Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

1.1. Latar Belakang


Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) berjangkit di Indonesia sejak tahun 1968,
dan hingga sekarang masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dengan
jumlah penderita yang terus meningkat dan daerah penyebaran yang terus meluas. Demam
dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DD) adalah penyakit yang terutama terdapat
pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam
bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia ringan, dan petekie spontan.
Demam berdarah dengue (atau Dengue Haemorrhagic Fever, selanjutnya disingkat
DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DBD yang disertai
renjatan.
Jumlah Kasus DBD di Jawa Tengah Tahun 2014 sejumlah 11.081 penderita.Kota
Semarang merupakan salah satu kota daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue.
Dari tahun ke tahun kejadian DBD seringkali mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di
hampir sebagian besar wilayah di Kota Semarang. Pada tahun 2014 Incidence Rate DBD
Kota Semarang (92,43) menduduki peringkat Pertama IR DBD Jawa Tengah diikuti
Kabupaten Jepara dan Sragen. Kota Semarang dengan 1.628 Penderita menyumbang 14,7%
kasus di Jawa Tengah. Jumlah Penderita DBD yang meninggal tahun 2014 tetap sama dengan

tahun 2013 yaitu sejumlah 27 kematian. CFR DBD tahun 2014 1,66%. Incidence rate DBD di
wilayah kerja Puskesmas Banget Ayu selama tahun 2015 sebesar 63,78, dan CFR sebesar
6,4%. Dengan rincian yaitu jumlah kasus terkecil terdapat pada bulan Januari 2015 sebanyak
1 kasus, jumlah kasus terbanyak yaitu pada bulan Februari 2015 sebanyak 12 kasus.
Menimbang masih banyaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) disertai renjatan,
serta masih tingginya angka kematian anak maupun balita yang disebabkan oleh sindrom
syok dengue (SSD), maka diperlukan analisis mengenai faktor resiko terjadinya DBD melalui
pendekatan yang menyeluruh.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana diagnosis Holistik Dan
Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien dengan
DBD?.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai diagnosis holistik dan terapi
komprehensif dalam layanan kedokteran keluarga terhadap pasien dengan
demam DBD.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang
mempengaruhi terjadinya DBD.

1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang


mempengaruhi terjadinya DBD.
1.3.2.3 Untuk memberikan solusi terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya DBD.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa
1.4.1.1

Menambah wawasan tentang DBD, penyebab DBD serta

faktor yang mempengaruhinya.


1.4.1.2

Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat


1.4.2.1

Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk

memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.


1.4.2.2

Memberika edukasi dan intervensi yang berkaitan dengan

pencegahan DBD.
1.4.3. Manfaat bagi tenaga kesehatan
1.4.3.1.

Memberi masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih

memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan


preventif.

BAB II
ANALISA SITUASI
2.1 CARA PENGAMATAN DAN WAKTU PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap aspek perilaku, lingkungan dan
pelayanan kesehatan. Aspek perilaku dan lingkungan dilakukan diamati dengan melakukan
kunjungan rumah pasien di Bangetayu Wetan RT 06 RW III wilayah kerja Puskesmas
Bangetayu Semarang.
Waktu pengamatan:
1) Jumat, 27 November 2015 pukul 08.00 WIB
2) Sabtu, 28 November 2015 pukul 15.00 WIB
3) Senin, 30 November 2015 pukul 08.00 WIB
2.2 HASIL PENGAMATAN
2.2.1

Identitas pasien

Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara dengan ibu pasien
dan surat keterangan Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) dari DKK Semarang.
Nama Penderita

: An. AA

Umur

: 12 tahun 5 bulan/ 27 Mei 2003

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

2.2.2

Pekerjaan

: Siswa SD

Alamat

: Bangetayu Wetan RT.6 RW.III

Kewarganegaraan

: WNI

Nama Ibu

: Ny. S

Umur

: 38 th

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Bangetayu Wetan RT.6 RW.III

Agama

: Islam

Anamnesis Holistik
A. ASPEK 1
Keluhan Utama
Harapan

Demam
Sembuh sehingga pasien bisa sehat seperti

Kekhawatiran

semula dan tidak kambuh lagi.


Sakit yang dialami bertambah parah
sehingga pasien tidak dapat beraktifitas lagi
seperti sebelumnya.

B. ASPEK 2
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit

Sejak 7 November 2015, ibu pasien

Sekarang

mengeluh anaknya demam tinggi.


