BAB I
tahun 2013 yaitu sejumlah 27 kematian. CFR DBD tahun 2014 1,66%. Incidence rate DBD di
wilayah kerja Puskesmas Banget Ayu selama tahun 2015 sebesar 63,78, dan CFR sebesar
6,4%. Dengan rincian yaitu jumlah kasus terkecil terdapat pada bulan Januari 2015 sebanyak
1 kasus, jumlah kasus terbanyak yaitu pada bulan Februari 2015 sebanyak 12 kasus.
Menimbang masih banyaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) disertai renjatan,
serta masih tingginya angka kematian anak maupun balita yang disebabkan oleh sindrom
syok dengue (SSD), maka diperlukan analisis mengenai faktor resiko terjadinya DBD melalui
pendekatan yang menyeluruh.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana diagnosis Holistik Dan
Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien dengan
DBD?.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis holistik dan terapi
komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap pasien dengan
demam DBD.
pencegahan DBD.
1.4.3. Manfaat bagi tenaga kesehatan
1.4.3.1.
BAB II
ANALISA SITUASI
2.1 CARA PENGAMATAN DAN WAKTU PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku, lingkungan dan
pelayanan kesehatan. Aspek perilaku dan lingkungan dilakukan diamati dengan melakukan
kunjungan rumah pasien di Bangetayu Wetan RT 06 RW III wilayah kerja Puskesmas
Bangetayu Semarang.
Waktu pengamatan:
1) Jumat, 27 November 2015 pukul 08.00 WIB
2) Sabtu, 28 November 2015 pukul 15.00 WIB
3) Senin, 30 November 2015 pukul 08.00 WIB
2.2 HASIL PENGAMATAN
2.2.1
Identitas pasien
Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara dengan ibu pasien
dan surat keterangan Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) dari DKK Semarang.
Nama Penderita
: An. AA
Umur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
2.2.2
Pekerjaan
: Siswa SD
Alamat
Kewarganegaraan
: WNI
Nama Ibu
: Ny. S
Umur
: 38 th
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Anamnesis Holistik
A. ASPEK 1
Keluhan Utama
Harapan
Demam
Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti
Kekhawatiran
B. ASPEK 2
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Sekarang
Ekonomi
DATA KHUSUS
Riwayat Imunisasi dasar dan ulang
No.
1.
Imunisasi
BCG
DPT COMBO
Berapa Kali
1x
Umur
1 bulan
2.
4x
2,4,6,18 bulan
(HIB+hepatitis)
3.
Polio
4.
Campak
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
5x
1x
0,2,4,6,18 bulan
9 bulan
C. ASPEK 3
Faktor Resiko Internal
Perilaku Kesehatan Pasien
Pasien mempunyai kebiasaan menggantung pakaian.
D. ASPEK 4
Faktor Resiko Eksternal
Perilaku kesehatan keluarga pasien
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Tidak menata baju dengan rapi sehingga ada pakaian yang menggantung
Menguras bak mandi 3-4 bulan sekali
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit DBD
Status ekonomi cukup karena ayah pasien bekerja sebagai buruh dan ibu
pasien bekerja sebagai wiraswasta (penjahit)
Pelayanan Kesehatan
Keluarga pasien tinggal di Bangetayu Wetan RT 06/RW III cakupan Puskesmas
Bangetayu Semarang. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien dengan
puskesmas dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dengan menggunakan motor.
Tidak ada penyuluhan mengenai DBD kepada warga setempat sebagai salah satu
upaya peningkatan promosi kesehatan masyarakat
Lingkungan :
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Nilai ABJ pada radius 100 meter dari rumah pasien adalah sebesar 85,0%
Tetangganya juga ada yang terjangkit demam berdarah dan demam dengue
dalam waktu yang berdekatan
Di samping rumah terdapat genangan air dan barang-barang seperti botol
bekas
E. ASPEK 5
Derajat Fungsional
1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit
2. Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
3. Mampu melakukan perawatan diri, tapi tidak mampu melakukan pekerjaan
ringan
4. Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi sebagian besar
aktivitas hanya duduk dan berbaring
5. Perawatan diri oleh orang lain, hanya berbaring pasif
DERAJAT FUNGSIONAL : 4
ANAMNESIS KELUARGA
Genogram
Keterangan Gambar:
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: tanda gambar yang menunjukkan pasien
: tanda gambar yang menunjukkan tinggal serumah
11
anak kedua lahir tahun 2003. Saat ini pasien sekolah kelas 6 SD.
