Anda di halaman 1dari 26

PENENTUAN DAN PERAMALAN NILAI TUKAR

Nama Dosen :
Prof. Drs. Hadri Kusuma, MBA., DBA.

Mata Kuliah :
Manajemen Stratejik dan Kepemimpinan
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Atik Sukoningrum
Candra Dewi Arumsari
Muhammad Irfan
Noviani Dwi Utami
Rani Dwi Anggraini
Widyani Indah Dewanti
Winda Jessiana

14919029
14919034
14919035
14314037
14314041
14314042

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator terpenting dalam suatu perekonomian suatu negara adalah nilai tukar
mata uang.Nilai tukar memiliki implikasi yang luas, baik dalam konteks ekonomi domestik
maupun international, mengingat hampir semua negara di dunia melakukan transaksi
international.Valuta asing yang sering juga disebut dengan Valas pada dasarnya adalah mata
uang asing (Foreign currencies).Persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam masalah
valuta asing adalah Kurs (exchange rate). Semua negara tidak dapat mencukupi semua
kebutuhan konsumsinya dari hasil produksi sendiri, meskipun ada pula beberapa komoditi
yang hasilnya melebihi kebutuhan dalam negeri sehingga dapat diexspor.Oleh karena itu
suatu bangsa pasti memerlukan mata uang asing dalam transaksi internationalnya. Kebutuhan
akan mata uang asing yang kemudian disebut valas ini akan menimbulkan persoalan yang
cukup pelik yaitu menentukan seberapa besar nilai tukar dari mata uang satu negara terhadap
mata uang negara lain.
Meramal valas (Kuncoro dan Inayah, 2003) merupakan strategi yang sangat penting bagi
suksesnya perusahaan multinasional.Karena hampir sebahagian besar operasi sebuah
perusahaan multinasional dipengaruhi oleh perubahan-perubahan nilai tukar. Keputusan
meng-hedge hutang-piutang valas masa depan, keputusan pembiayaan jangka pendek,
keputusan investasi jangka pendek, keputusan penganggaran modal, keputusan pembiayaan
jangka panjang dan penilaian laba, adalah merupakan aktivitas operasional pada perusahaan
multinasional dimana semua keputusan tersebut dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar
(Madura, 2004).
Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang
berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

secara sistematis. Selama ini banyak peramalan dilakukan secara intuitif menggunakan
metode-metode statistika seperti metode smoothing, Box-Jenkins, ekonometri, regresi dan
sebagainya.Pemilihan metode tersebut tergantung pada berbagai aspek, yaitu aspek waktu,
pola data, tipe model sistem yang diamati, tingkat keakuratan ramalan yang diinginkan dan
sebagainya.
Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, peramalan data time series telah
banyak dikembangkan pada bidang kecerdasan buatan seperti Jaringan Syaraf Tiruan.
Jaringan syaraf tiruan adalah suatu system pengolahan informasi yang memiliki karakter dan
konsep seperti jaringan syaraf biologi, yaitu jaringan otak manusia yang dapat dilatih
sehingga dapat mengambil keputusan sesuai dengan yang dilakukan oleh otak
manusia.Jaringan syaraf tiruan dapat mengidentifikasi pola data dari sistem peramalan kurs
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dapat dilakukan dengan metode pendekatan pelatihan
(training). Berdasarkan kemampuan belajar (learning) yang dimilikinya, maka jaringan
syaraf tiruan dapat dilatih untuk mempelajari dan menganalisis pola data masa lalu dan
berusaha mencari suatu formula atau fungsi yang akan menghubungkan pola data masa lalu
dengan keluaran yang diinginkan. Fungsi jaringan tersebut menggambarkan ketergantungan
nilai data saat ini terhadap nilai data sebelumnya.
Kurs adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara
asing atau perbandingan nilai tukar valuta antarnegara.Kurs juga merupakan salah satu
variabel ekonomi makro yang sangat penting, karena kurs mata uang dapat menjaga stabilitas
ekonomi di suatu kawasan atau negara.Kegiatan tukar menukar valuta asing (foreign
exchange) atau disingkat dengan forex sering dilakukan oleh semua orang di dunia, seperti
berpergian ke negara lain, pelaku bisnis dan masyarakat umum yang memperjual belikan
dollar untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Contoh lain akibat dari kegiatan

