Anda di halaman 1dari 28

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut,

diantaranya adalah pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai dengan pedoman


ANC minimal empat kali periksa kehamilannya, yaitu minimal memeriksakan
kehamilannya pada trimester pertama sebanyak satu kali, pada trimester kedua
sebanyak satu kali, dan pada trimester ketiga sebanyak dua kali. Dan adapun
tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah agar bila ada kelainan pada kehamilan,
masih cukup waktu untuk menanganinya sebelum persalinan, juga untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sehingga dapat
menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat
(Depkes RI, 1995 : 5).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan data atau uraian diatas yang terdapat dalam latar belakang,
maka perumusan masalah adalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran prilaku
ibu hamil tentang ANC di puskesmas krembangan surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil tentang

ANC di Puskesmas Krembangan Surabaya.


1.3.2

Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi gambaran sosial budaya pada ibu hamil yang
melakukan ANC
2) Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil yang melakukan ANC

3) Mengidentifikasi gambaran ekonomi ibu hamil yang melakukan ANC

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Untuk Instansi Kesehatan


Sebagai bahan masukan bagi Departemen Kesehatan khususnya bagi

pengelola program KIA dan merencanakan program prioritas maupun usaha-usaha


peningkatan pelayanan ANC atau pemeriksaan kehamilan oleh petugas.
1.4.2

Untuk Instansi Pendidikan


Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam penelitian karya

tulis selanjutnya.
1.4.3

Untuk Responden
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi responden tentang pentingnya

ANC.
1.4.4

Untuk Peneliti
Dapat menambah wawasan tentang pelayanan ANC terutama dalam

memberikan mutu pelayanan ibu hamil.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku


Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas daripada manusia
itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Notoatmodjo, 1997).
Skinner (1938), seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku
manusia adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
tanggapan (respon). Ia membedakan ada 2 respon, yaitu :
1. Responden respons atau reflexive respons
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons
atau emotional respons.
2. Operan respons atau instrumental respons
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang
stimuli

atau

reinforcer,

karena

perangsangan-perangsangan

tersebut

memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

2.1.1

Prosedur Pembentukan Perilaku


Untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya

suatu kondisi tertentu, yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan


perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau


reinforcer berupa reward bagi perilaku yang akan dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki.
3. Mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen.
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan urutan komponen yang telah
tersusun.

2.1.2

Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme

atau seseorang terhadap rangsangan (stimuli) dari luar objek tersebut.


Respon ini terbentuk 2 macam, yakni :
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Misalnya seseorang yang menganjurkan untuk mengikuti KB terhadap orang
lain mekipun ia sendiri tidak ikut KB. Oleh sebab itu perilaku mereka disebut
perilaku masih terselubung (Covert Behaviour).
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung.
Perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut Over
Behaviour.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih

bersifat terselubung dan disebut Covert Behaviour. Sedangkan tindakan nyata


seseorang sebagai responsnya terhadap stimulus (Practice) merupakan Overt
behaviour. (Notoatmodjo, 1997)

2.1.3

Domain Perilaku Kesehatan


Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku itu ke dalam 3 domain, yaitu :


a.

Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi (riil) sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabaran materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evakuation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden.
b.

Sikap (Attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek.
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap ini
mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Pengetahuan terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : (Notoatmodjo, 1997).


1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah.
4. Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
c.

Praktek (Practice)
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata perlu faktor
pendukung antara lain fasilitas dan support dari pihak lain (Notoatmodjo,
1997).
Tingkat-tingkat praktek :
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
2. Respon terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar sehingga
menjadi kebiasaan.
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.

