Anda di halaman 1dari 22

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gempabumi (earthquake) adalah getaran tanah yang ditimbulkan oleh lewatnya gelombang
seismik yang dipancarkan oleh suatu sumber energi elastik yang dilepaskan secara tiba-tiba.
Gelombang yang dipancarkan menjalar melalui batuan - batuan di dalam bumi. Gempabumi
merupakan salah satu fenomena alam yang sangat merusak dan sering kali lebih menakutkan
dibandingkan dari letusan gunung berapi, karena guncangan gempabumi akibat patahan ini langsung
terjadi pada tanah, yang sejak dulu dianggap stabil (Emmons dkk, 1960).
Kepulauan Indonesia merupaan kepulauan yang mempunyai tingkat seismisitas dan intensitas
gempabumi yang tinggi. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak pada jalur Sirkum Pasifik yang
merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia dibagian Utara, lempeng Pasifik
dibagian Timur dan lempeng Indo-Australia dibagian Selatan (Ibrahim dalam Aryanti, 2005).

Gambar 1.1 Peta Lempeng Indonesia (sumber : https://ekobudiarta.wordpress.com/2012/08/)

Jawa Timur memiliki banyak catatan gempa. Gempa dengan magnitudo >5 SR yang terjadi di
Jawa Timur antara lain :
1. Gempa Banyuwangi 3 Juni 1994, dengan kekuatan 7,2 SR dengan kedalaman 18km.
Gempa dangkal yang berpusat di Samudra Indonesia yang diakibatkan patahan naik
berarah barat-timur memunculkan tsunami(Wisyanto,2003;2005)
2. Gempa berkekuatan 6,8 SR dengan kedalaman 10km. Pada 13 Oktober

2011, pukul

10:16:27 WIB. Lokasi Gempa 9.89 LS - 114.53 BT (143 km BaratDaya Nusadua Bali).
3. Gempa di Barat Daya Banyuwangi Jawa Timur, yang terjadi kurang lebih 12kali selama
bulan September 2012 dengan kekuatan antara 5,1-5,8 SR.
1

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
4. Gempa berkekuatan 5,9 SR dengan kedalaman 10km. Pada 08 Juli 2013, pukul 09:13:39
WIB. Lokasi Gempa 9,16 LS-113 BT (112 km Tenggara Kabupaten Malang Jatim).
5. Gempa berkekuatan 5,6 SR dengan kedalaman 10km. Pada 14 Juli 2014, pukul 12:05:02
WIB. Lokasi gempa 9,06LS-111,24BT (104km Tenggara Pacitan Jatim).(INATEWS
BMKG).
Banyaknya aktivitas gempa pada suatu daerah sangat rentan untuk terjadinya peristiwa tanah
bergerak atau pergerakan tanah. Peristiwa ini mengakibatkan keruntuhan, tilting pada bangunan,
retakan tanah, kelongsoran dan lain-lain (Soebowo, dkk.2009).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui zonasi dari daerah yang rentan terjadi gempa di pulau
Jawa khususnya Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis ini kemudian dapat diketahui kemungkinan
bahaya terjadinya resiko kegempaan sehingga mitigasi bencana dapat dilakukan dengan lebih
optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan nilai percepatan tanah maksimum (Peak
Ground Acceleration) untuk mengetahui nilai PGA Jawa Timur. Pada penelitian ini metode
perhitungan Percepatan Tanah yang digunakan adalah metode McGuire.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Berapakah nilai percepatan tanah maksimum (Peak Ground Acceleration) di Jawa Timur
untuk setiap kabupaten?
2. Bagaimanakah distribusi percepatan tanah dalam kelompok zona bahaya resiko gempa di
Jawa Timur untuk setiap kabupaten?
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui nilai percepatan tanah maksimum (Peak Ground Acceleration) di Jawa Timur
untuk setiap kabupaten.
2. Mengetahui distribusi percepatan tanah dalam kelompok zona bahaya resiko gempa di
Jawa Timur untuk setiap kabupaten.
1.4. Batasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi terarah sesuai dengan yang diinginkan, maka permasalahan yang
akan dibahas harus diberi batasan. Adapun batasan masalah adalah sebagai berikut :
1. Wilayah yang dipelajari adalah wilayah Jawa Timur yang terletak antara 111,0BT
114,4 BT dan 7,12LS 8,48 LS.
2. Data kegempaan yang digunakan adalah data gempabumi dengan M > 5SR Jawa Timur
selama adanya rekaman data di BMKG Tretes-Pasuruan.
3. Metode yang digunakan adalah metode McGuire, dengan jarak episenter merupakan
parameter utama untuk menghitung nilai PGA di titik pengukuran.

