REFERAT MINI
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEI 2015
UNIVERSITAS PATTIMURA
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
CHANCROID
Disusun Oleh:
Fahrianis Laitupa
NIM. 2009-83-027
Pembimbing
dr. Eman Arif Rahman
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit infeksi
Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducrey) dengan gejala klinis yang khas berupa
ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dengan sering disertai pernahanan
kelenjar getah bening regional. Chancroid merupakan penyakit yang endemik dan
tersebar didaerah tropik dan subtropik, terutama di kota dan pelabuhan. Perbaikan
tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya frekuensi penyakit ini di negaranegara yang lebih maju. Selain penularan melalui hubungan seksual, secara
kebetulan juga dapat mengenai jari dokter atau perawat. Frekuensi pada wanita
dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran membuat diagnosis. Penyakit
ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa faktor menunjukan
bahwa terdapat pembawa kuman (carrier) basil ducrey, tanpa gejala klinis, biasanya
wanita tuna susila.1,2
Penyebabnya
negative, anaerobic fakultatif, berbentuk batang pendek dengan ujung bulat, tidak
bergerak, tidak membentuk spora dan memerlukan hemin untuk pertumbuhannya.
Adanya trauma atau abrasi, penting untuk organisme melakukan penetrasi
epidermis. Pada lesi, organisme terdapat dalam makrofag dan neutrofil atau bebas
berkelompok (mengumpul) dalam jaringan interstisial. Basil H. ducrey masuk ke
kulit melalui epitel yang rusak, biasanya menyertai trauma akibat hubungan
seksual. IL-8 menginduksi PMN dan makrofag membentuk pustule intradremal. IL6 menstimulasi ekspresi reseptor sel T IL-2 yang akan menstimulasi CD4 pada
daerah tersebut. H. ducreyi mensekresi cytolethal distending toxin (HdCDT) yang
3
mengakibatkan apoptosis dan nekrosis sel. Toksin ini menghambat proliferasi sel
dan menginduksi kematian sel sehingga terlihat bentukan ulkus. Limfadenitis yang
dihubungkan dengan respon inflamasi piogenik. Supurasi dihubungkan dengan
jumlah neutrofil yang sangat banyak dan sejumlah kecil basil. Pada bubo hampir
tidak ditemukan mikroorganisme dan juga tetap tidak bisa dijelaskan.1,2,3
Penegakan diagnosis Choncroid berdasarkan gambaran klinis yang didapat
dari pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis
ataupun untuk menyingkirkan diagnosis.1,2,3
Penatalaksanaan dapat berupa sistemik maupun lokal. Prognosisnya Baik,
karena bersifat lokal, tidak meluas secara sistemik. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit akan sembuh sempurna.1,4,5
BAB II
DIAGNOSIS
II.1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan secara rinci mengenai bercak lesi: sejak
kapan, onset, lokasi, warna sebelumnya atau sekarang, bentuk sebelumnya atau
sekarang, nyeri atau tidak, bernanah atau tidak, gatal atau tidak serta mencari faktor
risiko terpaparnya infeksi.1,4
II.2. Pemeriksaan Fisis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
Lesi kebanyakan multipel, jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada
daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, dalam 24-48 jam
papula akan berubah menjadi pustul, kemudian mengalami erosi dan ulserasi. Ulkus
berukuran kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbetuk cawan,
pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi halo eritematosa. Ulkus sering
tertutup jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan granulasi yang mudah
berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat predileksi pada laki-laki ialah
permukaan mukosa preputium, glans penis, sulkus koronarius, frenulum penis, dan
batang penis. Dapat juga timbul lesi dalam uretra, skrotum, perineum, atau anus.
Pada wanita ialah labia, klitoris, fourchette, vestibuli, anus, dan serviks Lesi
ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara, umbilikus dan
konjungtiva. Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau
5
malaise ringan. Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat timbul lesi
yang multiple, dengan cara ini, dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen, dan
paha.2,4,5,6,7
Wanita
Labium mayus
Vulva
Klitoris
Fourchette
Vestibuli
Uretra
Serviks
Anus
Lidah
Jari tangan
Bibir
Payudara
Konjungtiva
Umbilikus
Abdomen
Pubis
Paha
Dada
Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang luas.
Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi
organisme Vincent.2,4,6,7
7) Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke
daerah lipat paha atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap
berbulan-bulan-bertahun-tahun.2,4,5,6,7
Bubo
Adenitis daerah inguinal timbul pada setengah kasus ulkus mole. Sifatnya
unilateral, eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul beberapa hari sampai 2
minggu setelah lesi primer.
Gambar 2. Bubo3
b. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada pelat agar
khusus yang ditambahkan darah kelinci yang sudah didefibrinasi. Inkubasi
memerlukan waktu 48 jam. Medium yang mengandung gonococcal medium base,
ditambah dengan hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1%, dan vankomisin 3 mcg/ml akan
mengurangi kontaminasi yang timbul.2,6,7
c. Teknik Imunofloresens
Untuk menemukan antibodi.2
d. Biopsi
1) Daerah superfisial dasar ulkus : neutrofil, fibrin, eritrosit, dan jaringan
nekrotik.
2) Daerah tengah : pembuluh darah kapiler baru dengan proliferasi sel endotel
sehingga lumen tersumbat dan menimbulkan trombosis. Terjadi perubahan
degeneratif pada dinding pembuluh-pembuluh darah.
3) Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan sel-sel
limfoid.2,4,5,6,7
e. Tes kulit : Ito-Reenstierna
Tes ini tidak digunakan lg tidak spesifik. Vaksin yg digunakan : Dmeloos yg
terdiri dari 225 juta kuman mati/ml. Disuntikkan scr intradermal 0,1 ml pada
lengan bawah fleksor. Sebagai kontrol, disuntik cairan pelarut scr intradermal
pada lengan lain. Reaksi (+) : infiltrat dengan diameter minimal 0,5 1 cm setelah
48 jam dengan kontrol (-). Tes ini baru (+) 6 11 hari setelah timbul ulkus mole &
tetap (+) sampai beberapa tahun bahkan seumur hidup.2,4,5,6,7
10
f. Auto-inokulasi
Bahan dari lesi, diiokulasi pada kulit sehat lengan bawah / paha pasien yg
telah digores terlebih dahulu. Pada tempat tersebut ulkus mole (+). Cara ini kini
tidak digunakan lagi. 2,4,5,6,7
g. PCR.
Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai sensibilitas dan spesifisitas paling
tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan M-PCR (multiplex polymerase chain
reaction) yang melibatkan penambahan pasangan primer multipel ke campuan
reaksi dalam rangka memperbanyak sekuans DNA dari bahan lesi. PCR dianggap
merupakan tes gold-standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya mahal
dan tidak tersedia secara komersil.4,5,6,7
II.4. Diagnosis Banding
Chonchroid dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit kulit dan
kelamin dibawah ini:2,,4,5,6,7
a.
Herpes genitalis
Pada herpes genitalis kelainan ialah vesikel yang berkelompok dan jika
memecah menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole. Tanda-tanda
radang akut lebih mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole, pada
sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan sel
raksasa berinti banyak.4,6,7
11
b. Sifilis Stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, kurang nyeri, terdapat
indurasi, lebih superficial dan tanda-tanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi
pembesaran kelenjar getah bening regional juga tidak disertai tanda-tanda radang
akut kecuali tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan. Pada ulkus mole,
hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop lapangan gelap sebanyak tiga
kali berturut-turut negatif. Tes Serologik Sifilis (T.S.S) yang diperiksa tiap minggu
sampai satu bulan, kemudian tiap bulan sampai tiga bulan, tetap negatif.4,6,7
12
Pada L.G.V afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi pembesaran
kelenjar getah bening inguinal,
komplemen untuk LGV kurang dari 1/16 dan tes ulangan tidak meninggi. 4,6,7
d. Granuloma Inguinale
Pada penyakit ini yang khas terdapat ulkus dengan granuloma. Pada sediaan
jaringan tidak tampak badan Donovan. 4,6,7
13
BAB III
PENATALAKSANAAN
a. Sistemik
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18