2.1.4

Determinan Perilaku (Penentu Perilaku)


1. Lawrence Green
a. Predisposing (dasar)
Alasan atau dasar seseorang untuk berperilaku.
b. Enabling Factor (faktor pendukung)
Dimana harus ada sarana prasarana / fasilitas pendukung
c. Reinforcing Factor (faktor pendorong)
Pendorong timbulnya perilaku
2. Snechandu B. Kar
a. Behaviour Intention (Keinginan)
Berperilaku karena adanya rasa ingin.
b. Social Support (Pendukung)
c. Accessibility of information dan facilities
Kemudahan mendapatkan informasi dan penggunaan sarana.
d. Personal autonomy
Seseorang berperilaku karena keputusan diri sendiri.

3. WHO
a. Thought and feeling (Pikiran dan Perasaan)
Seseorang berperilaku karena adanya dasar yaitu pikiran dan
perasaan.
b. Reference people (Group)
Sama dengan reinforcing (Pendukung)
c. Resources (Sumber Daya)
d. Culture (way of life) budaya
2.1.5

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


1.

Faktor intern
a. Hereditas (persepsi, syaraf, motivasi, minat, keinginan)
b. Suku bangsa / ras
c. Jenis kelamin
d. Pendidikan
e. Agama

2.

Faktor ekstern
Lingkungan (fisik, sosial, ekonomi, budaya, politik, adat).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Ibu Hamil Tentang ANC


2.2.1

Pengetahuan

2.2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah segala apa tentang keadaan alam yang dapat dialami,
diobservasi, disaksikan dan dapat dianjurkan sehingga orang ying berpengetahuan
itu diartikan sebagai orang benyak mengetahui, menyaksikan, mengalami dan
banyak diajar (Mukayat D. Brotowijaya, 1993).$

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, penfengarin, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2003 : 167).
Ilmu pengetahuan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang
berperilaku secara ilmiah, sedangkan tingkatannya tergantung dari ilmu
pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut. Untuk memperoleh
pengetahuan dapat melalui bangku sekolah, pengalaman, maupun lingkungan
pergaulan. Melalui pengetahuan yang didapat akan mendasari seseorang dalam
mengambil keputuasn rasional dan efektif, sehingga semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya dalam lingkungan yang
baru (Notoatmodjo, 1997 dalam Nursalam dan Pariani, 2001). Pengetahuan atau
kognitif merupakan domai yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2002 : 128).
2.2.1.2 Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku
Dalam mengadopsi perilaku baru diperlukan suatu proses dimana
diharapkan perubahan perilaku terhadap seseorang. Menurut Rogers 1994 (dalam
Notoatmodjo, 1996 : 128) sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru dalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1.

Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam


arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau obyek.

2.

Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut,


disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3.

Evaluation (menimbangnimbang) terhadap baik dan tidaknya


stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.

4.

Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan


apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5.

Adaptation, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan


pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui sikap

proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Long Lasting). Sebaliknya
apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak
berlangsung lama.
2.2.1.3 Faktor-faktor Pengetahuan yang mempengaruhi Perilaku
Aspek pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku dalam bertindak dimana
perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan yang
berupa pengetahuan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial budaya, sarana fisik.
Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal, dan diklasifikasikan
menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu :
1) Faktor predisposing (predisposisi)
Merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok
atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti :
pengetahuan, sosial budaya, pendidikan, pengalaman dan kepercayaan.

2) Faktor enabling (faktor pendukung atau pemungkin)


Merupakan faktor yang memungkinkan individu berperilaku karena
tersedianya ekonomi, keterjangkauan.
3) Faktor reinforcing (faktor pendong atau penguat)
Merupakan faktor yang menguatkan perilaku atau faktor yang mendorong
terjadinya perubahan perilaku, hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, orang tua atau keluarga (Uha Suliha, 2001 : 14-15).