Demam dirasakan naik-turun baik pagi
sore maupun malam hari. Panas turun
apabila minum obat penurun panas,
namun kemudian beberapa jam panas
naik kembali, terdapat mual dan muntah

pada tanggal 7 November 2015, nyeri


pada ulu hati, terdapat nyeri telan, tidak
berak darah (hitam), tidak kejang, tidak
menggigil, tidak nyeri sendi, tidak
mimisan, gusi tidak berdarah. Ibu pasien
membawa anaknya ke dokter umum dan
mendapatkan obat Penisilin,
Metochlopramide dan Paracetamol tetapi
tidak membaik, kaki dan tangan pasien
dingin, batuk (-), pilek (-), BAB (+)
lancar, BAK (+) normal,tidak ada nyeri
berkemih. Nafsu makan pasien di rasa
semakin menurun semenjak sakit. Pasien
masuk ke rumah sakit tanggal 9
November 2015 dengan diagnosis awal
Typus, kemudian terdapat bintik-bintik
merah pada kulit di tangan dan kaki
tanggal 12 November 2015 dan
dilakukan pemeriksaan darah rutin yang
menunjukkan penurunan trombosit
sehingga ditegakkan diagnosis DBD dan
dirawat selama 8 hari.
Riwayat Penyakit
Dahulu

a. Sakit serupa : (+)


Pasien pernah menderita sakit seperti
ini November 2014 dirawat di RSI
Sultan Agung selama 5 hari.. Pasien

tidak memiliki riwayat alergi.


Riwayat Penyakit
a. Keluarga pasien sakit serupa : (-)
Keluarga
Riwayat Sosial

Ayah pasien bekerja sebagai buruh

Ekonomi

pabrik dengan penghasilan perbulan


rata-rata sama dengan UMR. Ibu
pasien bekerja sebagai penjahit
dirumahnya. Pasien tinggal bersama
ibu dan ayah pasien.
Memiliki fasilitas MCK dirumah.
Kesan : tingkat ekonomi cukup

DATA KHUSUS
Riwayat Imunisasi dasar dan ulang
No.
1.

Imunisasi
BCG
DPT COMBO

Berapa Kali
1x

Umur
1 bulan

2.

4x

2,4,6,18 bulan

(HIB+hepatitis)
3.
Polio
4.
Campak
Kesan : Imunisasi dasar lengkap

5x
1x

0,2,4,6,18 bulan
9 bulan

C. ASPEK 3
Faktor Resiko Internal
Perilaku Kesehatan Pasien
Pasien mempunyai kebiasaan menggantung pakaian.

D. ASPEK 4
Faktor Resiko Eksternal
Perilaku kesehatan keluarga pasien
Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Tidak menata baju dengan rapi sehingga ada pakaian yang menggantung
Menguras bak mandi 3-4 bulan sekali
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit DBD
Status ekonomi cukup karena ayah pasien bekerja sebagai buruh dan ibu
pasien bekerja sebagai wiraswasta (penjahit)

Pelayanan Kesehatan
Keluarga pasien tinggal di Bangetayu Wetan RT 06/RW III cakupan Puskesmas
Bangetayu Semarang. Jarak rumah tempat tinggal keluarga pasien dengan
puskesmas dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dengan menggunakan motor.
Tidak ada penyuluhan mengenai DBD kepada warga setempat sebagai salah satu
upaya peningkatan promosi kesehatan masyarakat

Lingkungan :
Ventilasi, higiene sanitasi kurang

Nilai ABJ pada radius 100 meter dari rumah pasien adalah sebesar 85,0%
Tetangganya juga ada yang terjangkit demam berdarah dan demam dengue
dalam waktu yang berdekatan
Di samping rumah terdapat genangan air dan barang-barang seperti botol
bekas

Masalah bangunan rumah:


Atap : langsung genteng, tetapi tidak ada genteng kaca
Jendela : jendela rumah ada 2. Jendela pertama berada di ruang tamu dan ruang
keluarga tetapi jarang dibuka, jendela kedua berada dikamar tidur pasien dan
kakak pasien. Jendela kamar tidur dibuka saat merasa gerah saja. Lantai rumah
berupa ubin pada ruang tamu dan kamar, sedangkan pada dapur dan kamar mandi
hanya di plester. Dinding rumah terbuat dari batu bata.
Luas rumah : 12 m x 5 m
Luas kamar pasien : 6 m2 (untuk 2 orang)
Luas kamar orang tua : 6 m2 (untuk 2 orang)
Jumlah penghuni rumah : 4 orang

E. ASPEK 5
Derajat Fungsional
1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit
2. Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
3. Mampu melakukan perawatan diri, tapi tidak mampu melakukan pekerjaan

ringan
4. Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi sebagian besar
aktivitas hanya duduk dan berbaring
5. Perawatan diri oleh orang lain, hanya berbaring pasif
DERAJAT FUNGSIONAL : 4

ANAMNESIS KELUARGA
Genogram

Keterangan Gambar:
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: tanda gambar yang menunjukkan pasien
: tanda gambar yang menunjukkan tinggal serumah

Bentuk dan struktur keluarga


Pasien merupakan anak kedua. Pasien tinggal bersama ibu kandung, ayah
kandung dan kakak perempuannya.
Fase kehidupan keluarga
Keluarga pasien berada di fase kehidupan masih tinggal bersama ayah dan ibu
pasien yang masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pasien adalah

11

anak kedua lahir tahun 2003. Saat ini pasien sekolah kelas 6 SD.
Identifikasi fungsi keluarga

Sumber penghasilan keluarga berasal dari ayah pasien yang bekerja sebagai

buruh pabrik dan ibu pasien yang bekerja sebagai penjahit.


