Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN

REFERAT MINI

FAKULTAS KEDOKTERAN

MEI 2015

UNIVERSITAS PATTIMURA
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
CHANCROID

Disusun Oleh:
Fahrianis Laitupa
NIM. 2009-83-027

Pembimbing
dr. Eman Arif Rahman

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
MAKASSAR
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

Dengan perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya


migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi tertular PMS akan meningkat pesat.
Beban terbesar akan ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun dapat
mengalami beban akibat meningkatnya PMS yang tidak dapat diobati, perilaku
seksual berisiko serta perkembangan pariwisata. PMS menempati peringkat 10
besar alasan berobat di banyak negara berkembang, dan biaya yang dikeluarkan
dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga.Penyakit-penyakit kelamin tersebut
salah satunya adalah chancroid (ulkusmole).1
Chancroid termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual, ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH pada tahun 1889. Penyakit ini
lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
Laporan-laporan hanya datang dari beberapa negara yang sudah berkembang karena
kesukaran menemukan penyebabnya. Kemudian penyakit ini juga banyak
ditemukan di negara berkembang, khususnya di negara tropis dan subtropis.
Chancroid paling banyak terjadi dibagian dunia yang memiliki sarana kesehatan
yang kurang misalnya di afrika, asia dan karibia. Untuk mencegah perkembangan
chancroid yang disebabkan oleh hemophilus Ducrey, maka harus pahami lebih jauh
tentang penyakit chancroid (ulkus mole). Choncroid atau Ulkus mole adalah

penyakit infeksi

pada alat kelamin yang akut, setempat, disebabkan oleh

Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducrey) dengan gejala klinis yang khas berupa
ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dengan sering disertai pernahanan
kelenjar getah bening regional. Chancroid merupakan penyakit yang endemik dan
tersebar didaerah tropik dan subtropik, terutama di kota dan pelabuhan. Perbaikan
tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya frekuensi penyakit ini di negaranegara yang lebih maju. Selain penularan melalui hubungan seksual, secara
kebetulan juga dapat mengenai jari dokter atau perawat. Frekuensi pada wanita
dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran membuat diagnosis. Penyakit
ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa faktor menunjukan
bahwa terdapat pembawa kuman (carrier) basil ducrey, tanpa gejala klinis, biasanya
wanita tuna susila.1,2
Penyebabnya

Chancroid ialah H.ducrey yang merupakan bakteri gram

negative, anaerobic fakultatif, berbentuk batang pendek dengan ujung bulat, tidak
bergerak, tidak membentuk spora dan memerlukan hemin untuk pertumbuhannya.
Adanya trauma atau abrasi, penting untuk organisme melakukan penetrasi
epidermis. Pada lesi, organisme terdapat dalam makrofag dan neutrofil atau bebas
berkelompok (mengumpul) dalam jaringan interstisial. Basil H. ducrey masuk ke
kulit melalui epitel yang rusak, biasanya menyertai trauma akibat hubungan
seksual. IL-8 menginduksi PMN dan makrofag membentuk pustule intradremal. IL6 menstimulasi ekspresi reseptor sel T IL-2 yang akan menstimulasi CD4 pada
daerah tersebut. H. ducreyi mensekresi cytolethal distending toxin (HdCDT) yang
3

mengakibatkan apoptosis dan nekrosis sel. Toksin ini menghambat proliferasi sel
dan menginduksi kematian sel sehingga terlihat bentukan ulkus. Limfadenitis yang
dihubungkan dengan respon inflamasi piogenik. Supurasi dihubungkan dengan
jumlah neutrofil yang sangat banyak dan sejumlah kecil basil. Pada bubo hampir
tidak ditemukan mikroorganisme dan juga tetap tidak bisa dijelaskan.1,2,3
Penegakan diagnosis Choncroid berdasarkan gambaran klinis yang didapat
dari pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis
ataupun untuk menyingkirkan diagnosis.1,2,3
Penatalaksanaan dapat berupa sistemik maupun lokal. Prognosisnya Baik,
karena bersifat lokal, tidak meluas secara sistemik. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit akan sembuh sempurna.1,4,5

