Anda di halaman 1dari 16

1.

Pengertian Housing
Gear reducer adalah bagian terpenting dari Heavy Duty Pumping unit, gear reducer
menghasilkan torsi yang kecil untuk menghailkan output yang besar. Berat dari motor dan
reducer serta pergerakan dari mesin dan komponen dalam gear akan menyebabkan getaran serta
menghasilkan tegangan yang besar pada interface gear dan motor.
Untuk meminimalisir dampak tegangan dari getaran terhadap bagian pumping lainnya, desain
dari gear reducer harus dilengkapi dengan komponen yang memiliki kemampuan untuk
mengurangi dampak tersebut. Salah satunya adalah komponen Housing Gear Reducer yang
didesain untuk menutupi bagian dalam dari komponen serta memiliki fungsi peredam getaran
dan explotion proof dari gear reducer.
2. Fungsi Housing
Sebagai komponen dari gear reducer, housing material harus memiliki minimal beberapa
fungsi terkait aplikasi dan desainnya, diantaranya adalah :
1. Proteksi
Desain housing yang menutupi bagian dalam gear reducer memilki fungsi perlindungan
dari bahaya lingkungan luar yang korosif dan potensi ledakan semburan api dari
tumpahan minyak dan perlindungan untuk menahan beban tekanan dari proses kerja di
dalam gear.
2. Penyangga
Desain housing memiliki beberapa part yang digunakan sebagai penyangga dari
assembling komponen lainnya, sebagai keseluruhan dari main assembly gear reducer.
3. Explotion proof
Pemilihan material gear reducer harus memiliki kemampuan menahan potensi beban
ledakan agar tidak terjadi kerusakan yang parah terhadap unit pumping atau lingkungan
sekitar.

4. Peredam Getar

Pemilihan material gear reducer harus memiliki kemampuan menyerap getaran yang baik
untuk mengurangi dampak vibrous cycle terhadap potensi fatique atau kerusakan
komponen lainnya.
3. Lingkungan Operasi
Eksplorasi tambang minyak di daratan memiliki potensi yang berbahaya terhadap
lingkungan dan alat operasi itu sendiri. Operasi pertambangan yang dilakukan pada area terbuka
sangat rentan terjadinya akumulasi senyawa- senyawa korosif seperti H2, H2O, CO2, dan Sulfur
pada benda kerja sehingga menyebabkan terjadinya korosi.
Selain potensi korosi pada benda kerja, potensi ledakan dan kebakaran pada area
pertambangan juga rentan terjadi, disebabkan oleh beberapa hal seperti bahaya reaktifitas akibat
ketidakstabilan atau kemudahan terurai yang bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang
bersifat eksotermik sehingga eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas
beracun.
Akumulasi gas-gas yang tertahan dalam eksplorasi lepas pantai dapat mengalami suatu
getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin
dari kompresor dan sejenisnya, sehingga gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian
membentuk awan gas dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api,
maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran
4. Desain Housing
Pada komponen Housing Gear Reducer menggunakan dua tipe penutup, yaitu Upper
Housing dan Lower Housing.

5. Pemilihan Material
Material yang digunakan pada kedua jenis Housing tersebut adalah sama yaitu Grey Cast
iron ASTM A48 class 40. Penggunaan Grey Cast iron sebagai Housing Gear Reducer karena
memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Struktur yang rigid


Kekuatan tekanan besar
Rasio kekuatan terhadap berat yang bagus
High machinability
Corrosion resistance
Menyerap suara dan getaran atau Damping capacity
Mudah diCor
Harga Murah

6. Komposisi
Komposisi dari Gray Cast Iron ASTM A48 clas 40 adalah sebagai berikut :
C

Cr

Cu

Mo

Mn

Ni

Si

3.25-

0.050-

0.15-

0.050-

0.50-

0.50-

0.12

1.8- 2.3

0.15

3.5

0.45

0.40

0.1

0.90

0.20

7. Mikrostruktur
Penggunaan material berbasis besi tuang cor sebagai explotion proof karena memiliki
kekuatan tekanan yang tinggi saat mengalami beban ledakan, namun memiliki low tensile
strength dan poor ductility, yang disebabkan oleh graphite yang berbentuk flakes sehingga
material bersifat brittle. Mikrostruktur yang terdiri dari pearlite dan grafit yang berbentuk flakes
tersebut memiliki kelebihan sebagai penyerap getaran pada saat material menerima getaran dari
mesin.