Menu makanan dirumah seadanya, jarang ada sayur dan buah

Resiko-resiko internal keluarga


Keluarga pasien terdiri dari ibu dan ayah pasien. Aspek kebiasaan keluarga
pasien menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialaminya saat ini.
Resiko-resiko eksternal keluarga

Perilaku kesehatan lingkungan

Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai Demam


Berdarah Dengue (DBD)
Tidak menata baju dengan rapi sehingga ada pakaian yang
menggantung
Menguras bak mandi 3-4 bulan sekali
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit DBD
Status ekonomi cukup karena ayah pasien bekerja sebagai
buruh dan ibu pasien bekerja sebagai wiraswasta (penjahit)
Lingkungan :
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Nilai ABJ pada radius 100 meter dari rumah pasien adalah

sebesar 85,0%
Tetangganya juga ada yang terjangkit demam berdarah dan
demam dengue dalam waktu yang berdekatan
Di samping rumah terdapat genangan air dan barangbarang seperti botol bekas

Keadaan Lingkungan

Pasien tinggal di rumah permanen. Dinding rumah terbuat


dari batu bata. Lantai berupa ubin pada ruang tamu dan kamar,
sedangkan pada dapur dan kamar mandi hanya di plester.
Rumah pasien terdiri atas ruang tamu pada bagian depan, 2
kamar tidur, ruang tv di bagian tengah, dapur dan kamar mandi
dibagian belakang. Pada tempat tidur terdapat obat nyamuk
bakar.Terdapatperalatan dapur dan alat makan yang tidak
tertata yang dapat menjadi sarang nyamuk. Terdapat bak mandi
yang terdapat jentik nyamuk. Tidak ada tempat sampah
tertutup.
Lingkungan depan rumah pasien sudah terpasang paving.
Terdapat tempat sampah terbuka dapat rumah yang akan
dibangun di belakang rumah pasien. Di samping rumah
terdapat genangan air dan barang-barang seperti botol

13

bekas.Terdapat tempat pembuangan sampah masyarakat lima


puluh meter dari rumah pasien.
Pelayanan Kesehatan
Masyarakat sekitar rumah tempat tinggal juga berada dalam
wilayah cakupan Puskesmas Bangetayu. Akses terhadap
puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi.

2.2.3 Pemeriksaan Fisik


Status presens
Umur
: 12 th
BB
: 35 kg
TB
: 135 cm
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: komposmentis
Tanda Vital
Nadi
: 90 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR
: 24 x/menit
Temperatur
: 36,3 C
Keadaan tubuh
Anemik
: (-)
Sianotik
: (-)
Ikterik
: (-)
Turgor
: cukup
Tonus
: normotoni
Rambut
: kemerahan (-), tidak mudah dicabut
Kulit
: petechie (-)
Oedema
: (-)
Cerebral
: kejang (-)
Dyspnoe
: (-)
Kepala
: mesosefal
Mata
: konjungtiva palpebra anemis - / Hidung
: napas cuping (-), perdarahan hidung (-)
Telinga
: sekret (-)
Mulut
: sianosis (-), kering (-)
Bibir
: kering (-), mukosa dalam sianosis (-)
Lidah
: kotor (-), tremor (-)
Tenggorokan : T1-1, faring hiperemi(-), pseudomembran (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-)
Dada
Paru

Inspeksi
: simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi
: stem fremitus kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi
- suara dasar
: vesikuler
- suara tambahan : ronkhi -/-, bising -/-, hantaran -/seluruh lapangan paru

Jantung
- Inspeksi
- Palpasi

: Pungtum maksimum jantung tidak tampak


: Pungtum maksimum jantung teraba di ICS V, 2

cm medial linea midclavicularis, sinistra, pulsus para sternal


(-), pulsus epigastrium (-)
Perkusi
: Batas jantung
Kiri bawah : ICS V, 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra
Kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra
Kanan atas : ICS II linea sternalis dextra
Pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-), gallop
(-), murmur (-).

Abdomen
Inspeksi

: Datar, Meteorismus (-)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium

Perkusi

: Timpani (+) disemua kuadran abdomen.

Auskultasi

: Bising usus normal

Alat kelamin : laki-laki, dalam batas normal


Ekstremitas

Akral dingin

Superior
-/-

Inferior
-/-

Oedem

-/-

-/-

Pucat

-/-

-/-

Gerak

Dalam batas

Dalam batas

normal

normal

+/+

+/+

Reflex fisiologis

Reflex patologis
-/PEMERIKSAAN STATUS GIZI
Status Gizi Antropometri NCHS WHO
Laki-laki : BB = 35 kg, PB = 135 cm
BMI : 19,2 kg/m2

-/-

15

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hb
: 15,3 mg/dl
Trombosit : 79.000 /uL
Ht saat penegakan diagnosis : 45,0 %
3

Diagnosis Holistik
a

Aspek 1 Personal
-

Keluhan

: demam

Kekhawatiran

: Sakit yang dialami bertambah parah

sehingga pasien tidak dapat beraktifitas lagi seperti


sebelumnya.
-

Harapan

: Sembuh sehingga pasien bisa sehat

seperti semula dan tidak kambuh lagi.

