Anda di halaman 1dari 41

1

CASE REPORT
DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF DALAM
LAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP PASIEN
TUBERCULOSIS PARU DENGAN BTA POSITIF

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh:
Ruditya Lukman Hakim
01.211.6518

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
1

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Diagnosis Holistik Dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran
Keluarga Terhadap Pasien Tuberculosis Paru.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka
menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat
diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
dr. Antonia Sadniningtyas, selaku Kepala Puskesmas Pandanaran
yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami
menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di
2.

Puskesmas Pandanaran, Semarang.


Bu Sri Harningsih, selaku pembimbing Kepanitraan IKM di
Puskesmas Pandanaran yang telah memberikan bimbingan dan
pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Pandanaran, Semarang.

3.

Paramedis, beserta Staf Puskesmas Pandanaran atas bimbingan dan


kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh


dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami
sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil Laporan Kasus Diagnosis Holistik
dan Terapi Komprehensif Dalam Layanan Kedokteran Keluarga Terhadap Pasien
Tuberkulosis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak..

Semarang, Februari 2016


Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................

iii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iv

BAB

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................

C. Tujuan .......................................................................................

D. Manfaat.....................................................................................

BAB II ANALISA SITUASI


A. Cara Pengamatan dan Waktu Pengamatan................................

B. Laporan Hasil Pengamatan.......................................................

10

BAB III PEMBAHASAN


A. Gambaran Proses dan Masalah pada Kelima Aspek.................

26

B. Teori-Teori dari Penelitian........................................................

28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...............................................................................

34

B. Saran..........................................................................................

35

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

36

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB).TB masih menjadi
permasalahan sebagai penyakit infeksi pada paru. Penyakit ini masih
menjadi masalah global yang perlu mendapat perhatian untuk ditangani.
Angka Tb semakin meningkat karena penularan TB secara langsung
melalui percikan ludah atau dahak yang mengandung basil TB (Naga,
2013).
Pada tahun 2011, WHO telah memperkirakan kasus TB sebanyak
8,7 juta dan 1,4 juta meninggal. Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi
di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2013). Di
Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India
dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di
dunia. Pada tahun 2004, ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000
orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk
(Depkes RI, 2006). Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TB paru dan sekitar 140.000 kematian terjadi
setiap tahunnya disebabkan oleh TB paru. Bahkan, Indonesia adalah
negara ketiga terbesar dengan masalah TB paru di dunia setelah India dan
Cina.
Angka kejadian TB paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010
sebesar 107/100.000 penduduk, dan persentase kasus TB paru yang dapat
disembuhkan sebesar 89,3%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2015
akan turun sesuai dengan target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk)

(Dinkes Propinsi Jateng, 2010). Temuan kasus tuberkulosis paru di Jawa


Tengah hingga tahun 2011 mencapai 20.623 kasus yang tersebar dalam
tiga lembaga yaitu puskesmas sebanyak 15.003 kasus, rumah sakit
sebanyak 3.607 kasus dan BKPM/BP4 sebanyak 2.013 kasus. Data di kota
Semarang tahun 2011, kejadian kasus suspek TB paru sebanyak 15.001
kasus, sedangkan TB paru BTA positif sebanyak 989. Selain itu, tahun
2014 diperoleh data status suspek sebesar 11.540 orang, penderita BTA(+)
sebesar 1175 orang, kasus TB anak sejumlah 432 kasus (Dinkes Kota
Semarang, 2011).
Berdasarkan rekapitulasi kasus TB di Puskesmas Pandanaran tahun
2015 dari bulan Januari November jumlah penduduk dengan BTA (+)
sebanyak 20 kasus. Namun, pada tahun tahun 2014 dengan jumlah
penduduk yang BTA (+) sejumlah 27/99.264 penduduk. Dari uraian di
atas, penulis bermaksud ingin mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis di wilayah binaan Puskesmas
Pandanaran.
1.1. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis di wilayah binaan
Puskesmas Pandanaran?.