8. Mechanical Properties
Gray Cast Iron ASTM A48 class 40 memiliki kekerasan 183- 234 HB, dan memiliki
tensile strength 275 N/mm2. Mechanical properties dari Gray cast iron bergantung terhadap laju
pendinginan saat dan setelah solidifikasi, komposisi kimia, serta desain casting. Secara mekanik
gray cast iron sangat lemah dan brittle dikarenakan mikrostruktur yang mempunyai serpihan
grafit yang merupakan titik stress concentration saat terjadi pembebanan.
Sebagai fungsi explotion proof, mechanical properties yang diharapkan dari material
tersebut adalah mempunyai ductility yang tinggi untuk meminimalisir dampak patahan yang
akan terjadi pada material sehingga potensi bahaya sedikit berkurang, namun sifat dari grey cast
iron yang sangat brittle, potensi ledakan yang terjadi di dalam mesin atau tekanan dari luar
diatisipasi oleh sifatnya yang memiliki rasio kekuatan terhadap berat yang baik.
Kekerasan dan ductility yang tidak terlalu bagus ditambah harganya yang relatif murah
membuat gray cast iron ASTM A48 class 40 dipilih sebagai Housing Gear Reducer, namun
penggunaan Gray Cast Iron ASTM A48 class 40 pada komponen Housing lebih diutamakan
kerap dipilih karena mempunyai daya serap yang tinggi terhadap getaran. Kemampuan Gray
Cast Iron untuk meyerap getaran banyak digunakan sebagai base dan support dari part mesinmesin yang bergerak secara dinamis yang dihasilkan dari proses kerja gear reducer yang diserap
kemudian diubah ke dalam bentuk energi panas atau dalam bentuk lainnya. Kemampuan dari
suatu material untuk menyerap getaran tersebut dinamakan sebagai damping capacity.
Tabel berikut menjelaskan nilai damping capacity dari beberapa jenis logam :

Dua parameter yang mempengaruhi damping capacity dari grey cast iron adalah
dislocation loop yang panjang, dan konsentrasi dari impurities pada material. Grey cast iron
memiliki fasa grafit yang didalamnya terjadi pergerakan dislokasi serta interaksinya dengan
impurities yang disebut internal friction, secara teoritis nilai internal friction pada temperatur
yang tinggi akan naik akibat meningkatnya pergerakan dislokasi pada grafit.
Dalam berbagai aplikasi, internal friction diformulasikan sebagai Q-1, yang merupakan
tangen sudut antara tegangan dan reganagan. Perhitungan untuk Damping adalah
=ln

n
1
= Q
Ft

Keterangan :

t = time (s)

F= frequency (Hz)
Pada grafik dibawah dijelaskan bahwa semakin tingginya temperatur, internal friction
semakin meningkat antara range temperatur 180- 250 K, dan pada temperatur 200 K dengan
frekuensi yang berbeda terjadi anomali internal friction akibat transformasi fasa grafit pada
temperatur tersebut. Hal tersebut menjelaskan bahwa dislokasi pada grafit akan berubah seiring
dengan berubahnya temperatur.

Selain faktor diatas, faktor impurities akan menghambat pergerakan dislokasi pada grey
cast iron. Pada kenaikan temperatur internal friction akan naik akibat impurities tidak mampu
menghalangi dislokasi, namun modulus elastis akan turun pada range temperatur yang tinggi
dikarenakan perubahan dimensi dislokasi dari titik letaknya dalam fasa grafit. Pada grafik
dibawah ini dijelaskan kondisi grafit yang dipengaruhi oleh berbagai impurities (H2SO4 dan
NHO3), semakin tinggi temperatur maka nilai internal friction dari grey cast iron akan semakin
meningkat.

