Anda di halaman 1dari 34

BAB I

LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama

: By Ny Syahruni Abidin

Tanggal lahir

: 4 Mei 2015

Umur

: 1 bulan 25 hari

No. Rekam medik

: 716927

Alamat

: BTN Pesona Cemara A8

Ruang Perawatan

: PICU Wahidin Sudirohusodo

Tanggal Pemeriksaan

: 25 Juni 2015

1.2 Anamnesis
- Keluhan utama
: Perut membesar
- Anamnesis terpimpin :
Perut membesar diperhatikan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ada
muntah dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi >5 kali/hari,
tidak menyemprot, isi cairan berwarna kuning. Tidak demam, tidak kejang, tidak
batuk, tidak sesak, tidak biru.
Buang air besar : lunak, kuning, kesan sedikit
Buang air kecil : kesan cukup
Riwayat perlambatan meconium ada, saat bayi berumur 4 hari baru keluar
meconium. Setelah diberi obat pencahar baru keluar feses.
1.3 Pemeriksaan Fisis
- Keadaan umum : sakit berat
- Kesadaran
: GCS 15 (E4M6V5)
- Status gizi
: gizi buruk
- Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
- Status general

: 90/60 mmHg
: 128 kali/menit
: 26 kali/menit
: 36,6C

1) Kepala
Bentuk
Rambut
Wajah
Mata

Telinga
Hidung
Mulut
2) Leher

: mesocephal
: hitam, lurus
: simetris, eritem (-), luka (-).
:cekung ada, konjungtiva palpebra anemis (-/-),
sklera

ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), pupil

isokor

(2,5mm/2,5mm),

refleks

cahaya

(+/

+),perdarahan subkonjungtiva (-/-).


: sekret (-), darah (-)
: deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping
hidung (-), sekret (-).
: stomatitis (-)
: kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-).

3) Dada
Bentuk
Payudara
Paru-Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi

: Ada iga gambang


: tidak ada kelainan
: normochest, pergerakan dada simetris, jejas (-)
: nyeri tekan (-), massa tumor (-).
: pulmo dextra pekak, pulmo sinistra sonor.
: bronkovesikuler, ronki di basal paru
: ictus cordis tidak tampak.
: thrill tidak teraba.
: batas atas ICS III kanan,

Batas

kiri

linea

midclavicularis kiri, Batas kanan linea parasternalis


- Auskultasi
4) Abdomen
- Inspeksi

kanan
: bunyi jantung I/II murni regular, bising tidak ada
: cembung, ikut gerak napas. Tampak vena-vena

- Palpasi

prominent menonjol
: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

- Perkusi
- Auskultasi

massa tidak teraba


: timpani
: peristaltik (+) kesan meningkat

5) Ekstremitas
Wasting ada pada lengan atas
1.4 Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Protein

++ / 100

Negatif

RBC

3,79 [106/uL]

3.80-5.80 [106/uL]

HGB

10,5 [g/dL]

12.0-16.0 [g/dL]

HCT

32,4 [%]

37.0-47.0 [%]

MCH

27,7 [pg]

27.0-32.0 [pg]

PLT

896 [103/uL]

150-400 [103/uL]

WBC

15,9 [%]

10.0.26.0 [%]

1.5 Pemeriksaan Radiologi

Gambar 1.Hasil foto polos abdomen 2 posisi (erect dan LLD)

Hasil Pemeriksaan :
Foto Polos Abdomen 2 posisi (Erect dan LLD)
- Udara usus tidak terdistribusi sampai ke distal colon
- Tampak dilatasi loop-loop usus, gambaran hearing bone dan airfluid level
-

bertingkat
Tidak tampak udara bebas subdiafragma
Psoas line tidak tervisualisasi dan preperitoneal fat line baik
Tulang-tulang intak
Kesan: Gambaran ileus obstruksi