1.2. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk

memperoleh

berpengaruh

informasi

terhadap

TB

mengenai

berdasarkan

faktor-faktor
pendekatan

yang
Trilogi

Epidemiologi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku
yang mempengaruhi terjadinya TB.
1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi terjadinya TB.
1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan
yang mempengaruhi terjadinya TB.
1.3.2.4 Mengetahui dan memperbaiki pengetahuan mengenai
penyakit TB
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat bagi mahasiswa
1.4.1.1

Memberi masukan dan informasi ilmiah untuk

memperkaya keilmuan
1.4.1.2

Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang

lebih lanjut

1.3.2. Manfaat bagi masyarakat

1.4.2.1

Memberi

rekomendasi

langsung

kepada

masyarakat untuk memperhatikan perilaku dan lingkungan


tempat tinggalnya.
1.4.2.2

Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan

untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya


kesehatan promotif dan preventif

BAB II
ANALISA SITUASI
A. Cara Pengamatan dan Waktu Pengamatan
1. Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara dan kunjungan rumah.
2. Waktu pengamatan
Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk
mengamati kondisi lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga
pasien dilakukan di Wonosari RT 09/RW 04 pada tanggal 5
Februari 2016.
B. Laporan Hasil Pengamatan
IDENTITAS PASIEN
Data diperoleh dari observasi langsung (home visit), wawancara
dengan pasien dan catatan medis selama pasien berobat.
Nama

: Tn.D

Umur

: 37 th

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Wonosari RT. 09/ RW 04

Agama

: Islam

Tanggal Berobat

: 1 Januari 2016

PMO

: Ny.K

ANAMNESIS HOLISTIK
ASPEK 1

PERSONAL
Keluhan Utama

: Batuk berdahak

Harapan

: sembuh secepatnya sehingga bisa kerja

Kekhawatiran

: tidak sembuh dan penyakit makin parah

ASPEK 2
ANAMNESIS MEDIS UMUM
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh batuk berdahak sudah 2 bulan. Pasien sudah
berobat ke dokter tetapi tidak sembuh. Selain batuk berdahak, pasien
juga merasa badannya panas dan berkeringat saat malam hari, nafsu
makan menurun, berat badan menurun dan cepat mengantuk.
Kemudian pasien berobat ke Puskesmas Pandanaran dan disarankan
untuk tes BTA. Dan hasil tes BTA pasien (+) kemudian disarankan
mengikuti pengobatan rutin.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi.
-

Riwayat darah tinggi


Riwayat penyakit jantung
Riwayat alkohol
Riwayat merokok
Riwayat penyakit ginjal
Riwayat penyakit Anemia
Riwayat penyakit Diabetes

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Ya
: Ya
: Disangkal
: Ya

Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit Tuberkulosis.


Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan suami dan kedua anaknya. Pasien
bekerja sebagai security di pabrik. Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
Data Rumah
Rumah pasien luasnya 56 m2 yang dihuni oleh 5 orang sehingga
didapatkan kepadatan rumah 11,2 m2/orang. Di rumah pasien terdapat
beberapa jendela, jendela bagian depan rumah jarang di buka sehingga
ventilasi dan pencahayaan di rumah kurang. Lantai rumah bagian depan
semen, lantai rumah bagian belakang semen. Lingkungan sekitar rumah
padat. Pengambilan air bersih dari air PAM. Pasien memiliki WC
dirumah, sehari hari jika BAB di rumah. Biaya pengobatan pasien
ditanggung PRIBADI.
14 KRITERIA MASYARAKAT MISKIN MENURUT STANDAR BPS
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
(terpenuhi)
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu / kayu
murahan (terpenuhi)
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas
rendah / tembok tanpa diplester (terpenuhi)
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan
rumah tangga lain (tidak terpenuhi)
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
(tidak terpenuhi)
6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung /
sungai /air hujan (tidak terpenuhi)

