ABSTRAK
Penggunaan tempat pengobatan tradisional masih menjadi pilihan
seseorang yang mengalami patah tulang untuk mengobati sakitnya. Namun,
seringkali pemilihan tempat pengobatan tradisional ini merupakan tindakan
beresiko tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang
melatarbelakangi pasien patah tulang berobat ke pengobatan tradisional ahli
tulang di Sumedang. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif dengan sampel sebanyak 34 responden yang didapat secara accidental
sampling. Peneliti menggunakan instrumen yang dibuat berdasarkan indikator
yang ada pada teori health belief model. Kuesioner ini berisi 35 item pertanyaan
dengan menggunakan perhitungan mean dalam analisis data. Hasil penelitian ini
menunjukkan tiga faktor yang paling mempengaruhi seseorang memilih berobat
ke pengobatan tradisional yaitu faktor motivasi untuk menyembuhkan sakitnya
(64,7%), kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan rintangan (61,76%), dan
pelayanan kesehatan dan kepercayaan terhadap penyedia layanan (71,88%).
Ketiga faktor ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden memiliki
keinginan yang tinggi untuk sembuh, yakni dengan berobat ke tempat pelayanan
kesehatan. Institusi kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak
pengobatan tradisional, baik itu untuk pelatihan bagi penyedia layanan maupun
sebagai tempat rujukan.
Kata Kunci : faktor kepercayaan, faktor motivasi, patah tulang,
pengobatan tradisional ahli tulang
ABSTRACT
There are people who experienced bone fracture have a choice to use the
health traditional treatment. But, sometimes this choice has high risk for them.
The design of this research used approximation of quantitative description, with
34 samples that used accidental sampling technique. Researcher used instrument
that was made by herself, but according to the indicator in health belief model
theory.This questionnaire had 35 questions using mean formula in data analysis.
The output of this research show three factors that have the most influence
someone to take medicine to traditional bone treatment, motivation factor
(64,7%), belief can receive benefits and barriers (61,76%), and health service and
Susi Hanifah Kurnia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang)
Email : usi_muti9@yahoo.co.id
belief in the healer (71,88%). Health institution can makes a training for bone
healer or that institution can be used for referral place.
PENDAHULUAN
digunakan oleh anggota masyarakat tersebut terdiri dari rumah sakit, praktek
dokter, puskesmas atau pustu, petugas kesehatan, dan dukun atau pengobatan
tradisional (Notoatmodjo, 2010).
Penggunaan tempat pengobatan tradisional masih menjadi pilihan seseorang
yang mengalami patah tulang untuk mengobati sakitnya. Data dari profil
kesehatan Indonesia pada tahun 2007 menyebutkan bahwa pengobatan tradisional
rata-rata masih 6,23% menjadi pilihan masyarakat pada waktu mereka sakit, yaitu
6,09% merupakan masyarakat perkotaan dan 6,37% adalah masyarakat pedesaan.
Perilaku kesehatan masyarakat menentukan pilihan masyarakat terhadap
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan mana yang digunakan untuk mendapatkan
penanganan fraktur. Perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kepercayaan masyakat
terhadap kesehatan. Model kepercayaan kesehatan (The Health Belief Model)
menjadi dasar dalam perilaku masyarakat ini, dengan variabel-variabel pada
kerangka teorinya adalah persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility),
persepsi terhadap keseriusan sakit (perceived severity) yang merupakan persepsi
terhadap ancaman (perceived threat), persepsi terhadap manfaat dan rintanganrintangan (perceveid benefits and barriers), serta isyarat atau tanda-tanda
pendorong (cues to action) (Lewin, 1954; Becker, 1974 dalam Glantz, 2002).