1.6 Diagnosis
Ileus Obstruktif
1.7 Penatalaksanaan
Infus kaEN 3B 3 tetes/kgBB/menit = 24 cc/jam
Nasogastric tube dekompressi
Priming ASI 20 cc/kgBB = 8 x 5 cc / nasogastric tube
Nutrisi parenteral 8,7 ml/jam

BAB II
ILEUS OBSTRUKSI

2.1 Pendahuluan
Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan
perkembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi
turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan seluler atau
molekuler. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang radiologi
masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.
Pemeriksaan radiografi polos dalam kasus kedaruratan di negara maju
perannya sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi

CT scan serta

perangkat digital lainnya termasuk USG dan MRI meskipun demikian, alat tersebut
masih tetap dipakai karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu.
Ileus obstruksi merupakan kegawatdaruratan yang sering dijumpai, yaitu
sekitar 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut dapat disebabkan
oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya, ileus obstruktif,
iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung
atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
Ileus obstruksi meliputi sumbatan sebagian (partial) atau seluruh (complete)
lumen usus sehingga mengakibatkan isi usus tak dapat melewati lumen usus. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, yang paling sering dikarenakan
adanya adhesi, hernia, atau tumor pada usus tersebut.

Tidak hanya ileus obstruksi yang dapat menghasilkan perasaan yang tidak
nyaman, kram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tak diobati dengan
benar, intestinal obstruction dapat menyebabkan sumbatan bagian usus dan
menyebabkan kematian usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan dengan
perforasi usus, infeksi ringan, dan shock.
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ
dalam dan atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit
dan menarik organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari obstruksi
usus, infertilitas (bedah ginekologik), dan nyeri kronis pelvis.
2.2 Definisi
Ileus adalah gangguan atau hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan.
Terdapat dua macam ileus, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus.
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal
melakukan kontraksi peristaltic untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
neurogenic atau hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
2.3 Epidemiologi

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Penyebab
tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi
sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi(63%). Sekitar 44% dari ileus
obstruksi disebabkan oleh hernia inkaserata yang mengalmi strangulasi.
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen,
akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Ileus obstruksi
merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi
intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus.
2.4 Anatomi

Gambar 2. Anatomi sistem digestivus

Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm
sampai 290 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum.

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang
jejenum 100 110 cm dan panjang ileum 150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan
jejenum ditandai oleh Ligamentum Treitz. Ligamentum ini berperan sebagai
ligamentum suspensorium. Kira kira dua per lima dari sisa usus halus adalah
jejenum, dan tiga per lima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum mempunyai
vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari ileum. Apendiks vermiformis
merupakan tabung buntu berukuran sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah
ileosekal, yaitu pada apeks sekum.

Gambar 3. Dinding usus halus secara mikroskopik

Secara mikroskopik, dinding usus halus dibagi atas empat lapisan yaitu
lapisan serosa, muskularis propria, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan
serosa merupakan lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum visceralis dan parietal
dan ruang yang terletak antara lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga

peritoneum. Lapisan muscularis propria terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot
longitudinal yang tipis dan lapisan otot sirkular yang tebal. Ganglion sel berasal dari
pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di antara lapisan otot dan mengirimkan
rangsangan pada kedua lapisan tersebut. Lapisan submucosa terdiri dari lapisan
jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah dan saraf. Lapisan mukosa
dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa muscularis, lamina propria dan lapisan epitel.
Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan sirkular yang dinamakan valvula
koniventes (Lig.Kerckringi) yang menonjol ke dalam sekitar 3 mm.
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas
yang menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum
mayus merupakan lapisanganda peritoneum yang mengantung dari curvatura mayor
lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen. Omentum biasanya
mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga
peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang
terbentang dari curvatura minor lambung dan bagian atas duodenum menuju ke hati,
membentuk Ligamentum Hepatogastrikum dan Ligamentum hepatoduodenale.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri
celiaca. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi
oleh arteri gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankreatikoduodenalis superior.
Darah dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena
lienalis membentuk vena porta.