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar /


arang / minyak tanah (tidak terpenuhi)
8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam
seminggu (Tidak terpenuhi)
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun (terpenuhi)
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari
(Tidak terpenuhi)
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas /
poliklinik( terpenuhi)
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan
luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan
dibawah Rp. 600.000,- per bulan (terpenuhi)
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak
tamat SD/ hanya SD (tidak terpenuhi)
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan
minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit,
emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.(tidak
terpenuhi)
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga
dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
Kesan: kategori tidak miskin berdasarkan BPS

ASPEK 3
FAKTOR RISIKO INTERNAL

11

Status gizi kurang terpenuhi


Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TBC
Tidak ada kesadaran akan kebutuhan membuka jendela
Tidak memakai masker
Masih membuang dahak sembarangan

ASPEK 4
FAKTOR RISIKO EKSTERNAL

Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok


Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Kurangnya dukungan keluarga dari istri karena hubungan tidak
begitu dekat

ASPEK 5
DERAJAT FUNGSIONAL
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah

ANAMNESIS KELUARGA
Gambar 2.1. Genogram

Keterangan Gambar:

: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki


: tanda gambar yang menunjukkan pasien
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan

: tanda gambar yang menunjukkan tinggal serumah


Bentuk dan Struktur Keluarga
Bentuk keluarga

: keluarga inti (nuclear family)

Struktur keluarga

struktur komunikasi

:terbuka.

Jika

ada

masalah

selalu

didiskusikan dan dicari penyelesaiannya


struktur peran
:
- pasien yang merupakan suami berperan sebagai security dan tulang
punggung keluarga
istri pasien sebagai karyawan pabrik
anak pasien belum berperan dengan baik karena masih jarang

membantu pekerjaan sehari-hari.


Struktur kekuatan
: expert power

ahli)

dan

informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)


Nilai/norma/budaya keluarga :
- Menurut pasien berobat ke pelayanan kesehatan hanya jika ada
-

keluhan yang parah


Menurut istri pasien berobat ke pelayanan kesehatan harus
disegerakan jika timbul keluhan

13

(pendapat

Fase Kehidupan Keluarga


Keluarga pasien berada di fase kehidupan masih tinggal bersama istri dan
anak-anaknya yang masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan
Identifikasi Fungsi Keluarga

Fungsi biologis
- Meneruskan keturunan ()
- Memelihara dan membesarkan anak ()
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga (kurang)
Fungsi psikologis
- Memberi perhatian diantara anggota keluarga ()
Fungsi sosial
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak (kurang)
Fungsi ekonomi
- Suami sebagai tulang punggung keluarga
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa depan ()
Risiko-Risiko Internal Keluarga

Ventilasi, higiene sanitasi kurang

Risiko-Risiko Eksternal Keluarga


Kurangnya pengetahuan serta penerapan masyarakat mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat.
Skala Fungsional Keluarga
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN


Tanda Vital
Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 87x/menit

RR

: 18x/menit

Temperature

: 36,3oC

Antropometri

: BB 43kg

TB 157 cm

BMI 18,6

Status Presens :
Kepala

: normocephal
Rambut

: hitam, uban (+), tidak mudah dicabut

Kulit kepala

: massa (-)

Wajah

: simetris, massa (-)

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),


refleks cahaya (+/+)

Telinga: deformitas (-/-), massa (-/-), sekret (-/-)


Hidung

: deformitas (-), sekret (-/-)

Mulut

: bibir pucat (-)

Leher

: pembersaran kelenjar getah bening (-), deviasi


trakhea (-)

Thorax
Inspeksi

: simetris, retraksi ruang sela iga (-), massa (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan


dinding dada simetris, fremitus vocal simetris

15

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

:rhonki (+)

Cor

: S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) seluruh lapang paru, Rhonki (+/+),


wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi

: datar, tanda-tanda inflamasi (-), massa (-), caput


meducae (-), spider nevy (-), distensi (-)