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Struktur Bumi
Untuk memahami gempabumi, kita harus terlebih dulu memahami tentang bumi. Struktur
bumi dibedakan menjadi 2 yaitu struktur bumi global dan struktur bumi lokal.
2.1.1. Struktur Bumi Global
Struktur bumi global, susunan internal bumi dapat dibedakan menjadi tiga lapisan utama,
yaitu:
1. Kerak (crust)
Kerak bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua
kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai
ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar
20-70 km.. Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan tanah
dan batuan. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup.Suhu
di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 derajad Celcius. Lapisan kerak
bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
2. Selimut atau mantel (mantle)
Selimut

merupakan

lapisan

yang

terletak

di

bawah

lapisan

kerak

bumi.Tebal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan


padat.Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000C.
3. Inti (core).
Inti bumi terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%),
nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 29005200 km.
Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti
luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200C. Inti dalam

merupakan pusat bumi

berbentuk bola dengan

diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang
suhunya mencapai 4500C.
Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan
mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri
dari kerak bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan
beban permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku. Di
bawah litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer.Astenosfer hampir
berada dalam titik leburnya dan karena itu bersifat seperti fluida. Astenosfer mengalir
akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu.Lapisan berikutnya mesosfer. Mesosfer
3

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
lebih kaku dibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer
terdiri dari sebagian besar selubung hingga inti bumi. Permukaan bumi ini terbagi atas
kira-kira 20 pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan
lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi yang
padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas.Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng
itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair.Arus konveksi memindahkan panas
melalui zat cair atau gas, yang membuat lempeng-lempeng dapat bergerak, yang dapat
menimbulkan getaran yang terjadi dipermukaan bumi.

Gambar 2.1 Struktur Lapisan Bumi (sumber: http://maggiesscienceconnection.weebly.com/)

2.1.2

Struktur Bumi Lokal


Gempabumi lokal akan menjadi kompleks karena dipengaruhi oleh struktur kerak
bumi yang kompleks dan bervariasi secara regional. Gambar 2.2melukiskan struktur
kerak bumi yang umum, yakni struktur kerak benua (continental crust, gambar a) dan
struktur kerak samudra (oceanic crust, gambar b).

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
Gambar 2.2 Struktur kerak bumi, fase gelombang dan penjalaran untuk: a). kerak
benua, dan b). Kerak samudra (Bath dalam Waluyo, 1979).

Dalam gambar tersebut OO adalah permukaan kerak bumi, CC adalah


diskontinuitas Conrad yaitu diskontinuitas antara lapisan ats (granit) dan lapisan bawah
(basalt), dan MM adalah diskontinuitas Mohorovisic (Moho). Dalam hal ini, kecepatan
gelombang seismic di dalam material mantel lebih besar dari pada di dalam basal, dan
kecepatan gelombang di dalam basalt lebih besar daripada di dalam

granit.

Dalam

keadaan ini, gelombang kepala dapat terjadi pada proses pembiasan gelombang pada
bidang batas CC (Conrad)maupun MM (Moho).

2.2 Teori Tektonik Lempeng


Lempeng Tektonik adalah konsep dasar ilmu kebumian yang menyatakan bahwa
permukaan bumi terdiri dari lempeng-lempeng yang saling bergerak relatif satu sama lain.
Berdasarkan konsep Lempeng Tektonik, permukaan bumi terdiri dari beberapa lempeng
utama, yaitu:
1. Lempeng Eurasia
2. Lempeng Amerika Utara
3. Lempeng Amerika Selatan
4. Lempeng Afrika
5. Lempeng Indo-Australia
6. Lempeng Pasifik
7. Lempeng Antartika
8. Lempeng Nazca, dan beberapa lempeng mikro diantaranya
9. Lempeng Pilipina
10. Lempeng Caribia
11. Lempeng Arabia dan
12. Lempeng India

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

Gambar 2.3 Peta Tektonik Lempeng Kepulauan Indonesia dan Sekitarnya


(sumber: https://iwandrsgeo81.wordpress.com/)

Menurut teori tektonik lempeng, permukaan bumi terbagi sekitar 20 pecahan besar
yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng hampir sama dengan
litosfer.