BAB II
DIAGNOSIS

II.1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan secara rinci mengenai bercak lesi: sejak
kapan, onset, lokasi, warna sebelumnya atau sekarang, bentuk sebelumnya atau
sekarang, nyeri atau tidak, bernanah atau tidak, gatal atau tidak serta mencari faktor
risiko terpaparnya infeksi.1,4
II.2. Pemeriksaan Fisis
Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
Lesi kebanyakan multipel, jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada
daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, dalam 24-48 jam
papula akan berubah menjadi pustul, kemudian mengalami erosi dan ulserasi. Ulkus
berukuran kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbetuk cawan,
pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi halo eritematosa. Ulkus sering
tertutup jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan granulasi yang mudah
berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat predileksi pada laki-laki ialah
permukaan mukosa preputium, glans penis, sulkus koronarius, frenulum penis, dan
batang penis. Dapat juga timbul lesi dalam uretra, skrotum, perineum, atau anus.
Pada wanita ialah labia, klitoris, fourchette, vestibuli, anus, dan serviks Lesi
ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara, umbilikus dan
konjungtiva. Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau
5

malaise ringan. Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat timbul lesi
yang multiple, dengan cara ini, dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen, dan
paha.2,4,5,6,7

Gambar 1. Chonchroid pada wanita dan pria13

Tabel 1. Tempat predileksi lesi Ulkus Mole di daerah genital


Laki-laki
Permukaan mukosa preputium bagian dalam
Frenulum
Sulkus koronarus
Batang penis
Dalam uretra
Skrotum perineum
Anus

Wanita
Labium mayus
Vulva
Klitoris
Fourchette
Vestibuli
Uretra
Serviks
Anus

Tabel 2. Tempat predileksi lesi di daerah ekstra genital


6

Lidah
Jari tangan
Bibir
Payudara
Konjungtiva

Umbilikus
Abdomen
Pubis
Paha
Dada

Jenis-jenis bentuk klinis:


1) Ulkus mole folikularis
Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis
yang disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini
dapat timbul pada vulva dan pada daerah berambut di sekitar genitalia dan
sangat superfisial.2,4,5,6,7
2) Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi dasarnya
tidak teratur dan tepinya berdarah.2,4,7
3) Transient chancroid (chancre mou valant)
Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu kemudian diikuti
timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran ini
menyerupai limfogranuloma venereum. 2,6,7
4) Papular chancroid (ulkus mole elevatum)
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya.
Gambarannya menyerupai kondiloma lata pada sifilis stadium II.2,6,7
5) Giant chancroid
Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan menutupi
satu daerah. Sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan dapat meluas
ke daerah paha dengan cara autoinokulasi.2,6,7
6) Phagedenic chancroid

Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang luas.
Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi
organisme Vincent.2,4,6,7
7) Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke
daerah lipat paha atau paha. Ulkus jarang menyembuh, dapat menetap
berbulan-bulan-bertahun-tahun.2,4,5,6,7
Bubo
Adenitis daerah inguinal timbul pada setengah kasus ulkus mole. Sifatnya
unilateral, eritematosa, membesar, dan nyeri. Timbul beberapa hari sampai 2
minggu setelah lesi primer.

Gambar 2. Bubo3

II.3 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah
sebagai berikut: 2,3,4,5,6,7
8

a. Pemeriksaan sediaan hapus


Bahan pemeriksaan diambil dari tepi ulkus yang bergaung, dibuat hapusan
pada gelas alas, kemudian dibuat pewarnaan Gram, Unna-Pappenhein, Wright atau
Giemsa. Basil biasanya didapatkan dalam kelompok kecil atau rantai yang paralel
dari 2 atau 3 organisme yang tersebar sepanjang untaian mukos. Gambar ini
diungkapkan sebagai school of fish atau railroadtrack. Organisme dapat terlihat
pada kira-kira 50% kasus.2,6,7

