..
Disusun Oleh:
Fahrunisa
01.211.6386
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran
Keluarga Terhadap Pasien Leptospirosis.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka
menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat
diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Semarang
dr.Antonia Sadniningtyas, Kepala Puskesmas Pandanaran
3
4
Semarang
Seluruh Staf Puskesmas Pandanaran Semarang
Semua pihak yang telah membantu kami
dalam
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
........................................................................................
........................................................................................
iii
DAFTAR ISI
........................................................................................
........................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
3
1.3. Manfaat
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1. Leptospirosis
5
2.1.1. Pengertian Leptospirosis
5
2.1.2. Cara Penularan Bakteri Leptospira
9
2.1.3. Resevoar Penular
10
2.1.4. Gejala Klinis
10
2.1.5. Penyebab Penyakit
12
2.1.6.
Faktor
Resiko
..
13
2.1.7.
Diagnosis
Klinis
dan
Diagnosis
Banding.
14
4
2.1.8.
Tikus.
16
2.1.9.
Pengobatan
Penderita
17
2.2.
Sanitasi
Rumah
20
2.2.1.
Definisi
20
2.2.2.
Kriteria
Rumah
Sehat
20
2.2.3. Faktor Kondisi Sanitasi dan Pengaruh
Kejadian
23
2.3. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Leptospirosis
2.3.1.
Umur
27
2.3.2.
Status
Gizi
27
2.3.3.
Status
Ekonomi
28
2.3.4.
Perilaku
28
2.3.5.
Pekerjaan
29
BAB III STATUS PRESENT
30
A. Data Pasien
30
1. Identitas
30
2. Anamnesis
30
3. Pemeriksaan Fisik
31
4. Pemeriksaan Penunjang
31
5. Diagnosis
31
B. Data Perkesmas
32
1. Identitas Keluarga
32
2.Data Lingkungan
33
3. Data perilaku
33
4. Data akses pelayanan
terdekat
33
BAB IV ANALISA/PEMBAHASAN
34
BAB V SARAN
41
BAB VI IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
42
BAB VII KESIMPULAN
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh
dunia, khususnya di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis
serta memiliki curah
(WHO)
hujan
yang
menyebutkan kejadian
tinggi. World
Leptospirosis
Health
untuk
Organization
negara
subtropis
adalah berkisar antara 0,1-1 kejadian tiap 100.000 penduduk per tahun,
sedangkan di negara tropis berkisar antara 10100 kejadian tiap 100.000
penduduk per tahun (WHO, 2012). Indonesia
merupakan
negara
dengan
kejadian
sebagai
Leptospirosis
yang
negara tropis
tinggi
serta
Tengah diantaranya
Leptospirosis
adalah
telah mengakibatkan
penyakit
kematian
Pes
dan
penduduk
Leptospirosis.
di
beberapa
eptospirosis
pandanaran dari
mendapatkan
hasil
bahwa
beberapa
faktor
adalah
kondisi
Faktor
lingkungan
biologik
kejadian leptospirosis berat adalah adanya tikus di dalam rumah (Odd Ratio =
38,1 dengan 95% CI 8,6169,8).
Penyakit
leptospirosis
merupakan
penyakit
yang
sangat
memenuhi
salah
satu
persyaratan pencegahan
kriteria
penularan
rumah
sehat
penyakit
antar
tidak
berlebihan,
cukup
sinar
matahari
pagi, terlindungnya
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
Leptospirosis
berdasarkan
yang
mempengaruhi
faktor
terjadinya
Leptospirosis
1.2.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan
kesehatan
Leptospirosis
1.3 Manfaat
1.3.1. Bagi Masyarakat
1.3.1.1 Masyarakat mengetahui mengenai Leptospirosis.
1.3.1.2 Masyrakat mengetahui manfaat perilaku hidup sehat.
1.3.1.3 Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan
terhadap penyakit Leptospirosis.
BAB II
ANALISA SITUASI
A Cara Pengamatan dan Waktu Pengamatan
1 Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara dan kunjungan rumah.
2 Waktu pengamatan
Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi
lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di Wonodri Kopen III
RT 06/XI Wonodri Kelurahan Wonodri Semarang pada tanggal 2 Febuari 2016.