Aspek 2 Anamnesis Medis Umum


-

Diagnosis kerja

: Demam Berdarah Dengue

Diagnosis Banding

: Tifoid

Aspek 3 Kondisi Internal


Pasien mempunyai kebiasaan menggantung pakaian.

d. Aspek 4 Kondisi Eksternal


Pengetahuan keluarga pasien kurang mengenai Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Tidak menata baju dengan rapi sehingga ada pakaian yang
menggantung
Menguras bak mandi 3-4 bulan sekali
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit DBD

Status ekonomi cukup karena ayah pasien bekerja sebagai buruh


dan ibu pasien bekerja sebagai wiraswasta (penjahit)
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Nilai ABJ pada radius 100 meter dari rumah pasien adalah
sebesar 85,0%
Tetangganya juga ada yang terjangkit demam berdarah dan
demam dengue dalam waktu yang berdekatan
Di samping rumah terdapat genangan air dan barang-barang
seperti botol bekas.
d

Aspek 5 Derajat Fungsional


Derajat fungsional: 4

4. Diagnosis keluarga
ASPEK 1
Keluhan
Harapan
Kekhawatiran
ASPEK 2
Diagnosis kerja
Diagnosis

banding
ASPEK 3
Faktor resiko

internal
ASPEK 4
Faktor resiko

eksternal
ASPEK 5
Derajat

fungsional

17

5.

Usulan Penatalaksanaan Komprehensif


1) Identifikasi Masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab timbulnya
DBD, yaitu:
1
2

Keluarga pasien menguras bak mandi 3-4 bulan sekali.


Terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat makan yang tidak tertata yang
dapat menjadi sarang nyamuk dan dan baju yang sengaja digantung

sembarangan.
Angka bebas jentik di sekitar rumah pasien adalah 85%, artinya masih

terdapat 15% rumah yang terdapat jentik nyamuk DBD.


Terdapat dua kasus tambahan pada radius 100 m yaitu satu DBD dan satu
demam dengue dalam jangka waktu 2 kali masa inkubasi pasien.

ENVIRONMENT

HOST

Keluarga pasien menguras bak mandi 31. Tingkat pengetahuan pasien yang
4 bulan sekali.
kurang
demam berdarah
2. Terdapat pakaian, peralatan
dapurmengenai
dan
1.

dengue
alat makan yang tidak tertata
yang dapat
menjadi sarang nyamuk dan dan baju
yang sengaja digantung sembarangan.
3. Angka bebas jentik di sekitar rumah
pasien adalah 85%, artinya masih
terdapat 15% rumah yang terdapat jentik
4.

nyamuk DBD.
Terdapat dua kasus tambahan pada
radius 100 m yaitu satu DBD dan satu
demam dengue dalam jangka waktu 2
AGENT
kali masa inkubasi pasien.
Penyebab biologi virus dengue
Gambar 2.1 Diagram
Trilogi Epidemiologi
Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kemudian ditentukan prioritas masalahnya

dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3 Kelompok kriteria :


1 Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera
ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak untuk
2

ditanggulangi.
Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif

berapa rupiah, orang dll.


Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan. Semakin
berkembang masalah, semakin diprioritaskan.

Metode Hanlon Kualitatif

19

Tabel 2.1 Kriteria Urgency


NO

TH (+)

2
3
4

TV (-)

TH (+)

TOTAL

Tabel 2.2 Kriteria Seriously


NO

TH (+)

2
3
4

TV (-)

TH (+)

TOTAL

Tabel 2.3 Kriteria Growth


NO

TH (+)

2
3
4

TV (-)

TH (+)

TOTAL
Keterangan :

1. Terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat makan yang tidak tertata yang
dapat menjadi sarang nyamuk
2. Nilai ABJ 85%
3. Keluarga pasien menguras bak mandi 3-4 bulan sekali.
4. Terdapat dua kasus tambahan yaitu satu DBD dan satu demam dengue
dalam waktu yang berdekatan.
Tabel 2.4 Urutan Prioritas Masalah
No
U
1
1
2
2
3
2
4
3
Urutan prioritas masalah

S
1
3
0
2

G
0
3
1
1

Total
2
8
3
6

Prioritas
IV
I
III
II

I.
II.

Nilai ABJ 85%.


Terdapat dua kasus tambahan pada radius 100 m yaitu satu DBD dan satu

III.
IV.

demam dengue dalam jangka waktu 2 kali masa inkubasi pasien.


Keluarga pasien menguras bak mandi 3-4 bulan sekali.
Terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat makan yang tidak tertata yang
dapat menjadi sarang nyamuk.

Table 2.5 Plan of Action

Masalah

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Metode

Waktu

Biaya

Pelaksana

Nilai ABJ
85%
2. Terdapat dua
kasus
tambahan
pada radius
100 m yaitu
satu DBD dan
satu demam
dengue dalam
jangka waktu
2 kali masa
inkubasi
pasien
3. Keluarga
pasien
menguras bak
mandi 3-4
bulan sekali.