Gambar 3. Gambaran school of fish dengan pewarnaan Giemsa5

b. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada pelat agar
khusus yang ditambahkan darah kelinci yang sudah didefibrinasi. Inkubasi
memerlukan waktu 48 jam. Medium yang mengandung gonococcal medium base,
ditambah dengan hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1%, dan vankomisin 3 mcg/ml akan
mengurangi kontaminasi yang timbul.2,6,7

Gambar 4. Haemophilus ducreyi dibawah mikroskop cahaya5

c. Teknik Imunofloresens
Untuk menemukan antibodi.2
d. Biopsi
1) Daerah superfisial dasar ulkus : neutrofil, fibrin, eritrosit, dan jaringan
nekrotik.
2) Daerah tengah : pembuluh darah kapiler baru dengan proliferasi sel endotel
sehingga lumen tersumbat dan menimbulkan trombosis. Terjadi perubahan
degeneratif pada dinding pembuluh-pembuluh darah.
3) Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan sel-sel
limfoid.2,4,5,6,7
e. Tes kulit : Ito-Reenstierna
Tes ini tidak digunakan lg tidak spesifik. Vaksin yg digunakan : Dmeloos yg
terdiri dari 225 juta kuman mati/ml. Disuntikkan scr intradermal 0,1 ml pada
lengan bawah fleksor. Sebagai kontrol, disuntik cairan pelarut scr intradermal
pada lengan lain. Reaksi (+) : infiltrat dengan diameter minimal 0,5 1 cm setelah
48 jam dengan kontrol (-). Tes ini baru (+) 6 11 hari setelah timbul ulkus mole &
tetap (+) sampai beberapa tahun bahkan seumur hidup.2,4,5,6,7

10

f. Auto-inokulasi
Bahan dari lesi, diiokulasi pada kulit sehat lengan bawah / paha pasien yg
telah digores terlebih dahulu. Pada tempat tersebut ulkus mole (+). Cara ini kini
tidak digunakan lagi. 2,4,5,6,7
g. PCR.
Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai sensibilitas dan spesifisitas paling
tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan M-PCR (multiplex polymerase chain
reaction) yang melibatkan penambahan pasangan primer multipel ke campuan
reaksi dalam rangka memperbanyak sekuans DNA dari bahan lesi. PCR dianggap
merupakan tes gold-standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya mahal
dan tidak tersedia secara komersil.4,5,6,7
II.4. Diagnosis Banding
Chonchroid dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit kulit dan
kelamin dibawah ini:2,,4,5,6,7
a.

Herpes genitalis
Pada herpes genitalis kelainan ialah vesikel yang berkelompok dan jika

memecah menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole. Tanda-tanda
radang akut lebih mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole, pada
sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan sel
raksasa berinti banyak.4,6,7

11

Gambar 5. Herpes Genitalis3

b. Sifilis Stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, kurang nyeri, terdapat
indurasi, lebih superficial dan tanda-tanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi
pembesaran kelenjar getah bening regional juga tidak disertai tanda-tanda radang
akut kecuali tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan. Pada ulkus mole,
hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop lapangan gelap sebanyak tiga
kali berturut-turut negatif. Tes Serologik Sifilis (T.S.S) yang diperiksa tiap minggu
sampai satu bulan, kemudian tiap bulan sampai tiga bulan, tetap negatif.4,6,7

12

Gambar 6. Sifilis Stadium I3

c. Limfogranuloma Venerium (L.G.V)

Pada L.G.V afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi pembesaran
kelenjar getah bening inguinal,

perlunakannya tidak serentak. Titer tes ikatan

komplemen untuk LGV kurang dari 1/16 dan tes ulangan tidak meninggi. 4,6,7

Gambar 7. Limfogranuloma Venerium3

d. Granuloma Inguinale
Pada penyakit ini yang khas terdapat ulkus dengan granuloma. Pada sediaan
jaringan tidak tampak badan Donovan. 4,6,7
13

Gambar 8. Granuloma Inguinale3

BAB III
PENATALAKSANAAN
a. Sistemik

14

Central of disease control (1998) merekomendasikan pengobatan chancroid


pengobatan chancroid dengan: 2,4,5,6,7
1)
2)
3)
4)