B Laporan Hasil Pengamatan
IDENTITAS PASIEN
Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara dengan pasien
dan catatan medis selama pasien berobat.
Nama
Umur
: 39 th
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal Berobat
: 1 Febuari 2016
PMO
: Bp.Sandiyoko(suami pasien)
ANAMNESIS HOLISTIK
ASPEK 1
5
PERSONAL
Keluhan Utama
Harapan
Kekhawatiran
ASPEK 2
pada
betis,nyeri
pada
kepala,nyeri
pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leptospirosis
2.1.1 Pengertian Leptospirosis
Leptospirosis
adalah
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
bakteri
yang berbentuk spiral dari genus leptospira patogen, menyerang hewan dan
manusia.Definisi zoonosa (zoonosis) adalah penyakit yang secara alami dapat
dipindahkan dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI,
2005:1) Bakteri zoonosis sebagai aspek penyebab leptospirosis. Dari
aspek transmisinya leptospirosis merupakan salah satu direct zoonosi
(host to hosttransmission) karena penularannya hanya memerlukan satu
vertebrata saja.Penyakit ini bebas berkembang di alam, di kalangan hewan
liar maupun domestik,dan
aspek
ini
penyakit
manusia
merupakan
tersebut termasuk
infeksi
golongan
terminal. Dari
anthropozoonosis.
pembesaran hati dan limpa, ikterus, dan ada tanda tanda kerusakan pada
ginjal (Depkes RI,2005:1).
2.1.1.1 Etiologi
Mikroorganisme
penyebab
leptospirosis
termasuk
dalam
genus
L. autumnalis,
L. bataviae,
L.tarrasovi,
L. panama,
L.
L.
menetap
dan
membentuk
koloni
serta
berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus
menerus akan ikut mengalir dalam filtrat urin. Penyakit ini bersifat musiman,
di daerah beriklim sedang, masa puncak insidens dijumpai pada musim
panas
dan
musim
gugur
karena
temperatur
adalah
faktor
yang
2.1.1.3 Patogenesis
Infeksi pada manusia biasanya terjadi akibat air minum atau
makanan yang terkontaminasi denga leptospira. Selaput mukosa dan kulit
yang terluka merupakan tempat masuk yang paling mungkin bagi leptospira
patogenik. Setelah masuknya bakteri ini, terjadi infeksi yang tersebar di
seluruh tubuh termasuk cairan serebrospinal dan mata, tetapi tidak timbul
lesi pada tempat masuk. Gerak yang
telah
diajukan
sebagai
menggangsir
(burrowing
motility)
10
nyata
dari
organ
kerusakan bukan pada struktur organ. Selain di ginjal, leptospira juga dapat
bertahan pada otak dan mata. Leptospira
dapat masuk
pada
fase
neurologi
terbanyak
yang
terjadi
sebagai
komplikasi
yang
untuk
seringkali
bengkok,
membentuk
kait.
mundur
atau
berbelok.
Leptospira
dapat
Leptospira
memiliki
flagella
periplasmik,
Spirochaeta
lainnya. Leptospira
berbeda
denga
spirochaeta
kuman
Leptospira
pada
hospes
secara
kualitatif
12
berkembang bersama
dengan
Leptospira.
masuknya
Namun
proses
infeksi
kuman
pada
secara
semua
resevoar
kuantitatif
berbeda,
bergantung kepada agen, host dan lingkungan. Melalui cara lain dapat saja
terjadi yaitu melaui permukaan mukosa, misalnya melalui abrasi, mukosa,
saluran hidung atau konjungtiva. KumanLeptospira akan masuk dalam
peredaran darah yang ditandai dengan adanya demam dan berkembang
pada target organ serta akan menunjukkan gejala infeksi
pada organ tersebut. Masa inkubasi dari leptospirosis 419 hari, rata
rata 10 hari. Penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi
(DepkesRI,2005:8). Gambaran
klinis
akan
bervariasi
bergantung
dari
kondisi manusianya, spesies hewan, dan umurnya. Kuman ini beberapa hari
akan tinggal pada organ seperti hati, limpa, ginjal dengan ditandai perubahan
patologis. Mekanisme sistemimunitas tubuh akan aktif apabila kuman
menjalar ke jaringan hati dan ginjal,serta berada si tubular ginjal (Depkes
RI, 2005:8).