9. Metode Perlindungan
1. Korosi
Selain metode pemilihan material dengan menggunakan grey cast iron ASTM A 48 class
40 yang memiliki kemampuan explotion proof dan damping capacity yang baik, kondisi
lingkungan berupa kandungan senyawa yang agresif, kelembapan, dan kandungan air yang
terakumulasi pada material. juga dapat menyebabkan potensi kerusakan pada housing material.
Dari studi kasus di lapangan maupun penyimpanan di gudang, pemilihan grey cast iron ASTM A
48 class 40 tetap memiliki kecenderungan terkorosi walaupun memiliki komponen paduan yang
dapat meningkatkan resistansi terhadap korosi. Beberapa metode yang dapat dilakukan sebagai
perlindungan material housing terhadap potensi korosi adalah :
1. Proteksi Katodik
Proteksi katodik merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya korosi pada
logam. Prinsip kerjanya adalah dengan mengubah benda kerja (logam) menjadi katoda
dengan mengalirkan elektron tambahan ke dalam material. Terdapat dua jenis proteksi
katodik, yaitu metode impressed current (arus paksa) dan sacrificial anode (anoda
korban).
1.1 Proteksi Katodik Anoda Korban
Prinsip dasar dari proteksi katodik anoda korban adalah proteksi korosi dengan
menghubungkan material yang lebih elektronegatif terhadap struktur dalam sirkuit
tertutup. Sehingga struktur akan terpolarisasi secara katodik, dan material yang lebih
elektronegatif akan mengalami polarisasi secara anodik (terkorosi).
Adapun syarat anoda korban adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan potensial antara anoda dengan struktur harus besar sehingga mencegah
struktur untuk terkorosi.
2. Anoda harus mempunyai efisiensi pemakaian yang tinggi.
3. Berada pada kondisi elektrolit yang sama (air, udara, tanah)
Umumnya Magnesium dan Zinc merupakan anoda yang paling sering digunakan
untuk sistem proteksi katodik. Aluminium juga termasuk anoda korban yang baik,
tetapi aluminium mudah mengalami pasivasi yang berakibat akan menurunkan arus

keluarannya. Oleh karena itu umumnya aluminium akan dipadukan dengan unsur
lain, seperti tin, indium, merkuri atau gallium. Berbagai jenis anoda untuk sistem
proteksi katodik anoda korban dapat dilihat pada table berikut:

Keuntungan dari metode anoda korban antara lain:

Tidak memerlukan sumber energi eksternal sehingga dapat dipakai pada daerah
terpencil.

Biaya pemasangan relatif rendah

Biaya perawatan minimum

Kemungkinan terjadinya interferensi katodik pada struktur lain kecil

Kemungkinan terjadinya over proeteksi kecil

Distribusi potensial merata.

Dapat di install pada daerah dengan kepadatan struktur cukup tinggi

Untuk temporary protection dari struktur baru atau struktur yang sudah ada.

Dapat digunakan untuk localized protection di daerah tertentu pada struktur.


Keterbatasan dari metode anoda korban antara lain:

Adanya arus keluar dan driving potential yang terbatas sehingga membatasi luas

baja yang dapat dilindungi


Membutuhkan jumlah anoda yang banyak bila digunakan pada pipa berdiameter

besar.
Anoda yang habis harus diganti.

