Anda di halaman 1dari 13

BPJS KESEHATAN DAN KETENAGAKERJAAN

A. BPJS KESEHATAN
Definisi
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. Program tersebut merupakan bagian dari kebijakan
reformasi jaminan keseharan yang diproduk pemerintah, yang kemudian
menghasilkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Kesejahteraan Sosial (SJSN). Sistem tersebut merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara untuk memberikan
jaminan atas terpenuhinya kebutuhan dasar yang layak bagi seluruh warga
negara. Untuk jaminan kesehatan diselenggarankan oleh BPJS Kesehatan.

Prinsip BPJS
Prinsip yang dijadikan sebagai komitmen adalah kegotongroyongan,
nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, kepesertaan bersifat wajib,
dana amanat hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.

Siapa Saja Peserta Jaminan Kesehatan Nasional ?


Sesuai ketentuan UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 24: Wajib bagi seluruh penduduk
Indonesia dan orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia.
Lebih lanjut dalam pasal 6, Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan

dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk Indonesia.


Diharapkan paling lambat tanggal 1 Januari 2019 seluruh penduduk Indonesia
sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan ini.

Peserta BPJS Kesehatan


Secara garis besar peserta Jaminan Kesehatan ada 2 macam yaitu :
a. PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan

.
PBI adalah singkatan dari Penerima Bantuan Iuran. Jadi yang dimaksud
peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud huruf a diatas adalah
peserta Jaminan Kesehatan yang Iurannya ditanggung oleh Negara. Peserta PBI
Jaminan Kesehatan ini meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu.
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan, sebagaimana dimaksud huruf b diatas
terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 1)


terdiri atas:
a.

Pegawai Negeri Sipil;

b.

Anggota TNI;

c.

Anggota Polri;

d.

Pejabat Negara;

e.

Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f.

pegawai swasta

Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka


2) adalah individu terdiri atas:
a. Pengacara
b. Akuntan
c. Arsitek
d. Dokter,
e. Konsultan
f.

Notaris dll

Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 3) terdiri atas:


c. Penerima pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan

Iuran BPJS Kesehatan


Berapa besarnya Iuran BPJS Kesehatan untuk PNS/TNI? Besarnya iuran
yang harus dibayar oleh PNS/TNI adalah 5% dari jumlah gaji dan tunjangan

tetap. 3% dibayarkan oleh pemberi kerja (APBN/APBD) dan 2% dibayar oleh


pekerja

Berapa besarnya Iuran BPJS Kesehatan untuk Karyawan Swasta?


Karyawan swasta termasuk peserta Non PBI yaitu Pekerja Penerima Upah.
Besarnya Iuran untuk Pekerja Penerima Upah sudah diatur dalam Pasal 16C
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 yang merupakan perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
Besarnya Iurannya adalah sbb :
Pasal 16C
(1)

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah selain


Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) yang dibayarkan
mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 Juni 2015 sebesar 4,5%
(empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan
ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan
b. 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.

(2)

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) yang dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5% (lima persen)
dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan
b. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

(3)

Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibayarkan secara
langsung oleh Pemberi Kerja kepada BPJS Kesehatan.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Keterangan :

Upah Perbulan yang dijadikan dasar perhitungan iuran bagi


pekerja swasta yaitu Upah Pokok + Tunjangan tetap ( Pasal 16E ayat (3).

Tunjangan Tetap sebagaimana dimaksud pada Pasal 16E ayat


(3) merupakan tunjangan yang dibayarkan kepada Pekerja tanpa
memperhitungkan kehadiran Pekerja.

Bagaimana Cara Pendaftarannya ?