Identifikasi fungsi keluarga
Sumber penghasilan keluarga berasal dari ayah pasien yang bekerja sebagai
sebesar 85,0%
Tetangganya juga ada yang terjangkit demam berdarah dan
demam dengue dalam waktu yang berdekatan
Di samping rumah terdapat genangan air dan barangbarang seperti botol bekas
Keadaan Lingkungan
13
Inspeksi
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi
: stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi
- suara dasar
: vesikuler
- suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/seluruh lapangan paru
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
sinistra
Kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra
Kanan atas : ICS II linea sternalis dextra
Pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-), gallop
(-), murmur (-).
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Akral dingin
Superior
-/-
Inferior
-/-
Oedem
-/-
-/-
Pucat
-/-
-/-
Gerak
Dalam batas
Dalam batas
normal
normal
+/+
+/+
Reflex fisiologis
Reflex patologis
-/PEMERIKSAAN STATUS GIZI
Status Gizi Antropometri NCHS WHO
Laki-laki : BB = 35 kg, PB = 135 cm
BMI : 19,2 kg/m2
-/-
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hb
: 15,3 mg/dl
Trombosit : 79.000 /uL
Ht saat penegakan diagnosis : 45,0 %
3
Diagnosis Holistik
a
Aspek 1 Personal
-
Keluhan
: demam
Kekhawatiran
Harapan
Diagnosis kerja
Diagnosis Banding
: Tifoid
4. Diagnosis keluarga
ASPEK 1
Keluhan
Harapan
Kekhawatiran
ASPEK 2
Diagnosis kerja
Diagnosis
banding
ASPEK 3
Faktor resiko
internal
ASPEK 4
Faktor resiko
eksternal
ASPEK 5
Derajat
fungsional
17
5.
sembarangan.
Angka bebas jentik di sekitar rumah pasien adalah 85%, artinya masih
ENVIRONMENT
HOST
Keluarga pasien menguras bak mandi 31. Tingkat pengetahuan pasien yang
4 bulan sekali.
kurang
demam berdarah
2. Terdapat pakaian, peralatan
dapurmengenai
dan
1.
dengue
alat makan yang tidak tertata
yang dapat
menjadi sarang nyamuk dan dan baju
yang sengaja digantung sembarangan.
3. Angka bebas jentik di sekitar rumah
pasien adalah 85%, artinya masih
terdapat 15% rumah yang terdapat jentik
4.
nyamuk DBD.
Terdapat dua kasus tambahan pada
radius 100 m yaitu satu DBD dan satu
demam dengue dalam jangka waktu 2
AGENT
kali masa inkubasi pasien.
Penyebab biologi virus dengue
Gambar 2.1 Diagram
Trilogi Epidemiologi
Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas masalahnya
ditanggulangi.
Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
19
TH (+)
2
3
4
TV (-)
TH (+)
TOTAL
TH (+)
2
3
4
TV (-)
TH (+)
TOTAL
TH (+)
2
3
4
TV (-)
TH (+)
TOTAL
Keterangan :
1. Terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat makan yang tidak tertata yang
dapat menjadi sarang nyamuk
2. Nilai ABJ 85%
3. Keluarga pasien menguras bak mandi 3-4 bulan sekali.
4. Terdapat dua kasus tambahan yaitu satu DBD dan satu demam dengue
dalam waktu yang berdekatan.
Tabel 2.4 Urutan Prioritas Masalah
No
U
1
1
2
2
3
2
4
3
Urutan prioritas masalah
S
1
3
0
2
G
0
3
1
1
Total
2
8
3
6
Prioritas
IV
I
III
II
I.
II.
III.
IV.
Masalah
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Metode
Waktu
Biaya
Pelaksana
Nilai ABJ
85%
2. Terdapat dua
kasus
tambahan
pada radius
100 m yaitu
satu DBD dan
satu demam
dengue dalam
jangka waktu
2 kali masa
inkubasi
pasien
3. Keluarga
pasien
menguras bak
mandi 3-4
bulan sekali.
Edukasi
menyikat
bak mandi
dan
ikanisasi
Mencegah
berkemban
g-nya jentik
nyamuk
Keluarga
pasien dan
masyarakat
sekitar (20
orang)
Edukasi,
pemberian
leaflet
DBDPSNdan
pemberian
ikan
30
Novembe
r 2015
Rp.
50.000
Dokter
muda FK
Unissula dan
Puskesmas
Bangetayu
Terdapat
pakaian,
peralatan
dapur yang
tidak tertata
yang dapat
menjadi
sarang
nyamuk
Edukasi
penataan
pakaian,
peralatan
dapur
Mencegah
bersarangny
a nyamuk
Orang tua
pasien
Edukasi
30 November
2015
Rp. -
Dokter
muda FK
Unissula
1.
4.