Gambar 4. Sistem saraf pada usus halus

Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan


parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan
simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis
menghantarkan nyeri, sedangkan serabut saraf parasimpatis mengatur refleks usus.
Usus besar dibagi menjadi caecum, colon dan rektum. Pada caecum terdapat
katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung caecum. Caecum menempati
sekitar dua atau tiga inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi colon
ascenden, colon transversum, descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon
membentuk belokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut
dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi
krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah
membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rektum. Usus besar memiliki
empat lapisan morfologik seperti bagian usus lainnya.

10

Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh
cabang a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media.
Kolon transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar
rektum perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan
a.hemoroidalis superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya.
Kolon dipersarafi oleh oleh serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan
pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal dari N.vagus.
2.5 Fisiologi

Gambar 5. Fisiologi sistem pencernaan

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan
bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut
dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim enzim
pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat zat yang
lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan

11

asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim enzim. Sekresi empedu dari
hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak di antara enzim enzim ini terdapat pada brush border vili
dan mencernakan zat zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus
halus akan mencampur zat zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar
dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai
kontinu isi lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan
oleh sel sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan
bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri
dari :
Pergerakan

mencampur

(mixing)

atau

pergerakan

segmentasi

yang

mencampur makanan dengan enzim enzim pencernaan agar mudah untuk

dicerna dan diabsorbsi.


Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke
arah usus besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang

terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang
terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot
longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan

12

berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1
4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi,
segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus
berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus
sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan
hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat
yang merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses
kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar
7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan
menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian
proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan
biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm.
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh
adanya gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh
adanya sel sel pace maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas
dari sel sel ini dipengaruhi oleh sistem saraf dan hormonal.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian
besar disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan
refleks peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon
gastrin, CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus.
Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat pergerakan usus halus.
Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang kadang terhambat
selama beberapa jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks
13

gastrileal meningkatkan aktifitas peristaltik dan mendorong makanan melewati katup


ileocaecal menuju ke kolon. Makanan yang menetap untuk beberapa lama pada
daerah ileum oleh adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar makanan dapat diabsorbsi
pada daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan kembali dari
caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di
dalam caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal
akan meningkat

dan gerakan peristaltik

ileum akan berkurang sehingga

memperlambat pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan pada caecum atau pada
appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum akan
mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan Lokasi Obstruksi :
- Ileus obstruksi letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster
-

sampai ileum terminal).


Ileus obstruksi letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum

terminal sampai rectum).


Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara
lain:
-

Obstruksi sebagian (Partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga

makan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah)

14

Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan


terjepitnya pembuluh darah, sehingga terjadi iskemi yang berakhir dengan
nekrosis atau ganggren.

2.7 Etiologi

Gambar 6. Penyebab perdarahan usus halus dan obstruksi

15

Tabel 2. Penyebab ileus obstruksi

1) Hernia Inkarserata
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia.
2) Non Hernia Inkaserata, antara lain :
Adhesi atau perlekatan usus
Pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa perlengketan, baik

dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas


Invaginasi
Sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang muda dan dewasa..
Umumnya intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon ascendens.
Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan

dengan pemeriksaan roengent dengan pemberian enema barium.


Askariasis
Cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejenum. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal, disebabkan
lumennya yang sempit. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko

tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.


Volvulus
16

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal


dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase makanan

terganggu.
Tumor
Tumor usus halus cukup jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan

karsinoma kolon dapat menyebabkan obstruksi usus.


Batu empedu yang masuk ke ileus
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian

ileum terminal atau katup ileosekal yang menyebabkan obstruksi.


2.8 Patofisiologi

Obstruksi usus
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi
Kehilangan H2O dan

Distensi
Tekanan intralumen
Ischemia dinding usus

elektrolit
Proliferasi bacteri yang berlangsung
cepat

Kehilangan cairan yang menuju ruang peritoneum

Volume ECF
Syok hipovolemik

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi
sistemik

Peritonitis septikemia

17

ileus Obstruksi merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi


karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan
pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa
gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan
rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi
cairan dan gas ntakin hertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada
tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sehelah proximal
sumbatan.