Orang dengan profesi tertentu seperti petani yang mengerjakan
sawah, petugas rumah potong hewan, dokter hewan yang menangani ternak,
mempunyai
kecenderungan
besar
terinfeksi
bakteri.
mempunyai
kesempatan
bergerak
luas
melampaui
kepemilikian
lahan
merupakan
sumber
penularan
Tikus
yang
yang
batasbatas
potensial
(Soeharsono, 2002:41).
2.1.3 Resevoar Penular
Hewanhewan yang menjadi sumber penularan adalah rodent (tikus),
babi, sapi, kambing, domba, kuda, kucing, anjing, serangga, burung,
insektivora(landak, kelelawar, tupai), sedangkan rubah dapat berperan
13
klinis
leptospirosis
sangat
bervariasi,
mulai
dari
pembagian
gambaran
klinis
diatas,
bradikardi,
hipotensi,
dan oliguria
yang
kadang
juga
fase ini
terjadi
perbaikan
klinis
yang
ditandai
dengan
leptospira
sebagai
penyebab
leptospirosis
berbentuk
melengkung
hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap atau mikroskop phase
kontras. Leptospira peka terhadap asam dan dapat hidup dalam air tawar
15
selama kurang lebih satu bulan, tetapi dalam air laut, air selokan, dan air
kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati (Depkes RI, 2005:6).
Sifat dari bakteri Leptospira adalah spirochaeta yang bergelung
rapat sekali, berukuran 0,1 m x 0,6 m sampai 0,3 m x 20 m.
Amplitudo hilikel sekitar 0,1 sampai 0,15 m dan panjang gelombang
sekitar0,5m,padaujungselnya baik pada salah satu maupun keduanya
biasanya terikat pada semacam kait. Dua filamen aksial (flagella periplasmik)
dengan insersi polar terletak pada ruang perplasmik. Struktur protein flagella
sangat komplek, leptospira memperlihatkan dua bentuk yang berbeda
dalam
pergerakannya,
translatasi
dan
pada sekurangkurangnya satu dari dua antisera, maka pada dua strain
tersebut dnyatakan sebagai dua serovar yang berbeda (Depkes RI, 2005:6).
2.1.6 Faktor Risiko Manusia Terinfeksi Bakteri Leptospirosis
1. Petani dan peternak serta tukang potong hewan
2. Penangkap/penjerat hewan
3. Dokter/mantri hewan
4. Penebang kayu, pekerja selokan dan perkebunan
5. Berenang di sungai
6. Bersampan
7. Kemping
8. Berburu/kegiatan di hutan
9. Anjing piaraan dan hewan ternak
10. Genangan air hujan
11. Lingkungan tikus
12. Banjir (Aru W. Sudoyo, 2007:1824)
2.1.7 Diagnosis klinis dan diagnosis banding
Langkah untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pola klinis leptospirosis
tidak
dilingkungannya,
karena
berhubungan
dan
sakit
otot
hebat
terutama
daerah
betis
dan
paha
(Rusmini,2011:103).
2.1.7.2 Pemeriksaan fisik
Gejala klinis menonjol yaitu : ikterik,demam, mialgia, nyeri sendi
serta
conjungtival
merupakan
suffusion.
gejalaklinik
yang
Conjungtival
sering
suffusion
dan
ditemukan. Kelainan
mialgia
fisik
lain
laboratorium
umum
ini
tidak
terlalu
spesifik
secara
langsung
mendeteksi keberadaan
dengan
mencari
bakteri
leptospira
patogen
langsung
merupakan diagnosis
dengan
pasti
isolasi
leptospirosis.
langsung
meliputi
pemeriksaan
mikroskopik
Agglutination
Macroscopic
(MSAT),
Slide
Agglutination
Test
Test
(MAT),
Enzyme
Linked
dan
mamalia (hewan
sepakat
mencit
termasuk
menyusui).
Para
familia
Muridae
dari
ahli
zoologi
(ilmu
kelompok
hewan)
efektif.