eksporimpor, kebutuhan pasar serta institusi bank, pasti melakukan kegiatan tukar-menukar
mata uang. Informasi seperti ini sangat membantu para pelaku bisnis untuk mengambil
keputusan dalam berivestasi dan memperjualbelikan uangnya guna untuk memperoleh
keuntungan yang besar. Kebutuhan informasi seperti ini menjadikan peramalan (forecasting)
sebagai salah satu cara yang bisa membantu para pelaku bisnis dalam mengambil keputusan
yang lebih bijak untuk memperjual belikan dollar mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penentuan nilai tukar theoretical thread?
2. Bagaimana pendekatan asset pasar untuk peramalan nilai tukar?
3. Bagaimana ketidakseimbangan nilai tukar di Negara berkembang?
4. Apa saja jenis-jenis exposure valuta asing?
5. Mengapa lindungi nilai?
6. Bagaimana pengukuran transaction exposure?
7. Bagaimana Transaction exposure dan pengelolaan utang dagang?
8. Bagaimana praktik manajemen risiko?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Penentuan nilai tukar theoretical thread
2. Pendekatan asset pasar untuk peramalan nilai tukar
3. Ketidakseimbangan nilai tukar di Negara berkembang
4. Jenis-jenis exposure valuta asing
5. Lindung nilai transaction exposure
6. Pengukuran transaction exposure
7. Transaction exposure dan pengelolaan utang dagang
8. Praktik manajemen risiko

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penentuan dan Peramalan Nilai Tukar


2.1.1 Penentuan Nilai Tukar : Theoritical Thread
Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar (exchange rate)
yaitu pendekatan moneter (monetary approach) dan pendekatan pasar asset (asset market
approach).Pada pendekatan moneter, nilai tukar didefinisikan sebagai harga dimana mata
uang asing (foreign currency/foreignmoney) dijual belikan terhadap mata uang domestik
(domestic currency/domesticmoney) dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran
dan permintaan uang. Kontribusi perubahan nilai tukar terhadap keseimbangan penawaran
dan permintaan uang digunakan hubungan absolute purchasing power parity (PPP) yang
merupakan keseimbangan antara harga domestik P dan konversi kurs valuta asing ke dalam
mata 25 uang domestik eP* dengan rumus P = eP* atau e = P/P*.

Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu
(Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku
bunga,perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank
sentral.
2. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat
tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga
valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan,
sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
3. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat
insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun secara tajam
dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan
kembali normal.
Nilai tukar mata uang
Nilai tukar mata uang dibagi menjadi dua yaitu :

Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal. Misalnya

US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan kurs nominal.
Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari barangbarang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimana kita dapat memperdagangkan
barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari suatu Negara untuk barang-

barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil juga disebut terms of trade.
Secara umum dapat dituliskan
= Nilai tukar nominal x Harga barang domestic
Harga barang luar negeri

Nilai tukar riil diantara kedua Negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat
harga di kedua Negara.Jika nilai tukar riil adalah tinggi, berarti harga barang-barang luar
negeri relative murah, dan harga barang-barang domestic relatif mahal. Dan sebaliknya,
jika nilai tukar riil rendah, berarti harga barang-barang luar negeri relative mahal, dan
harga-harga barang domestic relative murah
2.1.2 Pendekatan Niai Pasar Untuk Peramalan Nilai Tukar
Proses membuat peramalan dari indicator pasar, yang dikenal dengan peramalan
berbasis pasar (market based forecasting), dikembangkan berdasarkan (1) kurs spot dan (2)
kurs forward.