Auskultasi

: bising usus (+) normal, bising pembuluh darah (-)

Perkusi

: timpani (+), nyeri ketok (-), nyeri ketok CVA (-/-)

Palpasi

: nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien/ren tidak


teraba, tes undulasi (-), shifting dullness (-)

Pelvis

: deformitas (-), krepitasi (-), massa (-), nyeri tekan


(-)

Musculoskeletal

: gerakan bebas (+), deformitas (-), krepitasi (-),


nyeri tekan (-)

Saraf
Kaku kuduk

: Tidak ditemukan

Saraf kranialis : Dalam batas normal

Tabel 2.1. Pemeriksaan Saraf Motorik


Motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi

Kulit

Superior
N/N
5/5
N/N
N/N

Refleks fisiologis

: ++/++

Refleks patologis

: --/--

Inferior
N/N
5/5
N/N
N/N

: ikterik (-), petekhie (-), turgor kulit < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang

DIAGNOSIS HOLISTIK
ASPEK 1
PERSONAL
Keluhan Utama

: Batuk berdahak

Harapan

: sembuh sempurna

Kekhawatiran

: tidak sembuh dan penyakit makin parah

Aspek 2
Diagnosis kerja (klinis)

17

: Tuberculosis Paru dengan BTA Positif

Aspek 3
ASPEK 3
FAKTOR RISIKO INTERNAL

Status gizi kurang terpenuhi


Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TBC

ASPEK 4
FAKTOR RISIKO EKSTERNAL

Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok


Ventilasi, higiene sanitasi kurang

Aspek 5
Derajat Fungsional
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
Usulan Penatalaksaan Komprehensif
1. Identifikasi Masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap timbulnya penyakit Tuberculosis paru, yaitu:


Status gizi kurang terpenuhi
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TBC
Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Tidak ada kesadaran akan kebutuhan membuka jendela
Tidak memakai masker
Masih membuang dahak sembarangan
Kurangnya dukungan keluarga dari istri karena hubungan tidak

begitu dekat
Genting terbuat dari seng, pencahayaan kurang

HOST
1. Tingkat pengetahuan pasien yang

kurang mengenai Tuberkulosis

Gambar

2.2. Diagram Trilogi


Epidemiologi

19

ENVIRONMENT
1. Lantai

rumah

pasien

yang

masih

AGENT
menggunakan semen mengakibatkan
banyak debu.
Penyebab biologi bakteri M.Tb

2. Penataan rumah yang tidak teratur

mengakibatkan

kelembaban

Prioritas Masalah

rumah

Permasalahan

semakin tinggi.
3. Ventilasi rumah pasien yang tidak

yang

teridentifikasi tersebut kemudian

terpenuhi secara cukup mengakibatkan

ditentukan prioritas masalahnya

pencahayaan yang masuk kurang.


4. Tidak menggunakan masker

dengan menggunakan metode


Hanlon

kualitatif

dengan

Kelompok kriteria :
1. Kelompok

kriteria

Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus
segera ditanggulangi.Semakin pendek tenggang waktunya, semakin
mendesak untuk ditanggulangi.
2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran
kuantitatif berapa rupiah, orang dll.
3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)
Kecenderungan

atau

perkembangan

akibat

dari

suatu

permasalahan.Semakin berkembang masalah, semakin diprioritaskan.

Metode Hanlon Kualitatif


Tabel 4.1 Kriteria Urgency
masala
h

TH
(+)

A
B
C
D
E
F
G
TV (-)
TH (+)
Total
A
B
C
D
E
F
G

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB.


Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok
Genting terbuat dari seng, pencahayaan kurang
Tidak ada kesadaran akan kebutuhan membuka jendela
Tidak memakai masker
Masih membuang dahak sembarangan
Kurangnya dukungan keluarga dari istri karena hubungan tidak begitu
dekat
Tabel 4.2 Kriteria Seriousnes

masala
h
A

21

TH
(+)

B
C
D
E
F
G
TV (-)
TH (+)
Total
Keterangan:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB.


Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok
Genting terbuat dari seng, pencahayaan kurang
Tidak ada kesadaran akan kebutuhan membuka jendela
Tidak memakai masker
Masih membuang dahak sembarangan
Kurangnya dukungan keluarga dari istri karena hubungan tidak begitu
dekat
Tabel 4.3. Kriteria Growth

masala
h
A
B
C
D
E

TH
(+)

F
G
TV (-)
TH (+)
Total
Keterangan:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB.


Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok
Genting terbuat dari seng, pencahayaan kurang
Tidak ada kesadaran akan kebutuhan membuka jendela
Tidak memakai masker
Masih membuang dahak sembarangan
Kurangnya dukungan keluarga dari istri karena hubungan tidak begitu
dekat

Tabel 4.4 Urutan Prioritas Masalah


Masala
U

Total

Prioritas

h
A
B
C
D
E
F
G
Daftar Prioritas
A.
B.
C.
D.
E.
F.
23

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB.


Lingkungan tidak memadai karena banyak debu dan asap rokok
Genting terbuat dari seng, pencahayaan kurang
Tidak ada kesadaran akan kebutuhan membuka jendela
Tidak memakai masker
Masih membuang dahak sembarangan

G. Kurangnya dukungan keluarga dari istri karena hubungan tidak begitu


dekat
Dari

hasil

pemilihan

permasalahan

tersebut,

maka

kami

melanjutkan untuk menganalisis penyebab masalah dan menentukan


kegiatan sebagai solusi terhadap kasus tuberkulosis paru BTA positif di
wilayah kerja Puskesmas Pandanaran.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Proses dan Masalah pada Kelima Aspek
Aspek 1
Personal
Keluhan Utama
: Batuk berdahak
Harapan
: sembuh sempurna
Kekhawatiran : tidak sembuh dan penyakit makin parah
Batuk berdahak yang pasien keluhkan merupakan salah satu gejala dari
penyakit TB Paru
Harapan yang pasien sampaikan bisa digunakan untuk memotivasi
pasien agar mau menerima saran/nasihat/pengobatan dari dokter.
Aspek 2

Diagnosis kerja (klinis)


Penyebab

Tuberculosis

M.Tuberculosis

: Tuberculosis Paru dengan BTA positif


Paru

adalahi

infeksi

dari

bakteri

yang dihirup melalui inhalasi droplet dan juga

disebabkan status imunitas yang kurang sehingga perlu dilakukan


tatalaksana yang komprehensif
Aspek 3
Faktor Risiko Internal

Status gizi kurang terpenuhi


Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TBC

Faktor internal pasien terdiri dari faktor yang dimodifikasi dan bisa
dimodifikasi.
Aspek 4
Faktor Risiko Eksternal
Status ekonomi rendah karena hanya suami yang bekerja
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
Faktor risiko eksternal saling berhubungan dengan faktor risiko
internal
Aspek 5
Derajat Fungsional
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
Derajat fungsional pasien masih seperti biasanya dan tidak mengalami
penurunan

25

Intervensi
a Promotif
Patient centered
- Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit

TBC

Penjelasan tentang TBC meliputi : penyebab, tanda dan


-

gejalanya, pecegahan, pengobatan TB


Memberikan informasi mengenai tentang pentingnya

penggunaan masker dan cara batuk yang benar


Memberikan informasi penjelasan kepada pasien mengenai
penularan penyakit TB, terutama terhadap anak anak, karena
penderita memiliki dua anak dalam masa pertumbuhan.

Family focus
- Memberikan pendidikan sederhana mengenai penyakit

TBC

Penjelasan tentang TBC meliputi : penyebab, tanda dan


-

gejalanya, pecegahan, pengobatan TB


Memberikan saran untuk memeriksakan suami dan kedua
anaknya ke puskesmas

Community oriented
- Memberikan penyuluhan di daerah sekitar rumah pasien
mengenai TBC
b Preventif
Patient centered
- Memberikan alternatif penyelesaiaan, untuk selalu membuka
-

jendela rumah padi pagi hari hingga menjelang siang hari.


