Anda di halaman 1dari 5

PATOGENESIS

Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan setelah terjadinya
obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut apakah karena penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan yang tampak adalah bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non
mekanik maka peristaltik usus dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena penyebab
mekanik maka peristaltik mula-mula kuat kemudian bertambah pelan sampai akhirnya hilang.
Semua etiologi ileus menyebabkan usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal
berdilatasi. Usus yang tersumbat awalnya berperistaltik lebih keras sebagai usaha alamiah dan
akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang. Usus yang berdilatasi menampung cairan dan gas
yang merupakan hasil akumulasi cairan dan gas yang menyebabkan distensi usus. Distensi usus
tidak hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke daerah proksimal. Distensi yang
menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik)
dan dapat terjadi perforasi.
Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri kolik abdomen
dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah. Pada obstruksi usus dengan stranguasi,
terdapat penjepitan yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia,
nekrosis kemudian gangren. Gangren ini kemudian menyebabkan tanda toksis yang terjadi pada
sepsis yaitu takikardia, syok septik dengan leukositosis.
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena pada
obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi.
Kolon
merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap
sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi
kolon distal.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur
sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding caecum merupakan bagian
kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Bila terjadi ruptur
maka akan timbul perforasi yang memperberat keadaan pasien.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak tergantung kepada penyebab
obstruksinya. Hanya pada keadaan strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan menetap.

Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri abdomen yang bersifat kolik,
muntah-muntah dan obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut
dirasakan seperti menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar.
Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit.
Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan muntah yang berwarna
kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas
sekali, muntah tidak proyektil dan berbau feculent, warna cairan muntah kecoklatan
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto Polos Abdomen
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara mendadak yang
memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen harus
dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan. Pada kasus abdomen akut diperlukan
pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-posterior
(AP)
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksi AP
3. Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah horizontal, proyeksi AP.
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh
abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35x 45cm.
Hal hal yang dapat dinilai pada foto foto di atas ialah:
1. Posisi terlentang (supine)
- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan kiri baik
atau menghilang.
- Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya pelembungan (bulging).
- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
- Kontur ginjal kanan dan kiri.
- Gambaran udara usus :
Jarak antara dua
2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
- Gambaran udara bebas di bawah diafragma

3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)


- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara hati dengan
dinding abdomen
2. Barium Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologi
alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih,
berat dan tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam
perbandingan tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien
pada pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma
pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan
bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien meminum suspensi barium dan air, dengan

Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyumbatan
lumen usus. Pemeriksaan radiologi pada ileus obstruktif akan tampak dilatasi usus di proksimal
sumbatan dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan
kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Pemeriksaan radiologi pada ileus paralititk akan
menunjukkan adanya dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.
Jika ileus obstruktif berlangsung lama maka bisa terjadi ileus paralitik.
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat
berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan
prasarana yang sesuai, keterampilan dokter, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat
berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus
yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga
berpengaruh
dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainny

RADIOLOGI ILEUS
Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring Bone
Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan gas dalam lumen usus yang
melebar.

2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level
dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran
yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat
ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap
saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk
dapat
memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),


anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada mungkin pula tidak ada.
Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan
perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan
fisik keadaan umum pasien bervariasi dari ringan sampai berat bergantung pada
penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama
sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya.

Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif).
Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah
gambaran peritonitis.

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa


dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa atau
penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis
penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba,
ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa
nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi
gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat
dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat
untuk ileus paralitik pasca-operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. Neostigmin sering diberikan pada
pasn ileus paralitik pasca operasi. Bila bising usu sudah mulai ada dapat dilakukan
test feeding, bila tidak ada retensi,dapat dimulai dengan diit cair kemudian
disesuaikan sejalan dengan toleransi ususnya

Anda mungkin juga menyukai