Tidak
mempunyai
taring
dan
potong
yang
graham.Karakterisitik
berjalan
dengan
telapak
kakinya. Beberapa
jenis
rodensia
pada
rodensia
dan dapur. Umur hidup seekor tikus rata-rata mencapai 1 tahun dan
pembiakan cepat terjadi selama musim hujan, apabila terdapat banyak
makanan dan tempat untuk berlindung
2.1.9 Pengobatan penderita/tersangka
Pengobatan
terhadap
penderita
leptospirosis
dapat
dilakukan
terdiri
dari
pencegahan
primer
dan
sebagai
sasaran
dapat terhindar
dari
leptospirosis,
sehingga
tikus.Untuk
itu
dapat
dilakukan
beberapa
cara
seperti
penggunaan
satu dengan
epidemi leptospirosis
leptospirosis
yang
daerah
berbeda.
lain mempunyai
Seperti
diketahui
serovar
bahwa
sumber infeksi utama, oleh karena itu setiap program edukasi haruslah
melibatkan profesi kesehatan / kedokteran, dokter hewan dan kelompok
lembaga sosial masyarakat yang terlibat. Pokok-pokok cara pengendalian
leptospirosis
juga
memperhatikan
hasil
studi
Keputusan
No.829/MENKES/SK/VII/1999
Menteri
Tentang
Kesehatan
Persyaratan
RI
Kesehatan
sinar
matahari
pagi,
terlindunginya
makanan
dan
Menteri
Kesehatan
829/MENKES/SK/VII/1999
tentang
Republik
Indonesia
persyaratan
kesehatan
Tidak
terbuat
dari
bahan
yang
dapat
melepas
zat-zat
yang
b. Dinding:
Ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara. Kamar mandi dan tempat cuci harus kedap
air dan mudah dibersihkan.
c.
d.
Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, ruang
bermain anak.
f.
2.2.2.3 Pencahayaan
Pencahayaan alami yaitu berasal dari sinar matahari yang masuk ke
25
b.
Limbah
padat
harus
dikelola
agar
tidak
menimbulkan
bau,
yang berkaitan
tempat
tinggal,
biasa pada
daerah yang
padat
mengakibatkan
tikus
sembarang tempat. Jarak rumah yang kurang dari 500 m dari tempat
pengumpulan sampah menunjukkan kasus leptospirosis lebih besar dibanding
yang lebih dari 500 m (Dinkes propinsi Jawa Tengah 2005:26).
2.2.3.5 Kejadian banjir
Leptospirosis menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di
daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan dan kelembapan
tinggi(Depkes RI, 2003). Leptospirosis berhubungan dengan musim hujan,
dan musim hujan inilah yang sering menyebabkan banjir di beberapa
wilayah.
2.2.3.6 Keberadaan tikus di dalam rumah
Bakteri leptospira khususnya spesies L. ichterrohaemorrhagiae banyak
menyerang tikus besar seperti tikus wirok (Rattus norvegicus dan tikus
rumah(Rattus diardii). Sedangkan L.ballum menyerang tikus kecil (mus
musculus). Ada tidaknya tikus di dalam dan sekitar rumah yang ditandai
d engan ada tidaknya lubang tikus atau kotoran tikus.
2.2.3.7 Keberadaan hewan peliharaan
Selain pada tikus, Leptospira juga dapat menginfeksi hewan lain
28
seperti sapi, anjing, kuda, kambing, domba dan babi. Meskipun pada
hewan-
hewan tersebut
hanya
kemungkinan
kecil
terjadi.
Seperti
luas
rumah,
jumlah
dan
ukuran
ruangan
harus
orang
luas
rumah
tidak
sebanding
dengan
dan berpotensi terhadap penularan penyakit dan infeksi (Dinkes Prov Jateng,
2005).