Gambar 2.4.Gambaran gerak lempeng (sumber: https://wordpress.up.edu/totle/)

Arus konveksi memindahkan panas melalui zat cair atau gas. Seperti gambar poci kopi
menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair. Para ilmuwan menduga arus konveksi
di selubung itu yang membuat lempenglempeng bergerak. Karena suhu selubung amat
panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti cairan yang tipis. Lempeng lempeng itu bergerak seperti roda berjalan berukuran besar.
Pada batas lempeng dapat diketahui cara bergeraknya yaitu bisa saling menjauh, saling
bertumbukan, atau saling menggeser ke samping.
a. Batas Konvergen (Convergent Boundaries), yaitu 2 lempeng saling
bertemu dan bertumbukan.
6

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

Gambar 2.5 Lempeng yang saling menumbuk (sumber: https://wordpress.up.edu/totle/)

b. Batas Divergen (Divergent Boundaries), yaitu 2 lempeng bergerak saling


menjauh.

Gambar 2.6. Dua lempeng bergerak saling menjauh (sumber: https://wordpress.up.edu/totle/)

c. Batas Transform (Transform Boundaries), dimana 2 lempeng bergerak


saling bergesekan secara horizontal.

Gambar 2.7. Dua lempeng bergerak saling bergesekan secara horizontal


(sumber: https://wordpress.up.edu/totle/)

Pada batas lempeng-lempeng konvergen (utama maupun mikro) tersebut terjadi


deformasi kerak bumi yang sangat intens serta akumulasi stress (tegangan) yang tinggi.
Jika suatu saat kerak bumi tidak mampu lagi menahan lagi stress, maka terjadi

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
pergerakan mendadak (sudden slippage) pada batas antar lempeng (utama maupun
mikro), sehingga terjadi gempabumi.

2.3 Gempabumi
Kebanyakan gempabumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat
ditahan lagi oleh pinggiran lempengan dan ada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
Akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang akhirnya menciptakan
gelombang seismik. Gelombang seismik merupakan rambatan energi yang disebabkan
adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya patahan atau adanya ledakan. Energi
akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer. Efek yang
ditimbulkan gelombang seismik tersebut dikenal dengan fenomena gempabumi.
2.3.1 Gempabumi Lokal
Gempa lokal adalah gempa dengan jarak episenternya terhadap stasiun
pencatat tidak melebihi dari 800 ratus kilometer, sehingga kelengkungan
bumi dapat diabaikan (Gunawan dalam Susilawati, 1985).
2.3.2 Gempabumi Jauh atau Teleseismik
Teleseismik adalah gempa dengan jarak episenternya terhadap stasiun
pencatat lebih dari 1000 kilometer (Sumner dalam Susilawati, 1970).
Pada tahun 1878, R. Hoernes dari German mengusulkan klasifikasi gempabumi,
yang masih valid sampai sekarang (Waluyo, 2002), yaitu:

Gempabumi Vulkanik
Gempa Vulkanik adalah Gempa yang terjadi akibat meningkatnya aktivitas
gunung berapi yang disebabkan oleh naiknya magma dari perut Bumi ke
permukaan Bumi. Magma kemudian mendesak batuan batuan yang ada di
atasnya sehingga menyebabkan terjadinya getaran di muka Bumi.

Gempabumi Tektonik
Gempabumi

Tektonik

merupakan

Gempabumi

yang

disebabkan

oleh

penyesaran karena perlipatan kerak bumi, pembentukan pegunungan dan


sebagainya yang secara umum berupa gerakan dalam bumi padat (Waluyo,
2002).

Gempabumi Runtuhan
Gempa yang disebabkan oleh runtuhnya lubang-lubang didalam bumi, seperti
tambang, gua, dan sebagainya. Setiap kejadian gempabumi akan menghasilkan
informasi seismik berupa rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah
8

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
proses

manual

atau

non manual

akan

menjadi

data.