2) Intervensi
a
Promotif
Patient centered
K
Nila
men
hing
Pak
dap
men
bers
nya
Family oriented
Community oriented
b. Preventif
Patient centered
Memasang kelambu
Family oriented
Community oriented
c. Kuratif
Patient centered
1. Non medikamentosa
- Tirah baring
- Diet konsumsi makanan lunak
2. Medikamentosa
Infus Ringer Asering 20 tpm
Levocine 1x500 mg
Injeksi : Ondancentron 2x4 mg IV
Antrain 3x1 amp IV
Ranitidine 3x1 amp IV
PO : Parasetamol 3x500 mg
Family oriented
Community oriented
d. Rehabilitatif
Patient centered
Family oriented
Community oriented
1. Pemantauan/ follow up
27 November 2015
28 November 2015
30 November 2015
3.1.
BAB III
PEMBAHASAN
GAMBARAN PROSES DAN MASALAH YANG DIAMATI
HOST
ENVIRONMENT2. Tingkat pengetahuan pasien yang
AGENT
digantung sembarangan.
3. Angka bebas jentik di sekitar rumah pasien
Gambaryang
2.1 Diagram
terdapat jentik nyamuk DBD.
4. Terdapat dua kasus tambahan pada radius 100 m
Trilogi Epidemiologi
3.2.
mineral, dan air. Kekurangan atau kelebihan zat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan mengakibatkan timbulnya penyakit. Penyebab mekanik adalah friksi
yang kronik, kekuatan mekanik yang mengakibatkan dislokasi atau patah tulang.
Penyebab fisik melalui radiasi, suhu udara, kelembaban, getaran, panas, terang
cahaya.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa agent (factor penyebab)
pada penyakit DBD adalah factor biologi yang disebabkan infeksi virus Dengue
(Bakti Husada, 2012).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup
B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae,
yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
Masingmasing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada
manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di
Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang
paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang
menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.
2. Environment
Faktor lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat komponen, yaitu
lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi. Lingkungan fisik meliputi kondisi
udara, musim, cuaca dan kondisi geografi serta geologinya. Lingkungan biologi
meliputi hewan atau tumbuh-tumbuhan, mikroorganisme saprofit. Lingkungan social
seperti kepadatan penduduk, stratifikasi social berdasarkan tingkat pendidikan.
Lingkungan ekonomi seperti kemiskinan, dan ketersediaan fasilitas kesehatan (Bakti
Husada, 2012).
Masalah kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari akibat masih
rendahnya tingkat pendidikan penduduk, masih terikat eratnya masyarakat Indonesia
10
dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagainya yang tidak sejalan
dengan konsep kesehatan. Penyebab yang mempengaruhi PHBS adalah faktor
perilaku dan non perilaku fisik, sosial ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua
faktor utama tersebut (Eddy, 2002; Ditjen P2M & PL. D, 2005; Simanjutak,2006).
Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD
adalah :
i. Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian Yukresna (2003) dengan desain
penelitian case control di kota Medan mendapatkan kondisi tempat penampungan air
mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 5,706 (CI 95% 1,59
20,39).
ii. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap
perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di wilayah dengan ketinggian lebih dari
1.000 meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Aedes aegypti.
iii. Curah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air,
mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan
menetas, dan kelembaban udara juga akan meningkat yang akan berpengaruh bagi
kelangsungan hidup nyamuk dewasa dimana selama musim hujan jangka waktu
hidup nyamuk lebih lama dan berisiko penularan virus lebih besar. Dari hasil
pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim
penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan akhir
tahun. Hasil penelitian Fitri (2005) kasus penyakit DBD di kota Pekanbaru akan
lebih tinggi pada saat curah hujan tinggi yaitu diatas 300 mm.
iv. Kebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, dari penelitian Yukresna
(2003) di kota Medan dengan desain penelitian case control yang mendapatkan
bahwa kebersihan lingkungan mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan
OR 2,90 (CI 95% 1,63-5,15). Penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Seogeng,
S (2004) yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
12
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
4.1.1.
4.1.2.
Pengetahuan pasien dan keluarga pasien masih kurang dalam pencegahan DBD.
Perilaku pasien sebagai faktor resiko timbulnya DBD seperti kebiasaan
4.1.3.
menggantung pakaian.
Faktor lingkungan seperti, keluarga pasien meguras bak mandi 3-4 bulan sekali,
terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat makan yang tidak tertata yang dapat
menjadi sarang nyamuk dan dan baju yang sengaja digantung sembarangan, ABJ
di sekitar rumah pasien adalah 85%, artinya masih terdapat 15% rumah yang
terdapat jentik nyamuk DBD, terdapat dua kasus tambahan pada radius 100 m
yaitu satu DBD dan satu demam dengue dalam jangka waktu 2 kali masa
inkubasi pasien menjadi faktor resiko timbulnya DBD.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:
4.2.1.