Untuk PNS/TNI Polri otomatis menjadi peserta BPJS. Untuk karyawan swasta,
bisa mendaftar melalui perusahaan tempat bekerja. Kemudian perusahaan
mendaftarkan ke kantor Askes yang sekarang sudah berganti nama jadi BPJS
Kesehatan. Bisa melalui kantor cabang yang ada di provinsi, kabupaten, maupun
kota.
Perusahaan kemudian membayar iuran sebesar yang sudah ditentukan
pemerintah ke bank yang ditunjuk BPJS Kesehatan, yaitu Bank Mandiri, BNI, dan

BRI. Setelah konfirmasi pembayaran, perusahaan akan mendapatkan kartu


BPJS Kesehatan untuk karyawannya
Sedangkan bagi pekerja bukan penerima upah, seperti wiraswasta, investor,
petani, nelayan, pedagang keliling, dan lainnya, pendaftaran bisa dilakukan
dengan langsung mendatangi kantor BPJS Kesehatan. Kemudian mengisi
formulir dan menunjukkan salah satu kartu identitas, seperti KTP, SIM, KK, atau
paspor.
Dasar Hukum Untuk BPJS
1.

UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS

2.

UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN

3.

PP Nomor 101 Tahun 2012 tentang PBIJK

4.

Keputusan Menteri Sosial Nomor 146/HUK/2013 tentang Penetapan Kriteria


dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu

5.

Keputusan Menteri Sosial Nomor 147/HUK/2013 tentang Penetapan


Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Menteri Sosial Republik
Indonesia

Hak Peserta BPJS Kesehatan

Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh


pelayanan kesehatan;

Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta


prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Mendapatkan

pelayanan

kesehatan

di

fasilitas

kesehatan

yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; dan

Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau


tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.

Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan

Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang


besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian,


kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat
I.

Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak.

Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

Manfaat Jaminan Kesehatan


Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatana terdiri dari:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non
spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi

FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA menurut Permenkes 71


Tahun 2013 adalah:
a. Puskesmas atau yang setara
b. Praktik dokter
c. Praktik dokter gigi
d. Klinik pratama atau yang setara
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara

2. Pelayanan kesehatan rujukan di Rawat Jalan tingkat lanjutan (Poli spesialis


RS) dan Rawat inap di Rumah Sakit, meliputi pelayanan :
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis & subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

dengan indikasi medis;


Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
Rehabilitasi medis;
Pelayanan darah;
Pelayanan kedokteran forensik klinik;
Pelayanan jenazah pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan.
Perawatan inap non intensif; dan
Perawatan inap di ruang intensif.

Pelayanan Kesehatan lain yang di tetapkan oleh Menteri

Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Dijamin


1. Pelayanan

kesehatan

yang

dilakukan

tanpa

melalui

prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;


2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program

jaminan

kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja


atau hubungan kerja;
4. Pelayanan Kesehatan yang dijamin oleh program kecelakaan lalu lintas
yang besifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan
5.
6.
7.
8.
9.

kecelakaan lalu lintas.


Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau

alkohol;
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,
shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan
penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah;
16. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat
dicegah (preventable adverse events); dan
17. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan.

Alur Pelayanan BPJS Kesehatan


Peserta dapat langsung ke Fasilitas Kesehatan Primer, misalnya: Puskesmas
atau Klinik yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Peserta akan
mendapatkan pelayanan sesuai yang telah ditetapkan. Jika dianggap peserta

memerlukan pemeriksaan yang lebih maka peserta akan di rujuk ke Fasilitas


Kesehatan Tingkat Lanjut atau biasanya ke RS Type C atau B. Dan jika masih
membutuhkan perawatan lebih lanjut, peserta akan dirujuk ke RS Type A. Untuk
Wilayah Sulawesi Selatan RS Type A adalah RS Wahidin Sudirohusodo.
Peserta tidak boleh langsung datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat lanjut (RS)
tanpa rujukan dari Puskesmas atau Klinik. Tetapi tidak untuk kasus emergency.
Setiap kasus emergency dapat langsung ke IGD RS tanpa harus mengambil
rujukan.
Peserta dengan penyakit kronis, misalnya: Hipertensi, Diabetes Melitus dll, yang
telah sembuh di rawat di RS, maka RS wajib untuk merujuk balik peserta BPJS
Kesehatan ke Puskesmas. Seua obat yang dibutuhkan tersedia di Puskesmas
atau dapat di ambil di Apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
B. BPJS KETENAGAKERJAAN
Pengertian
BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu program dari pemerintah
Indonesia

yang

menggantikan

peran

JAMSOSTEK

sebagai

badan

penyelenggara jaminan untuk pekerja dan diharapkan mampu lebih baik lagi
dari Jamsostek.
Perbedaan
Perbedaan Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan
a. Jamsostek:
1. Hanya mengcover pekerja formal
2. Program yang dijamin adalah:
-

Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan Kematian
Jaminan Hari Tua

10

- Jaminan Kesehatan
b. BPJS Ketenagakerjaan:
1. Mengcover pekerja formal dan informal
2. Program yang dijamin adalah:
- Jaminan Kecelakaan Kerja
- Jaminan Kematian
- Jaminan Hari Tua
- Jaminan Pensiun

Setiap orang wajib untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan


termasuk orang asing yang bekerja di Indonesia paling sedikit 6 bulan dan telah
membayar iuran. Semua peserta Jamsostek otomatis menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan dan yang belum menjadi pserta wajib untuk segera mendaftar
menjadi peserta dimana pemberi kerja yang akan mendaftarkan pekerjanya
termasuk dirinya sendiri.
Bentuk Jaminan
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan yang timbul dari dan dalam hubungan kerja. Terjadi tiba-tiba dan
tidak ada unsur kesengajaan, termasuk kecelakaan dalam perjalanan dari
rumah ke tempat kerja atau sebaliknya dan melalui jalan yang wajar dilalui
2. Jaminan Kematian
Santunan yang diberiakn kepada ahli waris tenaga kerja yang meninggal
dunia bukan karena kecelakaan kerja
3. Jaminan Hari Tua
Sistem tabungan dan akan dikembalikan seluruhnya ditambah hasil
pengembangan
4. Jaminan Pensiun
Berlaku per 1 juli 2015. Akan diberikan uang pensiun bulanan pada pekerja
yang telah pensiun
Iuran

11

Iuran dihitung berdasarkan persentasi upah atau gaji pekerja dan dibayarkan
oleh pengusaha atau pemberi gaji. Besaran persentasi sebagai berikut:
1. Iuran untuk Jaminan Keselamatan Kerja (JKK) sebesar 0,24% dari gaji
2. Iuran untuk Jaminan Kematian (JKM) sebesar 0,3% dar gaji
3. Iuran untuk Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 5,7% ( 3,7% dibayar pemberi
kerja dan 2% dibayar oleh pekerja)
Manfaat
1. Contoh: Jaminan Kecelakaan Kerja
Pekerja dengan gaji Rp. 1.500.000, iuran Rp 3.600/bulan.
Manfaat yg diperoleh jika terjadi kecelakaan kerja:

Biaya

transportasi/pengangkutan

untuk

pertolongan

medis

s/d

Rp 2.000.000

Biaya perawatan maksimal Rp 20.000.000t

Penggantian Upah Sementara Tidak Mampu Bekerja

Santunan Cacat tetap, cacat sebagian, catat total dan catat fungsi

Santunan kematian Rp 72.000.000

Biaya pemakaman Rp 2.000.000

Santunan berkala Rp 200.000 perbulan selama 2 tahun

atau

sekaligus Rp 4.800.000
2. Contoh: Jaminan Kematian
Pekerja dengan gaji Rp 1.500.000, iuaran Rp 4.500/bulan
Manfaat yg diperoleh jika terjadi kematian:

Jaminan kematian Rp 14.200.000

Biaya pemakaman Rp 2.000.000

12

Santunan berkala Rp 200.000 perbulan selama 2 tahun

atau

sekaligus Rp 4.800.000

Total Manfaat: Rp 21.000.000

3. Jaminan Hari Tua


Seluruh iuran/tabungan yang telah disetor akan diberikan ditambah hasil
pengembangan yang diasumsikan sebesar 7% pertahun.

Oleh:
Kelompok I

Program Pascasarjana
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2016

13

Anda mungkin juga menyukai