Memberikan edukasi bahwa pertukaran udara yang baik sebagai
faktor yang dapat menghindari dari berbagai penyebaran
penyakit ISPA.

Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan genting


kaca pada rumah yang kurang pencahayaan matahari, terutama

rumah bagian dalam dan kamar.


Family focus
- Semua anggota keluarga ikut serta menjaga kesehatan
lingkungan rumah meliputi: menjaga pencahayaan dan
-

sirkulasi udara yang cukup


Memberikan saran untuk diberikan vaksin
Makan makanan 4 sehat 5 sempurna
Menberi saran untuk mengkonsumsi vitamin untuk mejaga

daya tahan tubuh


Community oriented
- Memberikan informasi mengenai pemberian vaksin
- Memberi saran untuk menjaga daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan yang gizi nya terpenuhi serta
mengkonsumsi vitamin
a

Kuratif
Patient centered
1 Medikamentosa
PO :
R ) RIFAMPISIN,dengan dosis 10 ( 8 - 12 ) untuk dosis
perhari
( H ) ISONIAZID, dengan dosis 5 ( 4 - 6 ) untuk dosis
perhari
( E ) ETHAMBUTOL,dengan dosis 15 ( 15 - 20 ) untuk
dosis perhari
Z )PYRAZINAMID, dengan dosis 25 ( 20 - 30 ) untuk
dosis perhari dan
(selama 2 bulan pertama)

27

Family focus
Rehabilitatif
Patient centered
- motivasi kepatuhan minum obat
- perilaku hidup bersih dan sehat

-Menjaga gizi tetap baik, maka penderita diberitahukan


untuk menjaga kualitas dan kuantitas makanan di rumah
-menjaga kontak langsung ketika batuk
Family focus
- Dukungan keluarga agar pasien minum obat teratur
- Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol
ke puskesmas hingga dinyatakan sembuh oleh dokte

B. Teori-teori dari Penelitian


Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, masalah pada pasien ini antara
lain:

1. Tingkat Pendidikan
a. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan

seseorang

diantaranya

mengenai

rumah

yang

memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru,


sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan
mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain
itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis
pekerjaannya.
2. Kepadatan hunian kamar tidur
a. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan

dengan

jumlah

penghuninya

agar

tidak

menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping


menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain.
b. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya
dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif

tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.


Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m 2/orang. Untuk
kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk
mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat
tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90cm. Kamar tidur
sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami
istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara
yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum tingginya
2,75 m.
3. Pencahayaan
a. Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas
jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela
kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng
kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteribakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang
cukup.
b. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau
kurang lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya
yang lebih redup.
c. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari
segi

lamanya

proses

mematikan

kuman

untuk

setiap

jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca


tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih
cepat dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB
Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari
dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko
penularan antar penghuni akan sangat berkurang.
4. Ventilasi
a. Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal

29

ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni


rumah

tersebut

tetap

terjaga.

Kurangnya

ventilasi

akan

menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu


kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab
penyakit, misalnya kuman TB.
b. Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di
situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah
untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam
kelembaban (humiditiy) yang optimum.
c. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang
ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi
permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil
(dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga
diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
ruangan. Umumnya temperatur kamar 22 30C dari kelembaban
udara optimum kurang lebih 60%.
5. Kondisi rumah
a. Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan
penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat
perkembang

biakan

kuman.Lantai

dan

dinding

yag

sulit

dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan


dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya
kuman Mycrobacterium tuberculosis.
6. Kelembaban udara
a. Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,
dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan
temperatur kamar 22 30C. Kuman TB Paru akan cepat mati

bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup


selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
7. Status Gizi
a. Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

orang

dengan

status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB


Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup
atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh
terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik
terhadap penyakit.
8. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,
keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan
kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya
kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan
sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi
buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun
sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.