4.2.2.
4.2.3.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bakti Husada, 2012, Konsep Dasar Epidemiologi, Modul Pelatihan Jarak jauh Asisten
Epidemiologi Lapangan.
Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and management of dengue
hemorrhagic fever. Journal Compilation. Transfusion Alternatives in Transfusion
Medicine. 2006;8(suppl 1);pp3-11.
Djunaedi, D., 2006, Demam Berdarah, Universitas Muhammadiyah Malang.Malang, 11-14.
Hadinegoro Srh. Satari HI. Demam Berdarah dengue .naskah lengkap pelatihan bagi Dokter
Spesialis Anak dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD.Jakarta
:Balai Penerbit FKUI :2000.
Hadinegoro, Sri Rejeki. Soegijanto, Soegeng. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Jakarta ; Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia ; 2001.
Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. Dengue Fever. in : N Engl J Med;2002.p.1770-73.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-sitimustak-6945-3-babii.pdf
http://skpd.batamkota.go.id/kesehatan/files/2010/07/Tata-Laksana-DBD.pdf
Leake., C.J, 1984, Transovarial Transmissions of Arbovirus by Mosquitoes. InMA Mayo and
KA Harrsp (eds) Vectors in Virus Biology, 63-90 Society forGeneral Microbiology,
Academic Press, Sydney.
Mansjoer Arif, Suprohaita, Ika Wardhani Wahyu, Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta
Kedokteran FK UI edisi III jilid 2 th.2000. h. 430-431.
Mardihusodo,SJ. 2010, Kondisi iklim, Status Entomologis dan bukti adanyainfeksi
transovarial virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus
(Diptera:Cullicidae). Demam Berdarah Dengue di Kota Kupang,Yogyakarta.
Marquadt, W.C , 2004, Natural Cycles of Vector Borne Pathogens, The Biology ofDisease
Vector. Edisi 2,
Merati, Tuti Parwati. Demam Berdarah Dengue. In : Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit
Dalam RSUP Sanglah. Denpasar ; Lab/SMF Penyakit Dalam FK UNUD/RS Sanglah
; 1994. p.215-220.
Rani, A. Azis. Demam Berdarah Dengue. In : Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta ; Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2006.
Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta, 269-278.
Suhendro,Nainggolan L. Demam Berdarah Dengue. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid
III. Edisi ketiga. Jakarta;Balai Penerbit FKUI;1996.p.1709-1721.
Suseno U, Rosita R, Lebang Y. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Indonesia. In: Pedoman
Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta ;
Departemen Kesehatan ; 2005.
Sutanto, I., Is, S.I., Pudji, K.S., Saleha, S., 2009, Buku Ajar ParasitologiKedokteran, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 250-269.
WHO, 2005, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Degue.Panduan
Lengkap. Alih bahasa: Palupi Widyastuti. Editor BahasaIndonesia: Salmiyatun.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,58 77.
Widodo D. Sindrom renjatan dengue pada orang dewasa. In : Penatalaksanaan Kedaruratan di
Bidang Penyakit Dalam. Jakarta ; Pusat Informasi dan Penerbitan Penyakit Dalam
FKUI ; 2000.
Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
danPemberantasannya edisi kedua, Erlangga Medical Series, Jakarta, 59-67.
World Health Organisation, 2009, Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,Prevention
LAMPIRAN
KDRS
Dokumentasi
INTERVENSI
No Rm
Identitas Umum
Pasien
Nama Lengkap
Tempat Tanggal
Lahir
Jenis Kelamin
LAKI LAKI
PEREMPUAN
Agama
ISLAM
KRISTEN
KATHOLI
K
HINDU
Status
Perkawinan
KAWIN
BELUM
KAWIN
JANDA
DUDA
Alamat
DESA/KELURAH
AN
KABUPATEN/KO
TA
BUDHA
LAIN - LAIN
Pendidikan
Terakhir
SD
SMP
SMA
DIPLOMA
S1
Pekerjaan
PNS
WIRASW
ASTA
TNI/POL
RI
PELAJAR/M
AHASISWA
LAIN - LAIN
Kewarganegara
an
WNI
WNA
Cara
Pembayaran
ASURANSI SWASTA
BPJS
UMUM/MANDIRI
S2
LAIN LAIN
Nama
Penanggung
Jawab
Notelp/ Hp
Klinik Yang
Dituju
Lansia
Rehabilitasi Medik
Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan yang
diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien tersebut di atas
Semarang,
(.)