Edukasi
menyikat
bak mandi
dan
ikanisasi

Mencegah
berkemban
g-nya jentik
nyamuk

Keluarga
pasien dan
masyarakat
sekitar (20
orang)

Edukasi,
pemberian
leaflet
DBDPSNdan
pemberian
ikan

30
Novembe
r 2015

Rp.
50.000

Dokter
muda FK
Unissula dan
Puskesmas
Bangetayu

Terdapat
pakaian,
peralatan
dapur yang
tidak tertata
yang dapat
menjadi
sarang
nyamuk

Edukasi
penataan
pakaian,
peralatan
dapur

Mencegah
bersarangny
a nyamuk

Orang tua
pasien

Edukasi

30 November
2015

Rp. -

Dokter
muda FK
Unissula

1.

4.

2) Intervensi
a

Promotif

Patient centered

K
Nila
men
hing

Pak
dap
men
bers
nya

Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit DBD.


Penjelasan tentang DBD meliputi : definisi DBD, penyebab DBD
adalah virus dengue yang menular ke manusia melalui gigitan nyamuk
dan perjalanan penyakit. Gejala klinis DBD diantaranya demam, nyeri
otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
Tatalaksana pengobatan dan perawatan dengan mengatasi kehilangan
cairan plasma, perawatan umum, pemberian nutrisi serta pengobatan
dan tindakan medis. Memberikan edukasi tentang PSN dan 3M+++.
Memberikan informasi mengenai tempat yang disukai nyamuk Aedes
aegyti yaitu ditempat yang gelap, pakaian yang menggantung.

Family oriented

Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit DBD.


Penjelasan tentang DBD meliputi : definisi DBD, penyebab DBD
adalah virus dengue yang menular ke manusia melalui gigitan nyamuk
dan perjalanan penyakit. Gejala klinis DBD diantaranya demam, nyeri
otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
Tatalaksana pengobatan dan perawatan dengan mengatasi kehilangan
cairan plasma, perawatan umum, pemberian nutrisi serta pengobatan
dan tindakan medis. Memberikan edukasi tentang PSN dan 3M+++.
Memberikan informasi mengenai tempat yang disukai nyamuk Aedes
aegyti yaitu ditempat yang gelap, pakaian yang menggantung.

Community oriented

Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit DBD.


Penjelasan tentang DBD meliputi : definisi DBD, penyebab DBD
adalah virus dengue yang menular ke manusia melalui gigitan nyamuk

dan perjalanan penyakit. Gejala klinis DBD diantaranya demam, nyeri


otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
Tatalaksana pengobatan dan perawatan dengan mengatasi kehilangan
cairan plasma, perawatan umum, pemberian nutrisi serta pengobatan
dan tindakan medis. Memberikan edukasi tentang PSN dan 3M+++.

b. Preventif

Patient centered

Tidak menggantung pakaian

Memasang kelambu

Family oriented

Semua anggota keluarga ikut serta menjaga kebersihan rumah

Tidak menggantung pakaian


Menguras bak mandi minimal 1 x dalam 1 bulan
Penataan peralatan dapur dan alat makan

Community oriented

c. Kuratif

Mengadakan kerja bakti seminggu sekali


Tidak menimbun sampah di rumah
Membuang sampah pada tempat sampah tertutup
Ikanisasi
Olahraga teratur

Patient centered

1. Non medikamentosa
- Tirah baring
- Diet konsumsi makanan lunak
2. Medikamentosa
Infus Ringer Asering 20 tpm
Levocine 1x500 mg
Injeksi : Ondancentron 2x4 mg IV
Antrain 3x1 amp IV
Ranitidine 3x1 amp IV
PO : Parasetamol 3x500 mg

Family oriented

Community oriented

d. Rehabilitatif

Patient centered

motivasi kepatuhan minum obat


perilaku hidup bersih dan sehat
Menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan untuk menjaga
kualitas dan kuantitas makanan di rumah

Family oriented

Dukungan keluarga agar pasien minum obat teratur


Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal yang
memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau menyebabkan
kekambuhan
Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke
puskesmas/RS hingga dinyatakan sembuh oleh dokter

Community oriented

1. Pemantauan/ follow up
27 November 2015
28 November 2015

Menentukan nilai ABJ.


Didapatkan gambaran mengenai
lingkungan tempat tinggal pasien dan
keadaan rumah tempat tinggal. Pasien dan
keluarganya tinggal di pemukiman padat
dan lingkungan yang kurang bersih. Bahan
bangunan rumah yaitu dinding terbuat dari
batu bata, lantai dari ubin pada ruang tamu
dan kamar, atapnya adalah genting.
Edukasi penataan pakaian, alat dapur dan
alat makan.

30 November 2015

Edukasi pemasangan genting kaca


Melakukan intervensi berupa penyuluhan
kepada pasien, keluarga tentang penyakit
DBD mulai dari definisi, penyebab, cara

penularan, perjalanan penyakit dan


pengobatan yang benar. Edukasi tentang
PHBS seperti menguras bak penampungan
air.
Pemberian ikan kepada pasien dan rumah
yang positif terdapat jentik
Evaluasi penataan pakaian, alat dapur dan
alat makan.