Informasi

seismik

selanjutnya mengalami proses pengumpulan, pengolahan dan analisa sehingga


menjadi parameter gempabumi (Daz Edziwa, 2008)
Parameter gempabumi meliputi:
a) Waktu Terjadinya Gempabumi (Origin Time)
Waktu terjadinya gempa bumi menunjukkan waktu terlepasnya akumulasi energi
dari sumber gempabumi. Origin Time dinyatakan dalam satuan waktu internasional GMT.
OT = RP (P H)

... (1)

Keterangan:
OT = waktu terjadinya gempa
RP = pembacaan waktu gelombang P pada stasiun
P-H = Jeffreys Bullent
b) Episenter
Episenter merupakan pusat gempa di permukaan bumi sebagai proyeksi dari fokus
gempa di dalam bumi. Jarak episenter gempabumi menggunakan data S-P (selisih waktu
datang gelombang S dengan waktu datang gelombang P). Sedangkan lokasi episenter
dinyatakan dalam koordinat geografis (derajat lintang dan bujur). Untuk menentukan
letak titik episenter digunakan persamaan berikut:
(

( )

( )

) ( )(
) ( )(

... (2)
)

... (3)

dengan episenter L adalah titik lintang episenter, episenter B adalah titik bujur
episenter, (N / S ) i adalah setengah amplitudo gelombang pertama dari
gelombang P pada komponen utara atau selatan, (E /W ) i adalah setengah
amplitudo gelombang pertama dari gelombang P pada komponen timur atau barat,
adalah derajat yang ditentukan dari nilai Jeffreys-Bullent, stasiun L adalah titik lintang
stasiun, stasiun B adalah titik bujur stasiun, sedangkan i (resultan impuls) didapat dari
persamaan

( )

( )

... (4)

c) Kedalaman Gempa (Hiposenter)


Penentuan kedalaman sumber gempa dari permukaan bumi, ditentukan dari
pembacaan pias seismogram setengah amplitudo maksimum dari gelombang P pada
komponen vertikal. Untuk menentukan kedalaman gempa dipakai persamaan:
h=i-i(vertikal)

... (5)
9

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
dengan h adalah kedalaman gempa (0), i didapat dari persamaan 4 dan (vertikal ) i
adalah setengah amplitudo gelombang pertama dari gelombang P pada komponen vertikal.
Hiposenter dinyatakan sebagai jarak kedalaman dalam satuan km (10 = 111 km).
d) Magnitudo
Magnitudo adalah

ukuran untuk menyatakan kekuatan gempabumi berdasarkan

energi yang dipancarkan pada saat terjadinya gempabumi dan dinyatakan dalam Skala
Richter.
Magnitudo gempa dapat dibedakan atas:
Magnitudo Lokal (ML)
Magnitudo lokal ML diperkenalkan oleh Richter untuk mengukur magnitudo
gempa-gempa lokal di California Selatan. Rumus yang dipakai untul menghitung
ML adalah:
ML= log A + 3 log - 2,92
dengan ML adalah magnitudo lokal, A adalah amplitudo maksimum getaran
tanah (m) dan adalah jarak episenter dengan stasiun pengamat (km), <600 km.
Magnitudo Gelombang Badan (Mb)
Magnitudo gempa yang diperoleh berdasarkan amplitudo gelombang badan (P
atau S). Rumus yang dipakai untuk menghitung Mb adalah:
Mb= log (A/T) + f(,h) + c
dengan Mb adalah magnitudo bodi, A adalah amplitudo gelombang P (m), T
adalah periode (sekon), f(,h) adalah fungsi jarak dan kedalaman dan c adalah
koreksi stasiun.
Magnitudo Momen (Mw)
Magnitudo momen merupakan magnitudo berdasarkan harga momen seismik.
Momen seismik adalah dimensi pergeseran bidang sesar atau dari analisa
gelombang pada broadband seismograf. Magnitudo ini dirumuskan:
Mw= (log M0)/1,5 10,73
dengan Mw adalah magnitudo momen dan M0 adalah momen seismik.
Magnitudo Durasi (Md)
Magnitudo durasi merupakan jenis magnitudo berdasarkan lamanya getaran
gempa. Magnitudo ini berguna dalam kasus amplitudo getaran sangat besar (off
scale) yang dirumuskan:
Md= a log + b + c
dengan Md adalah magnitudo durasi, adalah lamanya getaran (sekon), adalah
jarak hiposenter (km), a,b,c adalah konstanta.
Magnitudo gelombang permukaan (Ms)
10

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
Magnitudo

permukaan

berdasarkan

amplitudo

gelombang

permukaan.