2.2.2

Sosial Budaya

2.2.2.1 Pengertian
Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, yang
merupakan hasil budi atau akal manusia (Depkes RI, 1995 : 84).
Menurut Beals dan Hoyes kebudayaan diturunkan kepada generasi penerus
lewat proses belajar melalui melihat dan meniru tingkah laku orang lain. Namun
demikian kebudayaan itu sendiri bukanlah tingkah laku, akan tetapi cara bertindak
manusia didalam kebudayaan tertentu mengikuti pola-pola ideal dan pola-pola
budaya (Tilaar H.AR, 2002 : 38).
Budaya terus berubah, kadang-kadang cepat sebagai akibat hubungan antar
manusia. Perilaku adalah salah satu bagian dari budaya manusia, sedangkan
budaya sangat mempengaruhi perilaku, maka sosial budaya dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang karena pola hidup yang ada di masyarakat akan memberi
suatu gambaran seseorang untuk melakukan tindakan (Notoatmodjo, 1993).

2.2.2.2 Faktor-faktor Sosial budaya


Kemiskinan, ketidaktahuan, kebodohan dan rendahnya status wanita
merupakan beberapa faktor sosial budaya yang berperan pada tingginya angka
kematian maternal. Tidak mau periksa ke bidan pada kehamilan muda dengan
alasan takut keguguran, takut anaknya tidak cantik, pantangan makanan tertentu
pada wanita hamil, dan sebagainya juga merupakan faktor-faktor yang ikut
berperan.
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas jelaslah bahwa faktor sosial budaya
sangat berpengaruh terhadap cakupan ANC.

2.2.3

Ekonomi

2.2.3.1 Pengertian
Ilmu sosial ekonomi adalah suatu cabang ilmu sosial yang menerangkan
perhatian pada masalah bagaimana seharusnya memanfaatkan sumber daya yang
terbatas jumlahnya untuk memuaskan kebutuhan manusia yang beraneka ragam
(Arisudarman, 2000 : 1). Faktor sosial dapat juga berpengaruh terhadap
penanganan penyakit, oleh karena faktor-faktor tersebut ada hubungan dengan
tempat berobat serta latar belakang individu mengenai apa yang dianggap berhasil
dalam proses pengobatan faktor ekonomi diukur dengan kemampuan membayar
pelayanan kesehatan (Uzaham, 1995 : 34). Tingkat ekonomi yang rendah akan
mempengaruhi tingkat motivasi ibu dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
sehingga tidak menyadari pentingnya kesehatan baik diri dan keluarga
(Notoatmodjo, 1993).

Ekonomi keluarga adalah suatu konsep ekonomi, dapat melalui variabel


pendapatan dengan adanya perekonomian yang cukup berarti lingkungan material
lebih luas yang menjadi tinggi rendahnya status sosial ekonomi salah satunya
adalah penghasilan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup khususnya
dalam bidang kesehatan antara lain memperoleh pelayanan kesehatan atau
pendidikan kesehatan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002 : 44).
2.2.3.2 Pengaruh Ekonomi
Tingkat perekonomian dalam suatu masyarakat sebagai salah satu aspek
sosial budaya akan sangat mempengaruhi tingkat taraf kesehatan. Dalam suatu
masyarakat yang taraf ekonominya rendah, berpengaruh pula pada tingkat
pemahaman tentang penyakit serta upaya yang dilakukan, hal ini dikarenakan
keterbatasan ekonomi. Pada masyarakat ekonomi lemah tidak mampu memilih
obat maupun perawatan yang berkualitas sesuai dengan penyakit yang diderita
bahkan sebaliknya mencari pengobatan alternatif yang murah walaupun secara
medis sangat merugikan. Sebaliknya pada masyarakat yang mempunyai
perekonomian yang baik memiliki kesempatan untuk memilih obat dan perawatan
yang lebih baik.
Dari hasil survey menyebutkan banyak sekali masyarakat yang menderita
kurang gizi berasal dari pedesaan yang tingkat perekonomian lemah dan
peradaban yang terbelakang, sebaliknya hasil survey juga menunjukkan penduduk
perkotaan yang mempunyai tingkat ekonomi baik mengkonsumsi protein yang
sangat baik dan makanan yang bergizi tinggi.