Berdasarkan
Keputusan
Nomor828/Menkes/SK/VII/1999
Menteri
tentang
Kesehatan
Persyaratan
RI
Kesehatan
sebagai
penerangan,
cahaya
berperan
pula
sebagai
29
Cahaya
berperan
sebagai
germicid
karena
dan
data
umur
pada
saat
timbulnya
penyakit
tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi. Status gizi yang baik adalah
proteksi tubuh untuk melawan virus pathogen dalam tubuh. Sistem imunologi
yang
didukung
sepenuhnya
oleh
protein
tubuh,
akan
memberikan
akibat
infeksi virus dan bakteri oleh tubuh. Interaksi antara infeksi termasuk
penyakit leptospirosis dan gizi didalam tubuh seseorang dikemukakan
sebagai suatu peristiwa sinergik, selama terjadinya infeksi status gizi
akan menurun
dan
dengan
menurunnya
status
gizi
orang
tersebut
kebutuhan akan makanan sehat tidak terpenuhi maka dapat melemahkan daya
tahan tubuh, sehingga mudah terserang suatu penyakit (Indan Entjang, 2000:24).
Derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Masyarakat miskin
biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit.
Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan
karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Untuk menjamin akses
penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan kebijakan
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini
berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang pada
tahun 2014 sudah melebur menjadi satu yaitu BPJS. Seluruh rakyat Indonesia
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan gratis sesuai dengan
ketentuan BPJS.
31
2.3.4 Perilaku
Faktor perilaku yang terbukti berhubungan dengan kejadian leptospirosis
diantaranya adalah riwayat kontak dengan tikus, hewan peliharaan seperti
anjing, kerbau, sapi, perawatan luka, penggunaan alat pelindung diri, kebiasaan
mandi dan mencuci disungai. Selain itu riwayat kontak dengan genangan air
juga terbukti sebagai factor risiko terjadinya leptospirosis karena bakteri
leptospirosis dapat bertahan hidup di air sampai sekitar satu bulan terutama
dalam air tawar (Jurnalkesmas.ui,vol.8, 2013.)
2.3.5 Pekerjaan
Menurut Depkes RI (2008), faktor pekerjaan merupakan faktor risiko
yang cukup penting pada manusia, riwayat kontak dengan hewan yang
terinfeksi pada pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian, pekerjaan yang
sering kontak dengan air terutama disungai atau yang terdapat genangan air,
tempat pemotongan hewan, dan pekerjaan lain yang memungkinkan terjadi
kontak dengan hewan.
32
BAB III
STATUS PASIEN
A. Data Pasien
Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara dilakukan
dengan keluarga pasien, dikarenakan pasien sudah meninggal dunia.
3. Identitas Pasien
Nama
: Tn. Dadik (alm)
Jenis kelamin
: Laki-laki
TTL
: Semarang,
Umur
: 25 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Gergaji Balekambang Rt 02, Rw 07, Kel
Mugassari, Kec: Semarang Selatan
Pekerjaan
: Buruh Serabutan
Tgl Masuk RS
: 7 Agustus 2015
4. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2015
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 3 agustus pasien merasakan rasa nyeri otot, nyeri pada
betis, malaise, tidak nafsu makan, demam. Setelah itu pada
tanggal 6 agustus pasien mengalami kemerahan pada mata,
kekuningan pada kulit dan mata, leher kaku, nyeri perut, nyeri
pada persendian. Lalu keluarga membawa pasien kerumah sakit
ketileng pada tanggal 7 agustus 2015 dan pada tanggal 12
agustus 2015 pasien meninggal dunia. Pihak rumah sakit
melaporkan kejadian kasus leptospirosis ke Dinas Kesehatan
Kota Semarang lalu Dinas Kesehatan Kota Semarang
melimpahkan ke Puskesmas Pandanaran untuk dilakukan PE
pada tanggal 14 agustus 2015.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
c. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga penderita yang menderita Leptospirosis.
d. Riwayat Sosial Ekonomi
33
B. Data Perkesmas
1. Identitas keluarga
Nama KK
Umur
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Data Lingkungan
: Ny. Djumiyem
: 65 tahun
: Tidak sekolah
: Buruh serabutan
a. Data Individu :
Pasien belum menikah,
dan
masih
tinggal
bersama
orangtuanya, tinggal dalam satu rumah diisi oleh tiga kepala rumah
tangga, luas rumah 3x7 m2 dengan dua lantai. Pasien bekerja
sebagai buruh serabutan dan pencari kepiting di sungai.