Magnitudo ini digunakan untuk menghitung kekuatan gempa dengan jarak


lebih dari 600 km, periode 20 sekon, dan gempa dangkal (h<60 km)
dirumuskan:
Ms= log A+ log +
dengan Ms adalah magnitudo permukaan, A adalah amplitudo maksimum
(m), adalah jarak episenter (km) dan , adalah konstanta.

2.4 PGA ( Peak Ground Acceleration)


Peak Ground Acceleration atau percepatan tanah maksimum akibat gempabumi
adalah percepatan getaran tanah maksimum yang terjadi pada suatu titik pada posisi tertentu
dalam suatu kawasan yang di hitung dari akibat semua gempabumi yang terjadi pada
kurun waktu tertentu dengan memperhatikan besaran magnitudo dan jarak hiposenternya,
serta periode dominan tanah di mana titik tersebut berada. Percepatan gelombangnya sampai
kepermukaan

bumi

dengan

satuan cm/detik2

(gal) dan di ukur menggunakan alat

accelerograph.
Pada umumnya, model empiris percepatan tanah dapat dibedakan menjadi 2
golongan,yaitu:
1. Model Empiris menggunakan data historis gempabumi, di antaranya sebagai berikut:
a. Mc Guirre R.K (1963) ditulis sebagai berikut:
= ( 473,3 ) 100.278M(R+25)-1.30
= Percepatan tanah (gal)
M adalah magnitudo gelombang permukaan (SR),
R adalah jarak hiposenter (km).
R2= 2 + h2
= jarak episenter (km)
h= kedalaman sumber gempa (km)
b. Kawashumi (1950) ditulis sebagai berikut:
Log = M-5.45-0.00084 (R-100) + (Log100/R) (1/0.4342)
= Percepatan tanah (gal)
M adalah magnitudo gelombang permukaan (SR)
R jarak hiposenter (km).
c. Guttenberg Richter ditulis sebagai berikut:
Log = 1/3 0,5
= Percepatan Tanah (gal)
M= Magnitudo gelombang permukaan (SR)
Io= Intensitas gempa pada sumber MMI
11

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
2. Model empiris yang menggunakan data periode dominan tanah yang merupakan hasil
pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat micrometer.
Percepatan tanah efektif yang bekerja pada massa bangunan bergantung kepada
berbagai faktor antara lain kekuatan gempa bumi (magnitudo), kedalaman sumber
gempa bumi, jarak sumber gempa ke lokasi, kualitas bangunan dan sebagainya.
Makin besar magnitudo makin besar energi yang dikeluarkan sumber gempa. Hal
ini akan mengakibatkan semakin besar pula bencana yang ditimbulkannya. Kondisi
setempat
merupakan

juga

berpengaruh

pada

tingkat

sumber kerusakan dinyatakan

kerusakan bangunan.

Faktor

yang

dalam parameter percepatan tanah.

Sehingga data percepatan tanah maksimum akibat getaran gempabumi pada suatu
lokasi menjadi penting untuk menggambarkan tingkat resiko gempabumi pada suatu
lokasi tertentu. Semakin besar percepatan tanah maksimum disuatu tempat, semakin
besar resiko gempa bumi yang terjadi. Perumusan ini tidak selalu benar, bahkan
dari suatu metoda lainnya tidak selalu sama. Namun cukup memberikan gambaran
tentang resiko tinggi terhadap kerusakan gempa bumi pada suatu daerah (Edziwa,
2008).
2.5 Pengaruh Percepatan Tanah Terhadap Bangunan
Percepatan tanah efektif yang bekerja pada massa bangunan bergantung kepada
berbagai faktor antara lain kekuatan gempa bumi (magnitudo), kedalaman sumber gempa
bumi, jarak sumber gempa ke lokasi, kualitas bangunan dan sebagainya.
Proses kerja gaya yang mengenai bangunan, ( Sulaiman, 1971) sebagai berikut:
1. Gempabumi

akan melepaskan energi gelombang yang dapat menjalar di

permukaan tanah. Bila gelombang ini sampai pada pondasi bangunan dan
menggerakkan bangunan, sehingga pondasi yang mulanya diam akan melakukan
tanggapan dan getaran yang berupa reaksi inersia yang arahnya berlawanan
dengan kinerja getaran yang diterima pondasi, begitu pula bagian lainnya dari
bangunan itu.
2. Getaran yang diteruskan ke bagian atas akan diteruskan kembali ke bagian
bawah. Namun gaya horizontal itu tidak bekerja murni pada bangunan karena
diimbangi oleh gaya berat bangunan.
2.6 Intensitas
Skala MMI (Modified Mercalli Intensity)
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini
diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun
1902. Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang
yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat
kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan
12

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu,
saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan
gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi
Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat
peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Tabel 2.1 Tabel Skala MMI

Skala MMI

Tingkat Kerusakan

Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa


orang.