Solusi-solusi yang diperlukan adalah :


1) Peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat harus dilakukan
pemerintah bekerja sama dengan petugas terkait.
2) Memberikan fasilitas-fasilitas kesehatan yang baik dan berkualitas dengan
biaya terjangkau sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat menengah
kebawah.
3) Mengadakan

kegiatan-kegiatan

sosial

yang

berhubungan

dengan

peningkatan taraf kesehatan masyarakat khususnya didaerah-daerah yang


masyarakatnya memiliki perekonomian rendah.

2.3 Konsep Dasar Pelayanan Antenatal


2.3.1

Pengertian
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil

secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. Hal ini meliputi
pemeriksaan kehamilan dan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan, pemberian intervensi dasar serta mendidik dan memotivasi ibu agar
merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya (Depkes RI,
1997 : 2).
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan (Depkes RI, 1997 : 2). Pelayanan antenatal dapat dilakukan di
Posyandu bila ada bidan, polindes atau bidan desa, Puskesmas pembantu bila ada
bidan, Puskesmas, rumah sakit, praktik swasta bidan atau dokter, kunjungan
rumah (Depkes RI, 1997 : 8).

Pemeriksaan medik dalam pelayanan antenatal yang lengkap mencakup banyak


hal, meliputi :
1) Anamnese
2) Pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan) antara lain : inspeksi, perkusi,
palpasi, auskultasi.
3) Pemeriksaan laboratorium atas indikasi
Kontak ibu hamil dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC
dengan standart 14 T yang terdiri dari :
1) Tanyakan bantuan apa yang dapat diberikan tanyakan dengan ramah
2) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
3) Temukan kelainan atau pemeriksaan daerah muka (anemia, caries gigi),
dan leher (gondok, vena jugularis eksterna), jari dan tungkai (edema), lutut
(reflek) dan punggung (perkusi ginjal).
4) Tekanan darah
5) Tekan atau palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, senam
payudara, tekan titik (accu pressure) peningkatan ASI.
6) Fungsi fundus uteri
7) Temukan posisi janin (Leopold I IV) dan tekanan jantung janin
8) Tentukan keadaan (palpasi, liver dan limpa)
9) Tentukan kadar Hb dan periksa lab (protein dan glukosa urine) sediaan
vagina dan VDRL (MPS) sesuai indikasi.
10) Terapi dan pencegahan anemi (tablet Fe) dan penyakit lainnya sesuai
indikasi (gondok, malaria dan lain-lain).
11) Tetanus toxoid

12) Tingkatkan kesegaran jasmani (accu pressure) dan senam hamil


13) Tingkatkan pengetahuan ibu hamil
14) Temu wicara atau konseling (pelatihan SOP, 2004).

2.3.2

Tujuan Pelayanan Antenatal Care

2.3.2.1 Tujuan Umum Antenatal Care


1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin AB, 2000 :
90).
2.3.2.2 Tujuan Antenatal Care bagi Pasien
1) Untuk meningkatkan kesejahteraan pasien sebelum, selama dan setelah
kehamilan

2) Untuk memajukan kepedulian diri dan kemampuan bagi pemeliharaan


diri
3) Untuk menurunkan angka morbiditas atau mortalitas maternal
4) Untuk menurunkan kematian janin dan intervensi kehamilan yang
tidak perlu
5) Untuk mengurangi risiko kesehatan sebelum kehamilan-kehamilan
berikutnya dan setelah tahun-tahun kesuburan
6) Untuk memajukan pengembangan ketrampilan sebagai orang tua (Neil
K. Kochenour, 2003 : 48).
2.3.2.3 Tujuan Antenatal Care bagi Bayi
1) Untuk meningkatkan kesejahteraan anak
2) Untuk menurunkan kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan intra
urin, anomali-anomali kongenital, dan anak tidak tumbuh kembang
dengan sehat.
3) Untuk memajukan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat,
imunisasi dan pemeliharaan kesehatan
4) Untuk mengurangi morbilitas neurogik, perkembangan dan lain-lain
5) Untuk mengurangi penyiksaan terhadap anak, penelantaran, trauma,
penyakit-penyakit akut dan kronik yang bisa dicegah (Neil K, 2003 :
48).
2.3.2.4 Tujuan Antenatal Care bagi keluarga selama masa kehamilan dan tahun
pertama kehidupan
1) Untuk memajukan perkembangan keluarga dan interaksi yang positif
antara orang tua dan anak

2) Untuk mengurangi kehamilan yang tidak dikehendaki


6) Untuk mengidentifikasi gangguan-gangguan perilaku yang menjurus
kepada penelantaran anak dan kekerasan dalam keluarga (Neil K, 2003
: 48).