Sumbatan

ini

menyebabkan

gerakan

usus

yang

meningkat

(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti


peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.
Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus
kehilangan kontraksinya.
2.9 Gejala Klinis
Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus paroksismal akan timbul gejala muntah yang banyak,
yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri
bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di bagian perut atas.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.

18

Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan
semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan
metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada di daerah
distal.
Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejala klinis menyerupai obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia.
Obstruksi mekanis di kolon
Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit.
Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan
pada usus halus. Dapat terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi
sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya lebih tipis.
Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic
sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokalisir, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.
Tabel 3. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.
Macam ileus

Nyeri Usus

Distensi

Obstruksi
simple tinggi

++

Muntah
borborigmi
+++

Bising usus
Meningkat

Ketegangan
abdomen
-

(kolik)

19

Obstruksi simple
rendah
Obstruksi
strangulasi
Paralitik
Oklusi vaskuler

+++ (Kolik)

+++

++++ (terusmenerus,
terlokalisir)
+
+++++

++

+ Lambat,
fekal
+++

++++
+++

+
+++

Meningkat
Tak tentu
biasanya
meningkat
Menurun
Menurun

+
+

2.10 Diagnosis
Anamnesis
Pada penderita ileus obstruktif letak tinggi umumnya ditemukan manifestasi
klinis atau tanda berupa syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Dapat ditemukan
meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala biasa berupa
keluhan kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut dapat terlihat pada
inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi
sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu
dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba
dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan
atau massa yang abnormal.
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air
besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada
perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak
pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat
sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.

20

Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian
ini mudah membesar.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat
jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolik.
Gambaran Radiologi
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan jenis-jenis ileus tersebut dan
membedakannya dari gambaran normal secara radiologi adalah:
1) Ada tidaknya udara di rectum atau sigmoid.
- Rectum dan kolon sigmoid pada keadaan normal hampir selalu
mengandung udara.
- Pada ileus obstruksi, gerakan peristaltik tidak terganggu pada awalnya,
bahkan meningkat.
- Hal ini menyebabkan udara di distal dari obstruksi akan terdorong keluar,
sehingga gambaran udara di rectum dan kolon sigmoid akan menghilang.
- Pada ileus paralitik, udara di rectum dan kolon sigmoid masih tetap ada.
2) Ada tidaknya dilatasi usus halus.
- Usus halus normal berukuran kurang dari 2,5cm
- Usus halus yang dilatasi biasanya berukuran antara 3-5cm.

21

- Pada keadaan normal, bisa terdapat sedikit udara sekitar dua sampai tiga
loop.
- Usus halus memiliki valvula conniventes yang melintasi usus secara
komplit.
3) Ada tidaknya dilatasi kolon.
- Kolon normal berukuran kurang dari 6cm.
- Diameter sekum dapat lebih besar, namun jika lebih dari 9cm dianggap
abnormal.
- Kolon memiliki gambaran haustra yang tidak melintas usus secara komplit.
4) Seimbang tidaknya dilatasi pada usus halus dan kolon.
- ileus paralitik biasanya terdapat dilatasi yang seimbang pada usus halus dan
kolon.
- Ileus obstruksi ditandai oleh dilatasi yang tidak seimbang, ileus letak tinggi
ditandai dengan dilatasi usus halus saja. Ileus letak rendah ditandai dengan
dilatasi kolon dan usus halus.
5) Ada tidaknya penebalan dinding usus.
- Ileus ditandai dengan adanya penebalan dinding usus.
- Jika hanya terdapat distensi usus, tanpa ada penebalan dinding usus, maka
disebut meteorismus atau aerofagia.
- Distensi usus pada meteorismus juga tidak melebihi diameter normal.