31

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya TB pada kasus ini
berdasarkan pendekatan HL Blum adalah :
Perilaku

Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB.

Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga akan


kebutuhan membuka jendela, mendapatkan cahaya yang cukup.

Lingkungan

Jumlah dan ukuran ventilasi kurang memadai

Genting terbuat dari asbes, tidak ada genting kaca, pencahayaan


kurang.

Genetik

Tidak ada masalah

Pelayanan Kesehatan

Tidak ada masalah

Saran
Untuk pasien

Makan teratur dengan gizi seimbang

Tidak menggunakan alat makan bergantian dengan keluarga

Istirahat cukup

Minum obat secara teratur

Menjaga perilaku hidup bersih (menjaga kebersihan rumah, tempat


makan, tempat tidur, pakaian, kamar mandi).

Olahraga yang teratur

Tidak membuang dahak sembarangan.

Menjaga sebisa mungkin untuk dapat menggunakan masker,


terutama ketika sedang mengasuh anak.
Untuk Keluarga

Mengawasi minum obat

Menjaga kebersihan rumah secara rutin dan teratur.

Menambah ventilasi udara dan dibuka dari pagi sampai menjelang


siang.

Mengganti genting dengan genting tanah, kemudian memberi


genting kaca.

33

Untuk Puskesmas

Meningkatkan kegiatan kunjungan rumah untuk meningkatkan


pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyebab, akibat
dan cara penanganan TB dan dampak buat lingkungan. Serta
penularan dan pencegahan TB pada masyarakat dalam lingkungan
perumahan.

Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko dan


bahaya TB.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. Tuberculosis Masa Datang. Dalam : Palilingan JF, Maranatha D,
Winarni (penyunting). Naskah Lengkap Simposium Nasional TB Update
2008, SSurabaya. PPDI; 2008 : 102-7.
Amin Z, Asril B. Tuberculosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-4.Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: 2006
Batrah,Vandana, et al. Pediatric Tuberculosis [homepage on the internet].
Medscape. [Updated 2012 October 11; cited 2013 April 19]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/969401-overview
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.

Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke 8, Jakarta.


Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2010,

Laporan tahunan program

penanggulangan TB. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah.


Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2011

Dinkes Kota Semarang, 2011, Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2011.
Semarang: Dinkes Kota Semarang.
Gould, D. Brooker, C. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta:
EGC.
Kompas.

2011.

Turun,

Peringkat

Indonesia

untuk

Penderita

Jumlah
TB.

http://www.tempo.co/read/news/2011/02/24/173315793/Tur
un-Peringkat-Indonesia-untuk-Jumlah-Penderita-TB. diakses
tanggal 7 Maret 2014.
Kuswantoro. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru Primer
pada Anak Balita di BP4 Purwokerto Karya Ilmiah Akhir. Semarang.
Program Magister FKM Undip ; 2008
Mukono, 2000,

Prinsip Dasar KesehatanLingkungan, Surabaya: Airlangga

University Press
Naga. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta : Diva
Press
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat : Prinsip-prinsip dasar.
Cetakan ke-2. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta
Nurhidayah

I,

et

a l . 2 0 0 7 . Hubungan

Antara

Karakteristik

Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) Pada


Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

35

Price. A,Wilson. 2004 L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep


Klinis
Th. Erlien, 2008, Penyakit Saluran Pernapasan, Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya, Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
World Health Organizantion, 2013. World Tuberculosis Day,24 March 2013.
http://www.who.int/campains/tbday/2013/event/en/#.UmdRW8U4aqA.
Diakses tanggal 09/10/2013 pukul 22:05

LAMPIRAN 2
Foto Keadaan Rumah Pasien

37

39

Foto Intervensi

Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang TB dan pemberian


masker

Bersama pasien dan


isterinya

Anda mungkin juga menyukai