2.3.3

Frekuensi Pelayanan Antenatal


Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal pada ibu hamil

sebaiknya memeriksakan kehamilannya yaitu lebih sering lebih baik atau minimal
selama hamil ibu perlu memeriksakan kehamilannya palings edikit empat kali
kunjungan selama periode antenatal, yaitu :
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 18)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan
sesudah minggu ke 36)
Pada setiap kunjungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang
sangat penting.
1) Kunjungan trimester pertama (sebelum 14 minggu)
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu
hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik tradisional yang merugikan, memulai persiapan
kelahiran bayi dan persiapan untuk menghadapi komplikasi, mendorong
perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya).

2) Kunjungan trimester kedua (antara minggu 14 18)


Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre
eklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanand
arah, evaluasi oedema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
3) Kunjungan trimester ketiga (antara minggu 28 36)
Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah
ada kehamilan ganda.
4) Kunjungan trimester ketiga (setelah 36 minggu)
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Saifuddin AB,
2002 : 2).

2.3.4

Manfaat Pemeriksaan Kehamilan

1) Dapat mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin


2) Bila ada kelainan segera dapat diatasi
3) Memperoleh tablet tambah darah
4) Suntikan tetanus toxoid sebanyak dua kali selama hamil
5) Memperoleh nasehat-nasehat tentang kesehatan yang meliputi :
a. Perawatan diri selama hamil
b. Kebutuhan makan
c. Penjelasan tentang kehamilan
d. Persiapan persalinan
e. Tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan

Kehamilan pada ibu yang mempunyai faktor resiko perlu dirwaspadai,


dipantau secara intensif dan sejak dini dicegah agar faktor risiko tersebut tidak
memicu timbulnya komplikasi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas untuk
itu tindakan yang perlu dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan kehamilan yang lebih sering
2) Penjelasan khusus pada ibu mengenai faktor resiko yang dimilikinya serta
bahaya yang mungkin mengancamnya
3) Rujukan ke tingkat pelayanan yang lebih lengkap (Depkes RI, 1994 : 18).

2.3.5

Macam-macam Pelayanan yang diberikan


Ditingkat pelayanan dasar pemeriksaan antenatal memenuhi 3 aspek

pokok, yaitu :
2.3.5.1 Aspek Medik
Pemeriksaan medik dalam pelayanan antenatal meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnostik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan diagnostik
penunjang (Laboratorium).
1.

Anamnesis
Anamnesis adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu hamil,
untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor yang dimilikinya, meliputi keluhan
utama yaitu hal yang berkaitan dengan kehamilan yang dirasakan dan
dikemukakan ibu pada pemeriksa, identitas ibu yaitu identitas yang perlu
ditanyakan adalah nama ibu, nama suami dan alamat lengkap, hal-hal yang
berkaitan dengan fungsi reproduksi, pertanyaan meliputi hal-hal yang
mungkin berkaitan dengan faktor resiko yaitu umur ibu, paritas, hari pertama