22

- Istilah dilatasi digunakan jika usus membesar lebih dari ukuran normal dan
istilah distensi digunakan jika terdapat udara yang berlebihan dalam usus,
namun masih dalam batas normal.
6) Ada tidaknya air fluid level pada foto tegak atau decubitus lateral.
- Pada usus halus normal bisa terdapat air fluid level sebanyak dua sampai
tiga loop.
- Kolon biasanya tidak memiliki air fuid level atau hanya sedikit pada
keadaan obstruksi, oleh karena cairan diabsorbsi di kolon.
- Air fluid level pada ileus obstruktif terlihat pendek-pendek, sedangkan pada
ileus paralitik akan terlihat memanjang.
7) Lokasi usus yang dilatasi.
- Usus halus terdistribusi di bagian sentral.
- Kolon terdistribusi di bagian perifer.
8) Ada tidaknya feses.
- Adanya feses merupakan petunjuk bahwa usus yang mengandungnya yaitu
kolon.
- Feses

memiliki

gambaran

gelembung udara kecil dan


multiple.

23

Gambar 7. ileus obstruktif pada usus halus yang disebabkan oleh hernia
inkaserata inguinal kiri. (A). posisi supine, (B) posisi erect.

Gambar 8. Ileus obstruktif pada usus halus (A) posisi supine, (B) posisi erect.

Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosis ileus


obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posii
datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas
udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah
kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus

24

halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan
gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran
radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti pigura
dari dinding abdomen.
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan
bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan
foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini
antara lain:

Ileus obstruksi letak tinggi :


-

Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction)


dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.

Coil spring appearance

Herring bone appearance

Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

Ileus obstruksi letak rendah :


-

Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi

Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen

25

Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik
gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster
sampai rectum.

2.11 Diagnosis banding


Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,
dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut.

Gambar 9. Foto polos abdomen ileus paralitik

Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat


menyerupai obstruksi usus sederhana.
2.12 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
26

penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan


oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1) Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
2) Operatif.
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila terjadi
strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata, tidak ada perbaikan dengan
pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3) Pasca Operasi
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
keadaan paralitik.Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah

27

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan


telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan
homeostasis sebagai akibat obstruksi usus. Pada umumnya penderita
mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap.
2.13 Komplikasi
Nekrosis usus
Perforasi usus
Sepsis
Syok-dehidrasi
Abses
Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
Pneumonia aspirasi dari proses muntah
Gangguan elektrolit
Meninggal
2.14 Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi
dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai
sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan
dengan cepat.

28

BAB III
DISKUSI

3.1 Resume Medis


Seorang pasien bayi berusia 1bulan 25 hari dibawa ibunya ke rumah sakit
dengan keluhan perut membesar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ada
muntah dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi >5 kali/hari, tidak
menyemprot, isi cairan berwarna kuning. Tidak demam, tidak kejang, tidak batuk,
tidak sesak, tidak biru. Buang air besar lunak, kuning, kesan sedikit, buang air kecil
kesan cukup.Riwayat perlambatan meconium ada, saat bayi berumur 4 hari baru
keluar meconium. Setelah diberi obat pencahar baru keluar feses.

29

Dari hasil pemeriksaan fisis, terlihat pasien sakit berat, gizi buruk, GCS 15
(E4M6V5). Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 128x/menit, pernapasan 26x/menit dan
suhu 36,6oC. Pemeriksaan kepala dan leher dalam batas normal. Pada pemeriksaan
paru ditemukan iga gambang, jantung dalam batas normal. Pada pemeriksan abdomen
tampak vena-vena prominent menonjol disertai adanya peningkatan peristaltik usus.
Pada pemeriksaan ekstremitas ditemukan wasting.
Pemeriksaan laboratorium, Protein ++/100, RBC 3.79x106/uL, HGB
10.5g/dL, MCH 27,7 [pg], HCT 32,4 %, PLT 896 103/ul, WBC 15,9%.