Tidak efektif jika digunakan pada lingkungan dengan resistivitas tanah tinggi.
Sangat sulit diaplikasikan pada ruang terbuka

1.2 Proteksi Katodik Arus Tanding (Impressed Current)


Metode impressed current atau metode arus tanding merupakan metode
perlindungan katodik untuk mencegah korosi pada logam dengan memanfaatkan
sumber arus eksternal searah (DC) yang dihasilkan dari rectifier. Pengaliran arus dari
rectifier ini berfungsi untuk menghantarkan elektron menuju katoda sehingga dapat
memberikan suplai elektron ke katoda, sehingga mencegah terlarutnya logam katoda
menjadi ionnya.
Anoda pada proteksi katodik arus tanding tidak mempunyai fungsi utama untuk
menghasilkan arus dan terkonsumsi dalam rate yang sangat rendah. Anoda ditujukan
sebagai konduktor penghantar arus dari rectifier dan pelengkap komponen closedcircuit.
Keuntungan dari metode impressed current :

Memiliki driving voltage yang besar sehingga efektif digunakan pada struktur

besar.
Kontrol tegangan dan arus lebih fleksibel.
Dapat diterapkan pada struktur tanpa coating dan lingkungan dengan
resisvitas tinggi.

Keterbatasan dar metode impressed current :

Kemungkinan dapat berinteraksi dengan struktur lain


Membutuhkan sumber arus luar
Butuh maintenance dan inspeksi yang rutin dan rumit
Gangguan pada anoda akan mempengaruhi kinerja sistem
Pengontrolan yang rumit
Sangat berbahaya pada kondisi basah atau kondisi senyawa flammable.

Fenomena straycurrent merupakan fenomena yang serig terjadi dalam ICCP.


Straycurrent merupakan arus liar yang mengalir pada sekitar struktur yang terproteksi
sehingga mempengaruhi potensial struktur yang tidak terproteksi di sekitarnya. Arus
liar dapat memicu perbedaan potensial pada struktur yang dilaluinya dan
menimbulkan korosi.
2. Inhibitor
Inhibitor adalah komponen kimia yang ditambahkan dalam jumlah sedikit dengan
tujuan menghalangi terpaparnya permukaan logam dari lingkungan yang korosif sehingga
menghambat laju korosi. Inhibitor dapat terbentuk seperti lapisan yang tidak seragam,
yang menyerupai coating, yang bertindak sebagai penghalang secara fisis. Penggunaan
inhibitor pada konsentrasi yang kecil untuk lingkungan tertentu, dapat mengurangi laju
korosi, sehingga inhibitor dapat juga disebut sebagai katalis penghambat laju korosi.
Secara umum mekanisme kerja dari inhibitor dapat dibedakan sebagai berikut :
1.

Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis

dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata
biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
2.

Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat

mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta melindunginya


terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat
teramati oleh mata.

3.

Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia

yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu
lapisan pasif pada permukaan logam.
4.

Inhibitor menghilangkan konstituen yang agresif dari lingkungannya.

Efisiensi dari inhibitor yang digunakan dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
Inhibitor Efficiency ( )=

(CR unhibited CR inhibited )


100
CR unhibited

Dimana:
CRuninhibited = laju korosi sistem yang tidak diinbisi
CRinhibited = laju korosi sistem yang diinhibisi
Inhibitor dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis senyawa kimia (organik dan
anorganik), dan jenis reaksi serta mekanisme penginhibisiannya. Berikut adalah
klasifikasi inhibitor yang umum digunakan :

Berdasarkan Jenis Senyawa Kimia


Berdasarkan jenis senyawa kimia, inhibitor dibedakan menjadi dua, yaitu inhibitor
organik dan inhibitor anorganik.
a. Inhibitor organik biasanya merupakan inhibitor yang mengandung gugus polar,
seperti atom N, S, dan O, serta senyawa heterosiklik dengan gugus polar. Inhibitor
jenis ini memproteksi logam dengan membentuk lapisan hidrofobik pada
permukaan logam.
b. Inhibitor anorganik merupakan inhibitor dengan senyawa garam kristalin seperti
kromat, fosfat, dan molibdat. Pada inhibitor ini, senyawa anion dari inhibitor
berperan dalam mengurangi laju korosi, dimana anion tersebut akan membentuk
ikatan ionik pada permukaan logam.