Selain itu teori health belief model tersebut memperlihatkan bahwa perilaku
kesehatan bergantung pada tiga jenis faktor, yaitu adanya motivasi untuk
mengobati sakitnya, belief in health threat, dan kepercayaan akan mendapatkan
manfaat maupun rintangan dari tindakan yang dilakukan (Kitko, Lisa., et al,
2008). Faktor-faktor ini memperlihatkan variabel-variabel yang menentukan
seseorang dalam memilih tindakan yang akan didapatkan untuk mengobati
Susi Hanifah Kurnia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang)
Email : usi_muti9@yahoo.co.id
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang faktor-faktor yang
melatarbelakangi pasien dengan patah tulang berobat ke pengobatan tradisional
ahli tulang. Penelitian ini mengambil tempat di enam tempat Pengobatan
Tradisional Ahli Tulang di Sumedang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni
2012.
Susi Hanifah Kurnia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang)
Email : usi_muti9@yahoo.co.id
Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien patah tulang dan
populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien patah tulang yang berobat
di enam pengobatan tradisional ahli tulang di Sumedang, dengan rata-rata jumlah
pasien adalah 33 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik accidental
sampling, dimana pengambilan sampel diambil pada responden yang secara
kebetulan ditemui penulis di tempat penelitian dan cocok dengan ketentuan
sampel yang digunakan pada penelitian ini (Nawawi, 2005). Adapun untuk jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang responden.
Penulis menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis, dengan
kriteria indikator yang diambil berdasarkan teori Health Belief Model (Becker,
1974 dalam Glantz, 2002). Instrumen sebelumnya diuji validitas dan reabilitasnya,
sehingga dapat diketahui apakah instrumen tersebut memenuhi syarat untuk
menjawab permasalahan penelitian atau tidak. Kuisioner tersebut diisi langsung
oleh responden yang sebelumnya penulis menginformasikan cara pengisiannya
terlebih dahulu pada pasien fraktur rawat inap maupun pasien rawat jalan yang
berobat di pengobatan ahli tulang tersebut. Kuesioner yang diberikan pada
responden diisi dan dikumpulkan pada hari yang sama dan selanjutnya data
diolah.
Data yang telah terkumpul dari pernyaataan pada kuesioner skala likert
dianalisis dengan menggunakan rumus mean. Pengkategorian dari masing-masing
responden dilakukan berdasarkan kriteria :
- Faktor dikatakan mendukung jika nilai mean
- Faktor dikatakan tidak mendukung jika nilai < mean
Karakteristik
Usia
0-5 tahun
6-11 tahun
12-17 tahun
18-40 tahun
41-65 tahun
> 65 tahun
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP/SLTP
SMA/SLTA
PT
Agama
Islam
Kristen
Status Perkawinan
Menikah
Blm menikah
Janda/Duda
Pekerjaan
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Mahasiswa
Pelajar
Buruh
Ibu Rumah Tangga
Pensiunan
Pengangguran
Suku Bangsa
Sunda
Jawa
Frekuensi (f)
Presentase (%)
0
5
7
15
5
2
0
14,7
20,6
44,1
14,7
5,9
22
12
64,7
35,3
1
10
11
9
2
2,99
31,71
32,35
26,97
5,98
32
2
94,12
5,88
10
22
2
29,41
64,7
5,89
3
7
2
12
2
4
1
3
8,82
20,59
5,88
35,29
5,88
11,76
2,94
8,84
27
7
79,41
20,59
Persentase
64,7%
responden
yang
dipengaruhi
oleh
faktor
motivasi
untuk
Persentase
50%
Persentase
61,76%
tindakan memilih tempat pengobatan ahli tulang untuk mengobati fraktur yang
dilaminya. Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintanganrintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya
manfaat lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan
dalam tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadi, semakin besar manfaat yang
dirasakan seseorang terhadap suatu tindakan tertentu maka ia akan memilih
melakukan tindakan tersebut.
Data demografi tersebut
kesehatan merupakan salah satu aspek dari gaya hidup yang ditentukan oleh
lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Individu-individu yang berbeda pekerjaan
atau tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam
mengerti
dan
bereaksi
terhadap
kesehatan
mereka.