34
b. Ekonomi
Penghasilan pasien tidak tetap karena pasien hanya bekerja
saat ada yang meminta bantuan tenaganya
c. Sosial
Keluarga pasien tidak pernah mengikuti kegiatan social di
lingkungannya. Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana
tidak ada jarak antara rumah ke rumah, rumah saling berhadapan
dengan jarak 2m. Lingkungan sekitar terlihat banyak terdapat
sampah berserakan dan tempat sampah yang sudah tidak layak
untuk di pakai sehingga sampah berserakan, dan banyak sekali
tikus di got saluran pembuangan. Saat dilakuan pemasangan
perangkap tikus selama 2 hari, hari pertama mendapat 7 ekor tikus,
hari kedua mendapat 12 ekor tikus.
2. Lingkungan rumah
- Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah rumah
pasien 3m x 7 m = 21 m 2 dan dihuni oleh 3 kepala rumah tangga.
Ventilasi rumah pasien berupa jendela sebanyak 2 buah @30cm x
15cm, dan pintu terdiri dari 1 pintu di depan rumah dan 1 pintu
belakang, rumah terdiri dari 2 lantai.
- Terdapat 1 MCK
- Lantai dasar rumah : lantai rumah terbuat dari keramik.
- Lantai kedua rumah : menggunakan kayu dan papan.
3. Data Perilaku
a. Keluarga pasien tidak rajin membersihkan rumah, menaruh barang
barang bekas didalam rumah, terlihat banyak barang barang
berserakan di rumah pasien.
b. Keluarga pasien juga mempunyai kebiasaan menaruh sisa makanan
di sembarang tempat.
35
menyelesaikan
permasalahan
Leptospirosis,
didapatkan
bahwa
36
membersihkan rumah
Pasien dan keluarga tidak membiasakan mencuci tangan menggunakan
keluarga.
Ventilasi rumah terdapat 2 buat berupa jendela didepan dan 1 pintu di
menggunakan kayu
Terdapat 1 MCK utnuk keperluan 3 kepela keluarga yang masing-
makanan
Berdasarkan dari kriteria rumah sehat secara umum sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan,
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2.
sinar
matahari
pagi,
terlindunginya
makanan
dan
39
4.1.1.
LINGKUNGAN
1. Akses ke Yankes
tidak jauh
Tidak ada indikasi
2. Akses Yankes ke
genetik mengarah
Pskesmas
penyakit
Pandanaran
Leptospirosis
3. Transportasi yang
digunakan untuk ke
PERILAKU
Yankes
sepeda
1. Keluarga pasien tidak rajin membersihkan rumah
motor milik sendiri
2. Memiliki kebiasaan meninggalkan sisa makanan disembarang
tempat
3. Pasien memiliki kebiasaan tidak memakai alas kaki saat kedapur
dan kamar mandi
4. Pasien dan kelaurga tidak memakai APD saat bekerja dan
memnersihkan rumah
5. Pasien dan keluarga tidak pernah mengikuti kegiatan penuyulahn
dan kegiatan sosial di lingkungan sekitar
Penderita
leptosirosis
40
4
0
3
0
1
0
D
E
2
0
JUMLAH
0
41
Keterangan :
A. Pasien dan keluarga tidak menerapkan PHBS dan tidak memekai
B.
C.
D.
E.
BAB V
SARAN
1. Untuk keluarga
Memotivasi keluarga apabila ada yang sakit demam disertai kekuningan
tempat terbuka.
Memotivasi untuk selalu hidup bersih dan sehat.
2. Untuk puskesmas
Meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang PHBS
Aktif melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk memeriksa
kebersihan dan kesehatan lingkungannya dan melapor ke puskesmas
sebagai tindakan pencegahan.
