dasar bulat . seharusnya proses ekstraksi dilakukan hingga 15 siklus, hal ini
dilakukan agar memastikan bahwa kandungan minyak yang berada di dalam sampel kacang telah
terekstrak seluruhnya. Namun karena keterbatasan waktu praktikum maka proses ekstraksi hanya
dilakukan hingga siklus ke tujuh. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kadar
minyak dalam sampel rendah karena minyak dalam sampel belum terekstrak dengan sempurna.
Seteleah sirkulasi proses ekstraksi selesai, dilakukan distilasi atau pemisahan pelarut
dengan minyak hasil ekstraksi. Proses destilasi dilakukan dengan menggunakan alat rotavapor.

Rotavapor atau rotary evaporator adalah suatu alat yang menggunakan prinsip vakum destilasi.
Pelarut etil asetat dan minyak dapat dipisahkan karena prinsip utama alat ini terletak pada
penurunan tekanan, sehingga etil asetat dapat menguap dibawah titik didihnya dan hal ini
membuat zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Penguapan
yang terjadi saat proses destilasi dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh
putaran dari labu alas bulat dibantu dengan penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum,
uap larutan akan naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapan dilakukan
hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara
yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak atau jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes
pada labu alas bulat penampung. Ketika proses destilasi sudah selesai dan saat ingin melepaskan
labu alas bulat, kami mengalami kesulitan. Jika labu alas bulat sulit untuk dilepaskan maka
kemungkinannmasih tersisa tekanan pada kondensor dan sebaiknya kran pengatur dibuka dengan
cepat. Dan hal penting yang harus diperhatikan adalah suhu yang digunakan dalam waterbath.
Suhu yang digunakan harus sesuai dengan pelarut yang digunakan.
Prinsip kerja angka penyabunan adalah sejumlah tertentu sampel minyak/ lemak
direaksikan dengan basa alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan
griserol dan sabun. Sisa dari NaOH dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah diketahui
konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak NaOH yang bereaksi yang setara
dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam sampel. Pada saat melakukan percobaan untuk
menguji angka penyabunan sampel minyak direaksikandengan NaOH dalam alkohol berlebih,
seharusnya ditambahkan KOH, namun karena keterbatasan alat sehingga digantikan fungsinya
dengan menggunakan NaOH. Pada saat melakukan percobaan untuk menentukan angka
penyabunan, asam lemak dan asam lemak bebas dari minyak (sampel) dengan menggunkan
NaOH dalam Alkohol dapat membentuk sabun,
Reaksinya:
Angka penyabunan tersebut adalah banyaknya mg NaOH yang diperlukan untuk
menyabunkan secara sempurnya 1g Lemak atau minyak. Pada saat percobaan angaka
penyabunan juga digunakan titrasi blanko ( titrasi tanpa menggunakan sampel) yang berfungsi
untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan preaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak
terjadi kesalahan yang disebabkan oleh preaksi. Angka Asam, Prinsip pada saat melakukan

percobaan angka asam adalah sejumlah tertentu sampel yang mengandung lemak atau minyak
dilarutkan dalam alkohol kemudian direfulks selama 1 jam, sampel yang telah larut tersebut
dititrasi dengan menggunakan basa alkali yang konsentrasinya telah diketahui untuk dihitung
angka asamnya.
Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel
agara dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk
melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran
95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik. Fungsi pemanasan (refluks)
saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat,
sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol (etanol) larut seutuhnya. Sama seperti percobaan
angka penyabunan seharusnya basa alkali yang digunakan adalah KOH, namun karena
keterbatasan zat, maka preaksi yang digunakan digantikan fungsinya dengan NaOH.
Asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak atau minyak dapat dinetralkan dengan
menggunakan basa. Sehingga angka asam adalah mg basa alkali yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 g lemak atau minyak.
http://lukmanarifin5.blogspot.com/2013/05/ekstraksi-minyak-ikan-dari-limbah-ikan.html

Anda mungkin juga menyukai