Azythromycin 1 g PO dosis tunggal atau


Seftriakson 250 mg IM dosis tunggal atau
Siprofloksasin dosis 500 mg PO 2x sehari selama 3 hari atau
Eritromisin 500 mg 4x sehari selama 7 hari

Selain obat-obatan tersebut diatas yang juga efektif adalah:


1) Sulfonamida
Tablet kotrimoksazol, ialah kombinasi sulfametoksazol 400 mg dengan
trimetroprim 80 mg, diberikan dengan dosis 2 x 2 tablet selama 10 hari.
Pada bubo yang mengalami supurasi ilakukan aspirasi melalui kulit yang
sehat.2,4,5,6,7
2) Streptomisin
Efektif tanpa mengganggu diagnosa sifilis. Disuntikkan tiap hari 1 gram
selama 7-14 hari, dapat dikombinasikan dengan sulfonamida. Kombinasi
perlu kalau terdapat bubo, atau kalau lesi genitalia tidak sembuh hanya
dengan pemberian sulfonamida. 2,4,5,6,7
3) Penisilin
Sedikit efektif, terutama diberikan kalau terdapat organisme Vincent. 2,4,5,6,7
4) Tetrasiklin & oksitetrasiklin
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 10-20 hari,
antibiotik golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium I.2,4,5,6,7
5) Kanamisin
Disuntikkan i.m 2 x 500 mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai
efek terhadap T.pallidum.2,4,5,6,7
6) Eritromisin
Diberikan 4 x 500 mg sehari, selama seminggu. 2,4,5,6,7
7) Kuinolon
Ofloksasin : dosis tunggal 400 mg. 2,4,5,6,7
b. Lokal

15

Jangan diberikan antiseptik topikal karena akan mengganggu pemeriksaan


mikroskop lapangan gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I. Lesi dini
yang kecil dapat sembuh setelah diberi NaCl fisiologik.2
c. Penatalaksanaan pasangan seksual
Seseorang yang memiliki kontak seksual dengan penderita ulkus mole dalam
10 hari sebelum muncul gejala ulserasi di kelamin penderita, maka sebaiknya diberi
terapi, meskipun gejala klinisnya belum muncul. Terbukti karier pembawa H.ducrey
dapat terjadi pada penderita yang asimtomatis. Obat yang diberikan pada pasangan
seksual ini sama dengan yang diberikan pada penderita baik jenis maupun dosis
obatnya. Jika tidak mungkin melakukan abstinensia seksual, maka penderita harus
menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama lesi masih ada. Meskipun
demikian, kondom yang tidak dipakai dengan cara yang benar dalam artian lesi
ulkus tidak tertutup kondom secara sempurna, masih memungkinkan untuk
terjadinya penularan penyakit.5

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi


Menular Seksual. Jakarta. Hal: 1-3
2. Judanarso, J. 2010. Ulkus Mole. Dalam Adhi Djuanda (Ed). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta : FKUI. Hal: 418-422
3. Wolff K. Johnson RA. Suurond. 2005. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis
Of Clinical Dermatology . 5th Ed. USA : McGraw Hill Companies Inc. P:
970-974
4. Kemp, M. Christensen, JJ. Lautenschlager S, Vall-Mayans, M. Annd Moi H.
Guideline for the Management of Chancroid: Internasional Journal of STD
& AIDS. University of Oslo. 2011; 241-244

17

5. Ofarrel, N. Editor: Lazaro, N. UK Nasional Guideline for management of


Chanchroid 2014. BASHH. NHS evidence. 2014
6. Lautenschlager, S. Eichmann, AR. 2012. Chancroid. In Freedberg IM, Eisen
AZ, Wolff K (Eds) Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Volume
I. 8th Edition. USA: McGraw-Hill. P:3553-3559
7. Lautenschlager, S. Eichmann, AR. 2008. Chancroid. In Freedberg IM, Eisen
AZ, Wolff K (Eds) Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Volume
II. 7th Edition. USA: McGraw-Hill. P:2021-2024

18

Anda mungkin juga menyukai