3.2 Diskusi Radiologi


Gambaran Normal dari Radiografi Polos Abdomen
Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan dan
menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen kalsium yang
dominanakan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan sehingga pada film akan
tampak putih. Diantara udara dengan tulang misalnya jaringan lunak akan menyerap
sebagian besar sinar X yang dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan yang
cerah bergantung dari ketebalan jaringan yang dilalui sinar X. Udara akan terlihat
relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar sedangkan dalam jumlah
sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit udara dan cairan juga mengisi
lumen usus halus dan air fluid level yang minimal bukan merupakan gambaran

30

patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada lumen usus besar, dan tiga sampai
lima fluid levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal serta
sering dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air fluid level atau lebih dengan
diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau kaliber merupakan kondisi abnormal dan
selalu dihubungkan dengan pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik.

Foto polos abdomen pada kasus ileus obstruktif

Pada foto polos pasien dengan obstruksi usus bagian proksimal yang
terdistensi oleh gas dan cairan akan tampak berdilatasi oleh timbunan udara
intraluminer. Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang
banyak di beberapa tempat (multiple fluid level) Step ladder appearance merupakan
bayangan air fluid level yang banyak di beberapa tempat (multiple fluid levels) yang
tampak terdistribusi dalam susunan tangga (Step ladder appearance), sedangkan usus
sebelah distal akan tampak kosong.
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1-4 mm. Jarak
ini akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka
valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes
dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai gambaran tulang ikan yang
disebut herring bone appearance.

31

Gambar 10. Foto polos abdomen posisi erect pasien ileus obstruktif

32

Gambar 11. Foto polos abdomen posisi LLD pasien ileus obstruktif

Foto polos abdomen 2 posisi (erect dan LLD) pada kasus di atas ditemukan:

Udara usus tidak terdistribusi sampai ke distal kolon

Tampak dilatasi loop-loop usus, gambaran herring bone dan air fluid level
meningkat

Tidak tampak udara bebas subdiafragma

Psoas line tidak tervisualisasi dan preperitoneal fat line baik

Tulang-tulang intak

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan


pemeriksaan radiologi dapat disimpulkan diagnosis pasien tersebut ileus obstruktif,
untuk itu pasien diberikan Infus kaEN 3B 3 tetes/kgBB/menit

= 24 cc/jam,

Nasogastric tube dekompressi, Priming ASI 20 cc/kgBB = 8 x 5 cc / nasogastric tube,


Nutrisi parenteral 8,7 ml/jam.

33

DAFTAR PUSTAKA
1. Windle,

W.L.,

Li,

B.U.K.,

Schwarz,

S.,

and

Altschuler,

S.

http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.


2. Pulunggono, Sudarno dan Irdan, Ade Indrawan. Dalam Jurnal Pemeriksaan
Radiografi Polos Abdomen pada Kasus Gawat Darurat. Desember 12, 2008.
3. Indrayani, Margaretha Novi. Dalam Jurnal Diagnosis dan Tatalaksana Ileus
Obstruktif.
4. Kim, SH et al. Accuracy of Plain Abdominal Radiography in the
Differentiation between Small Bowel Obstruction and Small Bowel Ileus in
Acute Abdomen Presenting to Emergency Department. Hong Kong Journal of
Emergency Medicine. March, 2011.
5. Saverio, Salomone Di. Et al. Bologna Guidelines for Diagnosis and
Management of Adhesive Small Bowel Obstruction (ASBO): 2013 Update of
the Evidence-based Guidelines from the World Society of Emergency ASBO
Working Group. World Journal of Emergency Surgery. 2013
6. Herring, William. Learning Radiology Recognizing the Basics Second
Edition. Elsevier Saunders. April, 2011.
7. Soetikno, Ristaniah D. Radiologi Emergensi. Refika Aditama.
8. Murtala, Bachtiar. Radiologi Trauma & Emergensi. IPB Press.
9. Williams, Lippincot and Wilkins. Anatomy & Physiology Made Incredibly
Visual! 1st Edition. Wolters Kluwer Health. 2009

34

Anda mungkin juga menyukai