haid terakhir, lama haid, siklus haid dan jenis kontrasepsi sebelum kehamilan
ini. Dari pertanyaan tersebut dapat diperkirakan adanya kehamilan dan umur
kehamilan, hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan sekarang, pertanyaan
yang diajukan mengenai gerakan janin, keluhan yang berkaitan dengan
perkembangan kehamilan dan keadaan patologis, misalnya adanya perdarahan,
preeklampsi, eklampsi, keluar cairan ketuban, penyakit lain dan keadaan non
obstetrik yang mempengaruhi kehamilan, riwayat obstetrik yang perlu
ditanyakan adalah beberapa kali hamil disertai uraian riwayat setiap
kehamilan, berapa kali melahirkan, jarak kelahiran disertai uraian riwayat
setiap persalinan (penolong, tempat pelayanan dan persalinan normal / tidak),
berapa kali abortus, kapan, umur kehamilan berapa dan tindakan, hasil
kehamilan (kurang atau lebih bulan, BBLR, lahir mati, bayi lahir tidak
menangis dan lain-lain) dan riwayat kehamilan kembar, meliputi keturunan
kembar dari famili atau apakah pernah melahirkan anak kembar.
2.

Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik diagnostik obstetrik dan
diagnostik penunjang. Pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari anamnesis
meliputi : pemeriksaan fisik diagnostik, hal-hal yang diperiksa adalah berat
badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas, tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu tubuh dan adanya cacat tubuh. Pemeriksaan obstetrik meliputi
pemeriksaan luar dan panggul dalam (pelvimetri). Pemeriksaan luar dengan
perabaan perut (cara Leopold I sampai leopold IV) dengan tujuan untuk
memperkirakan umur kehamilan, tafsiran berat janin, letak janin, turunnya
bagian rendah janin dan detak jantung janin. Pemeriksaan panggul dalam

biasanya dilakukan sekali dalam kehamilan untuk mengetahui panggul sempit,


pintu atas panggul dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada
kehamilan delapan bulan atau lebih. Pemeriksaan diagnostik penunjang
meliputi pemeriksaan Hb, pemeriksaan urine dan pemeriksaan lain-lain bila
diperlukan.
3.

Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
diagnostik obstetrik dan diagnostik penunjang.

4.

Pemeriksaan kehamilan ulang


Pemeriksaan kehamilan dilakukan yaitu sekali dalam sebulan sampai umur
kehamilan tujuh bulan, dua kali sebulan sampai umur kehamilan delapan
bulan dan setiap minggu sampai umur kehamilan cukup bulan.

2.3.5.2 Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil


Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk memberikan
pengetahuan mengenai kehamilan, perubahan yang berkaitan dengan kehamilan,
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, perawatan diri selama
kehamilan seta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut
diharapkan ibu termotivasi kuat untuk menjaga diri dan kehamilannya dengan
mentaati nasehat yang diberikan pelaksana pemeriksaan kehamilan sehingga ia
dapat melewati masa kehamilannya dengan baik dan menghasilkan bayi yang
sehat.

Penyuluhan yang diberikan antara lain :


1.

Perawatan Payudara
Penyuluhan meliputi : manfaat perawatan payudara sejak kehamilan tujuh
bulan, cara perawatan payudara yaitu licinkan kedua telapak tangan dengan
minyak, kompress puting susu dengan kapas atau lap berminyak, kedua puting
susu ditarik bersamaan, kemudian diputar ke dalam dan keluar dua puluh kali,
pangkal payudara dipegang kedua belah tangan lalu diurut ke arah putting
susu sebanyak dua puluh kali, pijat daerah areola mammae hingga keluar 1 2
tetes ASI, bersihkan puting susu dan sekitarnya dengan handuk bersih dan
kering (Depkes RI, 1997 : 23).

2.

Kebersihan diri
Selama hamil ibu perlu lebih menjaga kesehatan diri, karena adanya
perubahan hormonal maka rongga mulut dan jalan lahir lebih peka terhadap
infeksi. Ibu perlu mandi dan sikat gigi secara teratur, minimal dua kali sehari.

3.

Kebutuhan makan
Ibu dianjurkan untuk tidak membatasi jumlah dan jenis makanannya,
makan makanan bergizi, tinggi kalori dan protein, minum lebih banyak dari
biasa (kurang lebih 10 gelas sehari).

4.