II

Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang


digantung bergoyang.

III

Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk
berlalu.

IV

Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh
beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding
berbunyi.

Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun,


gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar
tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

VI

Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan


lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak,
kerusakan ringan.

VII

Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan


bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang
konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong
asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.

VIII

Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak


pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari
rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air
menjadi keruh.

IX

Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak


lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya.
Pipa-pipa dalam rumah putus.

Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari


pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap
sungai dan di tanah-tanah yang curam.

XI

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak,


terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah
13

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
terbelah, rel melengkung sekali.
XII

Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah.


Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

Tabel 2.2 Tingkat Resiko Gempabumi (Fauzi dkk, 2005 dalam Hidayah, Cahyo 2014)

No

Tingkat Resiko
Gempabumi

Nilai Percepatan Tanah


(gal atau cm/sec2)

Intensitas
(MMI)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Resiko sangat kecil


Resiko kecil
Resiko sedang satu
Resiko sedang dua
Resiko sedang tiga
Resiko besar satu
Resiko besar dua
Resiko besar tiga
Resiko sangat besar satu
Resiko sangat besar dua

<25
25-50
50-75
75-100
100-125
125-150
150-200
200-300
300-600
>600

<VI
VI-VII
VII-VIII
VII-VIII
VII-VIII
VIII-IX
VIII-IX
VIII-IX
IX-X
>X

2.7 Kondisi Geologi Jawa Timur


2.7.1.

Letak, Batas, dan Luas Jawa Timur


Struktur Geologi Jawa Timur di dominasi oleh Alluvium dan bentukan hasil
gunung api kwarter muda, keduanya meliputi 44,5 % dari luas wilayah darat ,
sedangkan bantuan yang relatif juga agak luas persebarannya adalah miosen sekitar
12,33 % dan hasil gunung api kwarter tua sekitar 9,78 % dari luas total wilayah
daratan. Sementara itu batuan lain hanya mempunyai proporsi antara 0 - 7% saja.
Batuan sedimen Alluvium tersebar disepanjang sungai Brantas dan Bengawan Solo
yang merupakan daerah subur. Batuan hasil gunung api kwarter muda tersebar
dibagian tengah wilayah Jawa Timur membujur kearah timur yang merupakan
daerah relatif subur. Batuan Miosen tersebar disebelah selatan dan utara Jawa Timur
membujur kearah Timur yang merupakan daerah kurang subur. Bagi kepulauan
Madura batuan ini sangat dominan dan utamanya merupakan batuan gamping.

2.7.2.

Iklim
Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson sebagian besar wilayah
(52%) Jatim mempunyai iklim tipe D. Keadaan suhu maksimum rata - rata
mencapai 33C sedangkan suhu minimum rata - rata mencapai 22C. Keadaan
curah hujan pertahun di Jawa Timur mempunyai karakteristik Sebagai berikut :
a. < 1.750 mm ; meliputi 35,54%
14

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
b. 1.750 - 2.000 mm ; meliputi 44,00%
c. > 2.000 mm ; meliputi 20,46%
Dan pada ketinggian di atas + 500 m. mempunyai fungsi hidrologis yang penting
dan memerlukan usaha pengawetan tanah dan air.
2.7.3.

Fisiografi
Menurut Van Bemmelen (1949), Jawa timur dibagi menjadi enam zona Fisiografi
dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berlikut:

Dataran Aluvial Jawa Timur

Antiklinorium Rembang

Zona Depresi Randu blatung

Antiklinorium Kendeng

Zona Pusat Depresi Jawa

Busur Vulkanik Kuarter

Pegunungan Selatan

Gambar 2.8 Peta Fisiografi Jawa Timur ( Van Bemmelen, 1949)

15

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Rancangan Penelitian
Penelitian percepatan tanah maksimum (Peak Ground Acceleration) diawali
dengan mengumpulkan data kejadian gempa di Jawa Timur yang dapat direkam oleh
BMKG dengan magnitudo > 5SR. Data yang dikumpulkan adalah data dengan
parameter gempabumi seperti waktu terjadinya gempabumi, lintang, bujur,
kedalaman, magnitudo, dan episenter. Data-data tersebut diperoleh dari stasiun
seismik yang merekam kejadian gempabumi.
Dari data-data yang sudah didapatkan, hasil magnitudonya dikonversi sesuai
dengan intensitas yang digunakan, kemudian dihitung nilai percepatan tanah
maksimum (PGA) dengan menggunakan metode McGuire menggunakan perhitungan
Ms. Excel. Setelah didapatkan nilai percepatan tanah maksimum kemudian dibuat
peta kontur percepatan tanah maksimum dengan menggunakan perangkat lunak
ArcGIS 10.2.2.