Berdasarkan Jenis Reaksi dan Mekanisme Inhibisi


Berdasarkan jenis reaksi dan mekanisme inhibisi, inhibitor diklasifikasikan menjadi
scavenger inhibitor dan interface inhibitor.
a.Scavenger inhibitor umumnya merupakan inhibitor dengan mekanisme mengurangi
konsentrasi oksigen terlarut di dalam larutan ruah atau biasa disebut sebagai
oxygen scavenger. Oksigen didalam larutan akan bereaksi dengan senyawa
inhibitor dan membentuk senyawa baru. Dengan berkurangnya oksigen didalam
larutan, maka laju korosi dapat diminimalisir.
b. Interface inhibitor merupakan inhibitor yang bekerja pada antar muka logam
dengan elektrolit dengan membentuk lapisan pada antar muka tersebut. Interface
inhibitor ini dibedakan menjadi liquid dan vapor phase inhibitor.
Penggunaan inhibitor dalam industri, misalnya industri minyak dan gas untuk pipa,
biasanya menggunakan suatu tanki injeksi. Inhibitor diinjeksikan ke dalam fluida yang
mengalir di dalam pipa melalui tanki injeksi dalam dosis tertentu. Contoh inhibitor yang
umum digunakan adalah Minyak atau pelumas.

3. Coating
Coating adalah lapisan film yang diaplikasikan di atas permukaan logam dengan
tujuan untuk melindungi permukaan logam dari lingkungan yang korosif (protective
coating) dan juga sebagai dekorasi (decorative coating). Protective coating merupakan
metode proteksi korosi yang paling banyak digunakan di industri.
Komponen-komponen yang terdapat pada organic coating:
1. Binder : merupakan pembentuk lapisan dan berkontribusi untuk ketahanan dari
cat coating dan menyuplai sifat mekanis, fisik, kohesi serta fleksibilitas.
2. Solvent : digunakan untuk menurunkan viskositas, pelarut ini akan menguap
seketika dan tidak ada pada saat lapisan cat kering.
3. Pigment : merupakan pembentuk warna dan sifat opaque dari lapisan cat yang
kering. Menyuplai kekerasan, ketahanan abrasi, mengurangi degradasi dari primer
coat dari paparan sinar matahari.
4. Aditif &filler : untuk tujuan khusus pada coating.

5. Ekstender : serupa dengan pigmen atau terkadang terlarut di dalam binder,


biasanya hanya untuk modifikasi sifat dari cat.
Sistem proteksi dari coating antara lain:
1. Primer coat : Penggunaan cat dasar pada permukaan logam harus dilakukan
secara merata, karena penggunaan cat dasar sangat mempengaruhi keberhasilan
pada lapisan berikutnya. Sifat-sifat yang harus dimilki oleh cat dasar adalah
sebagai berikut:
Daya adhesi yang baik terhadap substrat dengan persyaratan persiapan

permukaan yang tertentu.


Mampu mengikat lapisan berikutnya.
Mampu mengurangi penyebaran proses korosi pada bagian-bagian yang

retak atau pecah dari lapisan cat.


Cukup tahan terhadap cuaca dan bahan kimia untuk jangka waktu tertentu

sebelum dilakukan lapisan berikutnya.


2. Intermediate coat : Lapisan cat ini diberikan setelah cat primer. Beberapa
persyaratan yang harus dimiliki untuk lapisan ini adalah sebagai berikut:
Memberikan lapisan yang cukup memadahi pada logam.
Mengikat secara merata lapisan primer dan top coat.
Than terhadap lingkungan.
3. Top coat (finish coat): merupakan lapisan terluar dari sistem coating, selain
harus cukup kuat terhadap pengaruh lingkungan, top coat juga harus memiliki
penampilan yang baik.
Mekanisme coating dalam melindungi logam dari korosi, diantaranya:
1. Sebagai barrier: menciptakan barrier yang kuat untuk memisahkan permukaan
logam dengan lingkungan seperti kelembaban, air atau lingkungan korosif lain
seperti gas, ion atau elektron
2. Sebagai lapisan inhibitive : tedapat penambahan suatu zat tertentu yang
berfungsi sebagai inhibitor korosi. Mekanisme ini menyebabkan terserapnya
air pada cat yang dapat melarutkan inhibitor yang terdapat pada pigment
sehingga bereaksi membentuk lapisan.