3.1.

BAB III
PEMBAHASAN
GAMBARAN PROSES DAN MASALAH YANG DIAMATI
HOST
ENVIRONMENT2. Tingkat pengetahuan pasien yang

1. Keluarga pasien meguras bak mandi 3-4 bulan


kurang mengenai demam berdarah
sekali.
dengue
2. Terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat
makan yang tidak tertata yang dapat menjadi
sarang nyamuk dan dan baju yang sengaja

AGENT

digantung sembarangan.
3. Angka bebas jentik di sekitar rumah pasien

Penyebab biologi virus dengue

adalah 85%, artinya masih terdapat 15% rumah

Gambaryang
2.1 Diagram
terdapat jentik nyamuk DBD.
4. Terdapat dua kasus tambahan pada radius 100 m

Trilogi Epidemiologi

yaitu satu DBD dan satu demam dengue dalam


jangka waktu 2 kali masa inkubasi pasien.

3.2.

URAIAN TEMUAN PADA SETIAP ASPEK


Berdasarkan masalah yang ditemukan dari aspek yang berhubungan dengan
munculnya DBD pada pasien, analisis terhadap masalah tersebut didasarkan pada teori
adalah sebagai berikut:
1. Agent (Faktor penyebab)
Penyebab suatu penyakit (agent) adalah semua unsur atau elemen hidup
maupun tak hidup, bila diikuti dengan kontak yang efektif terhadap manusia yang
rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi stimuli untuk menginisiasi
dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit biologis, kimia, nutrisi, mekanik
dan agent fisik (Bakti Husada, 2012).
Penyebab biologis terdapat 6 kelompok agent biologis yaitu protozoa,
metazoa, bakteri, virus, jamur, dan riketsia. Penyebab kimia antara lain pestisida,
obat-obatan, limbah industri, zat-zat yang diproduksi oleh tubuh sebagai akibat dari
suatu penyakit misalnya pada diabetic asidosis, uremia. .(Bakti Husada, 2012).
Penyebab nutrisi yang termasuk kategori ini adalah karbohidrat, protein, vitamin,

mineral, dan air. Kekurangan atau kelebihan zat tersebut dapat mengganggu
keseimbangan mengakibatkan timbulnya penyakit. Penyebab mekanik adalah friksi
yang kronik, kekuatan mekanik yang mengakibatkan dislokasi atau patah tulang.
Penyebab fisik melalui radiasi, suhu udara, kelembaban, getaran, panas, terang
cahaya.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa agent (factor penyebab)
pada penyakit DBD adalah factor biologi yang disebabkan infeksi virus Dengue
(Bakti Husada, 2012).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup
B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae,
yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
Masingmasing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada
manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di
Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang
paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang
menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.
2. Environment
Faktor lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat komponen, yaitu
lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi. Lingkungan fisik meliputi kondisi
udara, musim, cuaca dan kondisi geografi serta geologinya. Lingkungan biologi
meliputi hewan atau tumbuh-tumbuhan, mikroorganisme saprofit. Lingkungan social
seperti kepadatan penduduk, stratifikasi social berdasarkan tingkat pendidikan.
Lingkungan ekonomi seperti kemiskinan, dan ketersediaan fasilitas kesehatan (Bakti
Husada, 2012).
Masalah kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari akibat masih
rendahnya tingkat pendidikan penduduk, masih terikat eratnya masyarakat Indonesia

10

dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagainya yang tidak sejalan
dengan konsep kesehatan. Penyebab yang mempengaruhi PHBS adalah faktor
perilaku dan non perilaku fisik, sosial ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua
faktor utama tersebut (Eddy, 2002; Ditjen P2M & PL. D, 2005; Simanjutak,2006).
Lingkungan, lingkungan yang terkait dalam penularan penyakit DBD
adalah :
i. Tempat penampungan air / keberadaan kontainer, sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hasil penelitian Yukresna (2003) dengan desain
penelitian case control di kota Medan mendapatkan kondisi tempat penampungan air
mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 5,706 (CI 95% 1,59
20,39).
ii. Ketinggian tempat suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap
perkembangbiakan nyamuk dan virus DBD. Di wilayah dengan ketinggian lebih dari
1.000 meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Aedes aegypti.
iii. Curah hujan, pada musim hujan (curah hujan diatas normal) tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air,
mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan
menetas, dan kelembaban udara juga akan meningkat yang akan berpengaruh bagi
kelangsungan hidup nyamuk dewasa dimana selama musim hujan jangka waktu
hidup nyamuk lebih lama dan berisiko penularan virus lebih besar. Dari hasil
pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim
penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan akhir
tahun. Hasil penelitian Fitri (2005) kasus penyakit DBD di kota Pekanbaru akan
lebih tinggi pada saat curah hujan tinggi yaitu diatas 300 mm.
iv. Kebersihan lingkungan / sanitasi lingkungan, dari penelitian Yukresna
(2003) di kota Medan dengan desain penelitian case control yang mendapatkan
bahwa kebersihan lingkungan mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan

OR 2,90 (CI 95% 1,63-5,15). Penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Seogeng,
S (2004) yang menyatakan bahwa kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

3. Host (Faktor Pejamu)


Faktor pejamu antara lain usia, jenis kelamin, ras, social-ekonomi, status
perkawinan, penyakit terdahulu, cara hidup, hereditas, nutrisi dan imunitas.
Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit
penyakit DBD. Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia
yaitu:
i. Mobilitas penduduk akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke
tempat yang lainnya. Hasil penelitian Fathi (2004) di kota Mataram mobilitas
penduduk tidak ikut berperan dalam terjadinya KLB penyakit DBD di kota
Mataram, hal ini dapat dikaitkan dengan mobilitas penduduk di kota Mataram yang
relatif rendah yaitu sebagian besar adalah petani. Hasil penelitian Arsunan dan
Wahiduddin (2003) di kota Makassar mobilitas penduduk berperan dalam
penyebaran DBD, hal ini disebabkan mobilitas penduduk di kota Makassar yang
relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan Sumarmo bahwa penyakit biasanya menjalar
dimulai dari suatu pusat sumber penularan (kota besar), kemudian mengikuti lalulintas (mobilitas) penduduk. Semakin tinggi mobilitas makin besar kemungkinan
penyebaran penyakit DBD.
ii. Pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan
penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan, hal ini berkaitan dengan
pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas Duma (2007) di kecamatan Baruga kota
Kendari ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
DBD. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Arsunan dan Wahiduddin (2003) di
kota Makassar yang mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kejadian DBD. Hasil penelitian Kasnodiharjo (1997) di Subang

12

Jawa Barat menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai latar belakang


pendidikan atau buta huruf , pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk
menyerap ide-ide baru dan membuat mereka konservatif karena tidak mengenal
alternatif yang lebih baik.
iii. Kelompok umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan
penyakit DBD. Hasil penelitian Soegeng Soegijanto (2000) di Jawa Timur dari tahun
1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada
kelompok umur 5-9 tahun. Tetapi pada tahun 1998 dan 2000 proporsi kasus pada
kelompok umur 15-44 tahun meningkat, keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa
DBD cenderung meningkat pada kelompok umur remaja dan dewasa. Hal ini sesuai
dengan Suroso bahwa di Indonesia pada tahun 1995-1997 proporsi kasus DBD telah
bergeser ke usia 15 tahun. Hasil penelitian Fitri (2005) di Pekanbaru proporsi
penderita terbanyak lebih sering pada kelompok umur 15 tahun.24 iv. Jenis
kelamin, berdasarkan penelitian Widyana (1998) di Bantul pada tahun 1997
menemukan bahwa proporsi penderita perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki
yaitu sebesar 52,6 %.23 Hasil serupa juga di peroleh oleh Enny dkk (2003) di
Jakarta pada tahun 2000 sebagian besar penderita adalah perempuan (58,2%).25
Namun secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin penderita
DBD dan sampai sekarang tidak ada keterangan yang dapat memberikan jawaban
dengan tuntas mengenai perbedaan jenis kelamin pada penderita DBD. Hal ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan Djelantik di RSCM Jakarta (1998)
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara angka insiden
laki-laki dan perempuan.

14

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
4.1.1.
4.1.2.

Pengetahuan pasien dan keluarga pasien masih kurang dalam pencegahan DBD.
Perilaku pasien sebagai faktor resiko timbulnya DBD seperti kebiasaan

4.1.3.

menggantung pakaian.
Faktor lingkungan seperti, keluarga pasien meguras bak mandi 3-4 bulan sekali,
terdapat pakaian, peralatan dapur dan alat makan yang tidak tertata yang dapat
menjadi sarang nyamuk dan dan baju yang sengaja digantung sembarangan, ABJ
di sekitar rumah pasien adalah 85%, artinya masih terdapat 15% rumah yang
terdapat jentik nyamuk DBD, terdapat dua kasus tambahan pada radius 100 m
yaitu satu DBD dan satu demam dengue dalam jangka waktu 2 kali masa
inkubasi pasien menjadi faktor resiko timbulnya DBD.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan laporan kasus di atas:
4.2.1.

Pasien dapat menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku sehat yang


kaitannya mencegah DBD, seperti tidak menimbun sampah, melakukan kerja
bakti untuk membersihkan lingkungan rumah dan menguras bak mandi minimal 1

4.2.2.

kali dalam 1 bulan.


Untuk puskesmas dapat meningkatkan pengetahuan dan pendidikan keluarga
seperti menggandeng kelurahan untuk mengadakan kegiatan aktif kebersihan

4.2.3.

lingkungan dan penyuluhan rumah ke rumah.


Untuk FK Unissula agar dapat membantu masyarakat dan puskesmas untuk
berpartisipasi dalam menanggulangi DBD.