.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Faktor Pelayanan Kesehatan dan Kepercayaan
terhadap Penyedia Layanan
Faktor Pelayanan
Kesehatan dan
Kepercayaan terhadap
Penyedia Layanan
Kenyamanan ketika
berobat ke pengobatan
ahli tulang, kepuasan
terhadap tindakan yang
didapatkan, tindakan
penyedia layanan,
perlakuan penyedia
layanan, dan fasilitas yang
menunjang.
Persentase
23 orang
71,88%
28,12%
10
segala
hal
(Kresno,
2003
dalam
Notoatmodjo,
2003).
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Faktor Isyarat atau Tanda-Tanda Pendorong (Cues to
Action)
Faktor Isyarat atau
Tanda-Tanda Pendorong
(Cues to Action)
Pengaruh media massa
dan pengaruh
teman/keluarga terhadap
pemilihan pengobatan ahli
tulang sebagai tempat
berobat.
Persentase
55,88%
11
akhirnya faktor eksternal ini mempengaruhi keputusan orang yang sakit ini untuk
memilih
tempat
pelayanan
kesehatan
mana
yang
akan
digunakan.
.
SIMPULAN
Hasil penelitian didapatkan tiga faktor yang paling berpengaruh untuk
responden dalam menentukan kepetusannya untuk memilih tempat pelayanan
kesehatan seperti apa yang akan digunakan, yaitu faktor motivasi untuk
menyembuhkan sakitnya, faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan
rintangan dari tindakan yang dilakukan, serta faktor pelayanan kesehatan dan
kepercayaan terhadap penyedia layanan. Ketiga faktor ini didasari oleh teori
health belief model. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden
memiliki keinginan yang tinggi untuk sembuh, yakni dengan berobat ke tempat
pelayanan kesehatan. Untuk menentukan jenis pelayanan kesehatan seperti apa
yang dipilihnya, responden juga mempertimbangkan manfaat maupun rintangan
yang akan didapat dari pelayanan kesehatan tersebut. Responden juga
memperhatikan bentuk pelayanan kesehatannya serta memperhatikan penyedia
layanan di tempat pelayanan kesehatan tersebut. Yang pada akhirnya, responden
memilih tempat pengobatan tradisional ahli tulang untuk mengobati patah tulang
yang dialaminya daripada ke tempat pelayanan kesehatan formal lain seperti
rumah sakit atau puskesmas.
.
SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
terhadap tindakan keperawatan. Sehingga perawat perlu meningkatkan mutu dan
Susi Hanifah Kurnia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor- Sumedang)
Email : usi_muti9@yahoo.co.id
12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
2010. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia. 2007. Data Persentase
Perilaku Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat Jalan. Jakarta : Profil
Kesehatan Indonesia.
Glanz, K., Rimer, B. K., and Viswanath, K. 2008. Health Behavior and Health
Education : Theory, Research, and Practice. San Francisco : Jossey-Bass.
Kitko, L. and Hupcey, J. E. 2008. Factors that Influence Health-Seeking
Behaviors of Patients Experiencing Acute Stroke. Journal of Neuroscience
Nursing : 333-340.
Kompas News. 2008. Korban Bengkel Tulang Meningkat. Available at
http://kesehatan.kompas.com/read/2008/07/21/18392665/Korban..quot.Bengk
el.Tulang.quot..Meningkat diakses 16 September 2011.
_______ . 2008. Patah Tulang, Tak Perlu Disambung. Available at
http://nasional.kompas.com/read/2008/01/24/17160290 diakses 16 September
2011.
13
McKenzie, J.F., Pinger, R.R., dan Kotecki, J.E. 2007. Kesehatan Masyarakat :
Suatu Pengantar Edisi 4. Alih Bahasa Utami, A., Nurlinawati, I., Hippy, N.S.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Noorkasiani., Heryati., dan Ismail, R. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
_______ . 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
_______ . 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Shaikh, B. T., Haran, D., Hatcher, J., and Azam, S. I. 2007. Studying Health
Seeking Behaviours : Collecting Reliable Data, Conducting Comprehensive
Analysis. Cambridge University Press : 53-68.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Volume 3. Alih Bahasa Waluyo, A. Jakarta : EGC.
14