3.2.

Data Penelitian
Data gempa yang digunakan dalam penelitian ini adalah data histori gempa yang
dimiliki oleh BMKG dengan karateristik data sebagai berikut:
1. Data histori gempa dari Stasiun Geofisika BMKG Tretes kemudian diklasifikasikan
berdasarkan kriteria pencarian yaitu :
a. Koordinat lintang : 5 LS 11 LS
b. Koordinat bujur : 110,0 BT 115 BT
c. Magnitudo gempa : >5,0 SR

3.3.

Lokasi Penelitian
Data dari penelitian Percepatan Tanah Maksimum Jawa Timur Menggunakan
Metode Mcguire Berdasarkan Data Gempa Jawa Timur diambil dari katalog Stasiun

Geofisika BMKG Tretes. Untuk proses menganalisis data dapat dikonsultasikan


dengan staff atau pembimbing lapangan dari BMKG maupun dengan dosen
pembimbing di Universitas Negeri Surabaya.

16

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
3.4.

Diagram alir
Gambaran rencana penelitian secara umum dan khusus dapat dilihat pada
gambar 3.1 (diagram alir penelitian) dan gambar 3.2 (diagram alir pengolahan data)

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

17

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

Mulai

Data kejadian gempa


Jawa Timur

Deskripsi data
Lintang : 5LS 11 LS
Bujur : 110,0BT 115 BT
Magnitudo : >5 SR

Konversi skala
magnitudo

Tidak
Sesuai
kriteria?

Cut data
Ya

Penentuan Jarak
Grid penelitian

Perhitungan nilai
intensitas
gempabumi
Perhitungan nilai
percepatan tanah
maksimum
Peta Kontur percepetan
tanah maksimum

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data

18

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Gambar 4.1 Hasil Perhitungan Nilai PGA menggunakan metode McGuirre untuk Gempa Jawa Timur 1815 hingga
April 2015 yang dipetakan menggunakan perangkat lunak ArcGis 10.2.2.

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan Data Gempa Indonesia yang diambil dari
rekaman data Gempa BMKG diperoleh data mulai tahun 1815 hingga April 2015
sebanyak 3876 data, yang kemudian dikerucutkan menjadi hasil pencarian wilayah
Jawa Timur dengan Magnitudo 5 SR diperoleh sebanyak 457 data (lampiran).
Kemudian dilakukan penentuan titik pengamatan sebanyak 187 titik(lampiran).
Dari seluruh gempa Jawa Timur yang sudah diperoleh, kemudian dihitung nilai PGA
untuk setiap titik pengamatan dengan menggunakan perumusan dari McGuirre, dan
diambil nilai PGA terbesar tiap titiknya untuk selanjutnya dipetakan menggunakan
perangkat lunak ArcGis 10.2.2 sehingga diperoleh hasil seperti Gambar 4.1 diatas.
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui hasil perhitungan Peak Ground
Acceleration (PGA) untuk wilayah Jawa Timur mulai tahun 1815 hingga April 2015
untuk magnitudo 5 SR, berkisar antara 50 hingga 213 gal. Secara umum, pola
19