16

DAFTAR PUSTAKA
Bakti Husada, 2012, Konsep Dasar Epidemiologi, Modul Pelatihan Jarak jauh Asisten
Epidemiologi Lapangan.
Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and management of dengue
hemorrhagic fever. Journal Compilation. Transfusion Alternatives in Transfusion
Medicine. 2006;8(suppl 1);pp3-11.
Djunaedi, D., 2006, Demam Berdarah, Universitas Muhammadiyah Malang.Malang, 11-14.
Hadinegoro Srh. Satari HI. Demam Berdarah dengue .naskah lengkap pelatihan bagi Dokter
Spesialis Anak dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD.Jakarta
:Balai Penerbit FKUI :2000.
Hadinegoro, Sri Rejeki. Soegijanto, Soegeng. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Jakarta ; Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia ; 2001.
Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. Dengue Fever. in : N Engl J Med;2002.p.1770-73.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-sitimustak-6945-3-babii.pdf
http://skpd.batamkota.go.id/kesehatan/files/2010/07/Tata-Laksana-DBD.pdf
Leake., C.J, 1984, Transovarial Transmissions of Arbovirus by Mosquitoes. InMA Mayo and
KA Harrsp (eds) Vectors in Virus Biology, 63-90 Society forGeneral Microbiology,
Academic Press, Sydney.
Mansjoer Arif, Suprohaita, Ika Wardhani Wahyu, Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta
Kedokteran FK UI edisi III jilid 2 th.2000. h. 430-431.
Mardihusodo,SJ. 2010, Kondisi iklim, Status Entomologis dan bukti adanyainfeksi
transovarial virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti dan Aedesalbopictus
(Diptera:Cullicidae). Demam Berdarah Dengue di Kota Kupang,Yogyakarta.
Marquadt, W.C , 2004, Natural Cycles of Vector Borne Pathogens, The Biology ofDisease
Vector. Edisi 2,
Merati, Tuti Parwati. Demam Berdarah Dengue. In : Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit
Dalam RSUP Sanglah. Denpasar ; Lab/SMF Penyakit Dalam FK UNUD/RS Sanglah
; 1994. p.215-220.
Rani, A. Azis. Demam Berdarah Dengue. In : Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta ; Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2006.
Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta, 269-278.
Suhendro,Nainggolan L. Demam Berdarah Dengue. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid
III. Edisi ketiga. Jakarta;Balai Penerbit FKUI;1996.p.1709-1721.
Suseno U, Rosita R, Lebang Y. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Indonesia. In: Pedoman
Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta ;
Departemen Kesehatan ; 2005.
Sutanto, I., Is, S.I., Pudji, K.S., Saleha, S., 2009, Buku Ajar ParasitologiKedokteran, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 250-269.
WHO, 2005, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Degue.Panduan
Lengkap. Alih bahasa: Palupi Widyastuti. Editor BahasaIndonesia: Salmiyatun.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,58 77.
Widodo D. Sindrom renjatan dengue pada orang dewasa. In : Penatalaksanaan Kedaruratan di
Bidang Penyakit Dalam. Jakarta ; Pusat Informasi dan Penerbitan Penyakit Dalam
FKUI ; 2000.
Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
danPemberantasannya edisi kedua, Erlangga Medical Series, Jakarta, 59-67.
World Health Organisation, 2009, Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,Prevention

and Control, WHO, Geneva.


Zein U. Divisi Penyakit Tropik & Infeksi Fakultas Kedokteran USU Medan, In: Pedoman
Penatalaksanaan ODC Pasien DBD Dewasa. Medan ; 2004.

LAMPIRAN
KDRS

Dokumentasi

INTERVENSI

Lampiran 1 Formulir Pendaftaran Pasien Baru

REKAM MEDIS PELAYANAN DOKTER KELUARGA


DENGAN DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF

No Rm

Identitas Umum
Pasien

Nama Lengkap

Tempat Tanggal
Lahir

Jenis Kelamin

LAKI LAKI

PEREMPUAN

Agama

ISLAM

KRISTEN

KATHOLI
K

HINDU

Status
Perkawinan

KAWIN

BELUM
KAWIN

JANDA

DUDA

Alamat

DESA/KELURAH
AN

KABUPATEN/KO
TA

BUDHA

LAIN - LAIN

Pendidikan
Terakhir

SD

SMP

SMA

DIPLOMA

S1

Pekerjaan

PNS

WIRASW
ASTA

TNI/POL
RI

PELAJAR/M
AHASISWA

LAIN - LAIN

Kewarganegara
an

WNI

WNA

Cara
Pembayaran

ASURANSI SWASTA

BPJS

UMUM/MANDIRI

S2

LAIN LAIN

Nama
Penanggung
Jawab

Notelp/ Hp

Klinik Yang
Dituju

Balai Pengobatan Umum

Kesehatan Ibu Dan Bayi

Lansia

Rehabilitasi Medik

Dengan ini saya menyatakan setuju untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan yang
diperlukan dalam upaya kesembuhan / keselamatan jiwa saya/ pasien tersebut di atas

Semarang,

(.)

Anda mungkin juga menyukai