3. Untuk masyarakat
42
BAB VI
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tangg
Implementasi
Hasil
Memberi
Evaluasi
Keluarga
informasi
pasien
kepada
mengetah
keluarga
ui tentang
penderita
penyakit
tentang
Leptospiro
penyakit
sis dan
Leptospirosis
cara
dan cara
pencegaha
pencegahanny
nnya
Keluarga
al
penderita
43
Memotivasi
sudah
keluarga
mengetah
apabila ada
ui apabila
yang sakit
ada yang
demam dan
sakit
gejala gejala
demam
yang laing
dan gejala
yang
gejala
mengarah ke
yang
leptospirosis
mengarah
untuk segera
ke
dibawa ke
leptospiro
Puskesmas
sis untuk
segera
dibawa ke
Memotivasi
Puskesma
keluarga
untuk
membersihka
n rumah dan
Keluarga
mengubur
penderita
barang-barang
mengerti
bekas
pentingny
yang
tidak terpakai
a
membersi
44
hkan
Memotivasi
rumah dan
keluarga untuk
mengubur
tidak
barang-
melakukan
barang
kebiasaan
bekas
kebiasaan
yang tidak
yang
jelek
terpakai
seperti sering
meninggalkan
makan
dan
Keluarga
sisa makanan
penderita
di sembarang
mengerti
tempat.
pentingny
a menjaga
kebersihan
dan tidak
meninggal
kan
sisa
sisa
makanan
di
sembarang
tempat
45
Mengevaluas
Keluarga
penderita
hasil
implementasi
sudah
yang
melaksana
sudah
diberikan
kan
kepada
kegiatan
keluarga
membersi
penderita
hkan
rumah dan
mengubur
barangbarang
bekas
yang tidak
terpakai
Keluarga
penderita
sudah
tidak
melakuka
n
kebiasaan
menaruh
sisa
sisa
makanan
46
di
sembaran
g tempat
dan tidak
mengguna
kan
perlingdu
ngan diri
saat
bekerja.
47
BAB VII
KESIMPULAN
Factor lingkungan yang mempengaruhi kejadian Leptospirosis pada Tn, Dadik
adalah :
1)
Kepadatan penduduk
Pasien tinggal didaerah padat penduduk dengan tingkat kebersihan
lingkungan yang buruk. Seperti terdapat banyak sampah yang
berserakan, selokan yang terdapat sisa-sisa makanan dan banyak hewan
peliharaan (burung, kucing, dll.)
2)
Sanitasi Lingkungan
Didapatkan banyaknya barang-barang bekas yang berserakan
sehingga dapat digunakkan sebagai tempat sarang tikus. Dan kondisi
tempat sampah yang sudah tidak layak pakai membuat sampah jadi
berserakan.
3)
Kepadatan Vektor
Pada saat dilakukan pemasangan perangkap tikus selama 2 hari,
hari pertama mendapat 7 ekor sedangkan hari kedua mendapat 12 ekor
tikus, kepadatan vector tinggi risiko penularan penyakit Leptospirosis
meningkat.
4)
Perilaku Pasien
Pasien
mempunyai
kebiasaan
yang
buruk
yaitu
sering
48
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Priyanto,
2008,
Faktor
Risiko
yang
Berpengaruh
Terhadap
RI,
1999,
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
Kasus
dan
2003,
Pemeriksaan Laboratorium
Jenderal Pemberantasan
Pedoman
Tatalaksana
Leptospirosis
di
Rumah
Sakit,
Direktorat
2005,
Pedoman
Penanggulangan
Leptospirosis
Di
Indonesia,
Jakarta: Depkes RI Ditjen P2P danPLP
Dinkes Kota Semarang, 2010, Profil Kesehatan Kota Semarang 2010, Semarang:
DKK Semarang
Djoni
Djunaedi,
2007,
Kapita
Selekta
Penyakit
Infeksi
Bersumber
Rodensia (Tikus
2000,
Prinsip
Dasar
Kesehatan
Lingkungan,
2011,
&
Bahaya
Leptospirosis
(Penyakit
Kencing
Publishing
Soeharsono, 2002, Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan
ke Manusia 2,Jakarta:Kanisius
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Nasional
Vol . 8 ,
RI.2008.
Penatalaksanaan
Pedoman
Diagnosa
Penanggulangan
dan
Kasus
Leptospirosis di Indonesia
50
Dengan Hormat,
Kami mengharap kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi Daftra Kuesioner ini. Kuesioner ini
bertujuan untuk mengumpulkan data guna mendukung survey penyakit yang kami lakukan. Oleh
karena itu mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner (daftar pertanyaan). Atas
kesediaan Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
51