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
kontur dari metode McGuire ini membentuk pola lingkaran pada wilayah sekitar
Lumajang. Dengan nilai PGA terbesar terletak diantara Kabupaten Lumajang,
Malang, Probolinggo dan Pasuruan yang ditandai dengan warna merah, dengan hasil
PGA antara 116,45 hingga 212,41 gal(cm/s2). Selanjutnya untuk wilayah
Probolinggo bagian timur, Jember bagian barat, Mojokerto, Sidoarjo, sebagian
wilayah Malang Trenggalek, Ponorogo, dan Blitar bagian timur memiliki nilai PGA
antara 116,45 hingga 150,13 gal. Wilayah Pacitan memiliki PGA antara 116,45
hingga 169,2 gal. Untuk wilayah Bondowoso, Situbodo, Kediri, Magetan, dan
Wilayah Jawa Timur bagian utara memiliki nilai PGA yang lebih kecil dari wilayah
sebelum-sebelumnya, yaitu antara 50,36 hingga 116,45 gal. Untuk lebih jelasnya,
berdasarkan interpretasi diatas kemudian dibuat tabel zonasi tingkat resiko
Gempabumi untuk seluruh kabupaten di Jawa Timur.
Tabel 4.1. Pembagian Zona Bahaya Wilayah Jawa Timur Berdasarkan Nilai PGA dari Gempa Jawa Timur 1815
hingga April 2015

Metode McGuirre
No

Kabupaten /
Kota

PGA (cm/sec2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Tuban
Sumenep
Situbondo
Bojonegoro
Ngawi
Tulungagung
Kediri
Madiun
Nganjuk
Lamongan
Gresik
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Banyuwangi
Magetan
Ponorogo
Trenggalek
Jombang
Surabaya
Sidoarjo
Mojokerto
Blitar

50,35-87,85
50,35-87,85
50,35-87,85
73,87-101,83
87,85-116,45
101,83-116,45
87,85-116,45
87,85-116,45
87,85-116,45
50,35-101,83
50,35-101,83
73,87-101,83
50,35-116,45
50,35-116,45
73,87-101,83
101,83-132,34
101,83-132,34
101,83-150,13
87,85-132,34
87,85-132,34
101,83-150,13
101,83-150,13
101,83-150,13

Zona Bahaya
Resiko sedang
dua

Resiko sedang
tiga

Resiko besar
satu

20

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
24
25
26
27
28
29
30
31

Bondowoso
Pacitan
Malang Kota
Jember
Malang
Pasuruan
Probolinggo
Lumajang

73,87-132,26
116,45-169,20
150,13-169,18
73,87-169,18
116,45-212,41
132,34-212,41
116,45-212,41
150,13-212,41

Resiko besar
dua

Resiko besar
tiga

Berdasarkan perhitungan nilai PGA menggunakan metode McGuire yang kemudian


dipetakan sehingga menghasilkan gambar 4.1, yang kemudian diperjelas dengan pembuatan
tabel 4.1 sebagai pembagian zona resiko gempa berdasarkan nilai Pga Gempabumi Jawa
Timur mulai tahun 1815 hingga April 2015 diketahui bahwa wilayah yang beresiko cukup
tinggi adalah wilayah Lumajang. Berdasarkan jurnal yang dimuat dalam DPPM-UII tentang
Analisis Percepatan Tanah Maksimum Pulau Jawa Menggunakan Metode McGuire
berdasarkan Data Gempa Tahun 2005-2013 diperoleh nilai PGA dengan kisaran nilai 9-206
gal dengan nilai PGA yang tinggi berada di wilayah pantai selatan Jawa., termasuk di Jawa
Timur yaitu Pacitan dan Malang, namun dalam kasus ini terdapat anomali disekitar wilayah
Lumajang, Malang, bahkan sampai pada Wilayah Probolinggo dan Pasuruan. Hal ini
dikarenakan kami mengambil data yang rentangnya cukup jauh, sehingga memiliki nilai
PGA yang lebih besar dari nila-nilai PGA dengan metode yang sama yang pernah dilakukan.
Dalam kasus ini, semakin jauh rentang waktu yang digunakan, maka akan semakin besar
nilai PGA yang dihasilkan dan hasil pemetaannya juga cukup menghasilkan perbedaan.

21

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa Jawa Timur
memiliki percepatan tanah Maksimum yang sedang hingga tinggi yaitu dengan kisaran PGA antara 50
hingga 213 gal. Dimana nilai PGA tertinggi terdapat di Kabupaten Lumajang, sebagian Malang,
sebagian Pasuruan dan sebagian Probolinggo. Nilai PGA yang rendah diantara lainnya berada di
wilayah pantai utara seperti Pulau Madura, Gresik, Tuban dan Lamongan. Dari perbedaan tingkat
PGA yang diperoleh, diketahui adanya perbedaan zona resiko bahaya. Dalam kasus ini, Jawa Timur
sampai saat ini, memiliki resiko zona bahaya mulai dari resiko sedang dua hingga resiko besar tiga.

22

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Anda mungkin juga menyukai