3. Sebagai anoda korban/galvanik : terdapat penambahan aditif pada cat. Aditif


memiliki potensial yang lebih rendah sehingga berfungsi sebagai anoda
korban yang menyebabkan permukaan logam menjadi katoda.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi coating adalah preparasi permukaan
sampel. Surface preparation merupakan langkah awal untuk melakukan coating, dimana
hasil dari surface preparation sangat mempengaruhi kualitas coating. Tak jarang, kualitas
coating 60% nya ditentukan oleh surface preparation yang baik. Tahap preparasi
permukaan yang dilakukan meliputi :
1. Membersihkan kotoran seperti, oli, grease, karat, yang terdapat pada baja
karena dapat menurunkan ikatan adhesif coating.
2. Membuat permukaan logam menjadi kasar dengan derajat kekasaran tertentu.
3. Melacak cacat pada permukaan logam, dan meminimalisir adanya sharp edge.
Surface preparation secara umum dibagi menjadi dua cara, yaitu cara kimia, dan cara
mekanik.
Cara Kimia
Banyak asam (H2SO4, HCl), alkali(NaOH, Na3PO4, Na2CO3, borax), dan pelarutpelarut organik (alkohol, aseton, eter) yang digunakan untuk membersihkan permukaan
logam baja sebelum pengecatan. Pemakaian dari zat-zat kimia ini harus sesuai dengan
kondisi permukaan dan jenis logam yang akan dibersihkan. Contoh nya adalah
degreasing, dan pickling.
Cara Mekanik
Persiapan permukaan secara mekanik digunakan untuk menghilangkan kontaminankontaminan seperti karat, kerak logam dan cat lama pada permukan substrat dengan
energi mekanik melalui penyemprotan/penggosokan bahan abrasif. Banyak jenis
peralatan/metoda mekanik yang tersedia untuk persiapan permukaan logam sebelum
proses coatin, yang mana aplikasinya harus disesuaikan dengan jenis cat, kondisi
lingkungan, bentuk dan kondisi konstruksi. Contoh cara mekanik adalah dengan hand
tool cleaning, power tool cleaning, dan abrasive blast cleaning.

Hasil surface preparation harus mengikuti tingkat kebersihan yang telah ditetapkan,
dan mengacu pada standar yang digunakan, seperti ISO 8501, NACE, SSPC, ASTM D
2200.

10. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Material untuk Housing adalah grey cast iron ASTM A 48 class 40


Kondisi operasi Pumping berada pada lingkungan yang reaktif, korosif, dan flammable
Grey cast iron memiliki mikrostruktur grafit flakes dan perlit
Nilai Damping capacity dipengaruhi oleh internal friction
Internal friction merupakan pergerakan dislokasi pada fasa grafit
Internal friction meningkat seirig naiknya temperatur
Perlindungan terhadap Korosi Pumping dimulai dari penyimpanan di gudang sampai

pada operasi di lapangan


8. Metode perlindungan dari korosi dapat dilakukan dengan metode proteksi katodik
(Anoda Korban, Arus Tanding), Inhibitor dan Coating
9. Metode Anoda korban membutuhkan pengontrolan terhadap anoda yang dipakai
10. Metode Arus Tanding membutuhkan perhatian pada lingkungan disekitar arus yang
diberikan
11. Metode Inhibitor tergantung terhadap kondisi Lingkungan
12. Keberhasilan dari Coating bergantung terhadap preparation dan komponen pelapisan

Anda mungkin juga menyukai