Penjelasan tentang kehamilan


Perubahan fisiologi : tambah berat badan, perubahan pada payudara,
tingkat tenaga yang menurun, penyakit mual dan muntah selama triwulan
pertama, rasa panas dalam perut atau varices, hubungan suami istri boleh
dilanjutkan selama kehamilan, memberitahukan kepada ibu kapan kembali
untuk pemantauan lanjutan kehamilan (Saifuddin, AB : 95).

5.

Persiapan persalinan
Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman, di
rumah ada sabun dan air, handuk dan selimut bersih untuk bayi, makanan dan
minuman untuk ibu selama persalinan, mendiskusikan praktek-praktek
tradisional, posisi melahirkan, mengidentifikasi siapa yang dapat membantu
bidan selama persalinan (YBP-SP, 2002 : 4).

6.

Tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan


Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tandatanda bahaya berikut : gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan
tangan, nyeri abdomen (epigastrik), janin tidak bergerak seperti biasanya
YBP-SP, 2002 : 3).

2.3.5.3 Rujukan
Rujukan kasus meningkat pelayanan yang lebih tinggi dilakukan bila
ditemukan ibu hamil beresiko yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
dasar dan atau persalinan tidak mungkin dilakukan di luar rumah sakit.

2.3.6

Kesulitan yang perlu diwaspadai pada kehamilan atau persalinan

2.3.6.1 Umur di bawah 20 tahun, karena rahim dan panggul ibu belum
berkembang.
2.3.6.2 Umur diatas 35 tahun, karena kesehatan dan keadaan rahim sudah tidak
sebaik umur sebelumnya.
2.3.6.3 Pernah mengalami kesulitan dalam kehamilan dan persalinan sebelumnya,
yaitu perdarahan, persalinan yang lama, kejang-kejang, demam tinggi,
operasi pada waktu melahirkan

2.3.6.4 Jumlah anak lebih dari empat orang, karena makin banyak anak rahim ibu
makin lemah.
2.3.6.5 Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari dua
tahun, karena pada keadaan tersebut rahim dan kesehatan ibu belum pulih
kembali dengan baik.
2.3.6.6 Tinggi badan kurang dari 145 cm, karena ibu mungkin mempunyai
panggul sempit sehingga sulit melahirkan.
2.3.6.7 Lingkar lengan atas (lila) kurang dari 23,5 mm, karena :
1.

Ibu mungkin melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

2.

Pertumbuhan dan perkembangan otak janin terlambat, sehingga


mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari (Depkes RI, 2000 :
8-9)

2.3.7

Tanda-tanda Bahaya Kehamilan


Keadaan-keadaan pada ibu hamil yang mengancam jiwa ibu atau janin

yang dikandungnya meliputi :


2.3.7.1 Muntah terus-menerus dan tidak bisa makan
2.3.7.2 Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda
bahaya.
2.3.7.3 Bengkak pada tangan, kaki dan wajah, tekanan darah tinggi dan pusing.
2.3.7.4 Demam tinggi lebih dari dua hari
2.3.7.5 Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan atau sebelum
waktunya.
2.3.7.6 Penglihatan kabur dan kejang-kejang.

2.3.7.7 Nyeri hebat di perut atau ulu hati


2.3.7.8 Gerakan janin tidak ada atau berkurang (Depkes RI, 2000 : 10-11).

2.3.8

Komplikasi Kehamilan

2.3.8.1 Kehamilan muda


Hiperemiesis gravidarum, keguguran kandungan, kehamilan di luar
kandungan.
2.3.8.2 Kehamilan pada trimester III
Persalinan prematuritas, gemelli, perdarahan yaitu perdarahan solusio
plasenta, perdarahan dengan sinus marginalis, kehamilan dengan ketuban
pecah prematur, kehamilan lewat waktu persalinan.

PROPOSAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU IBU HAMIL TENTANG ANC
DI PUSKESMAS KREMBANGAN
SURABAYA

Oleh :

RAHMAD HIDAYATULLAH
NIM : P27820303030

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SUTOPO
SURABAYA
2006

Anda mungkin juga menyukai