Kegunaan Kurs Spot


Kurs spot saat ini dapat digunakan sebagai taksiran atas kurs spot di masa depan. Untuk
melihat mengapa kurs spot dapat digunakan dalam peramalan berbasis pasar,
asumsikan bahwa poundsterling inggris diperkirakan akan mengalami apresiasi
terhadap dolar dalam jangka wakyu dekat. Perkiraan ini akan mendorong spekulan
untuk membeli poundstreling dengan menggunakan dolar AS saat ini untuk
mengantisipasi apresiasi poundsterling dan pembelian ini dapat mendorong naik nilai
poundsterling. Sebaliknya jika poundsterling diperkirakan akan mengalami depresiasi
terhadap dolar, spekulan akan menjual poundsterling sekarang, dengan harapan dapat
membeli poundsterling kembali dengan harga yang lebih murah setelah nilainya
turun.tindakan tersebut dapat membuat depresiasi poundsterling langsung terjadi.
Karenanya nilai poundsterling saat ini seharusnya mencerminkan perkiraan nilai
poudsterling dalam jangka waktu dekat. Perusahaan dapat menggunakan kurs spot

dalam peramalan, karena kurs ini mencerminkan perkiraan pasar atas kurs spot dalam
jangka waktu dekat.

Kegunaan Kurs Forward


Kurs Forward untuk tanggal tertentu di masa depan biasanya digunakan sebagai
perkiraan kurs spot di masa depan. Atau kurs forward berjangka 30 hari merupakan
perkiraan kurs spot 30 hari mendatang, kurs forward berjangka 90 hari merupakan
perkiraan kurs spot 90 hari mendatang, dan seterusnya. Kurs forward dihitung sebagai
berikut :
F=S(1+p)
Di mana p mencerminkan premi forward. Karena p mencerminkan selisih kurs forward
terhadap kurs spot, maka p dapat digunakan sebagai perkiraan persentase perubahan
kurs
E(e)=P
= ( F/S ) 1
Contoh
Jika kurs forward dolar Australia berjangka satu tahun adalah $ 0,63, sementara kurs
spot adalah $ 0,60, maka perkiraan persentase perubahan dolar australia adalah :
E(e) =p
= ( F/S ) 1
= ( 0,63 / 0,60 ) -1
= 0,05 atau 5 %

2.1.3 Ketidakseimbangan Nilai Tukar Di Negara Berkembang

Ketidakseimbangan global terjadi karena di satu pihak ada negara-negara (seperti


Jerman dan China) yang mengalami surplus anggaran negara ataupun neraca pembayaran
luar negeri, di lain pihak ada negara-negara (seperti Amerika Serikat dan Inggris)
mengalami defisit pada keduanya. Dalam sistem keuangan global yang berlaku dewasa ini,
hanya negara-negara yang mengalami defisit yang wajib melakukan penyesuaian untuk
meniadakan kedua defisit tersebut. Negara-negara yang mengalami surplus tak perlu
berbuat apa-apa. Karena itu, China tidak mau menguatkan nilai tukar mata uangnya
(renmimbi) yang dianggap terlalu rendah, sekitar 20-25 persen. Nilai uang yang terlalu
rendah bagaikan memberikan subsidi pada ekspor negara itu, sekaligus mengenakan tarif
bea masuk pada impornya. Di lain pihak, untuk mendorong pertumbuhan ekonominya, AS
menjalankan kebijakan moneter Quantitative Easing (QE) dengan mencetak uang baru
untuk membeli obligasi jangka panjang negaranya. Ekspansi moneter seperti itu akan tetap
mempertahankan tingkat suku bunga yang sudah mendekati nol dewasa ini. Pada
gilirannya, tingkat suku bunga yang rendah diharapkan mendorong peningkatan
pengeluaran konsumsi dan investasi masyarakat guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
serta menciptakan lapangan kerja. QE diintroduksi The Fed (Bank Sentral AS) karena
lembaga perwakilan rakyat di negara itu enggan melakukan ekspansi fiskal karena stok
utang negaranya sudah di atas nilai produk domestik bruto (PDB)-nya.
Indonesia dan negara ASEAN lain terkena dampak negatif mata uang renmimbi yang
terlalu rendah. Pada 2005, ASEAN dan China menandatangani perjanjian perdagangan
bebas (ACFTA). ACFTA kian menurunkan tarif bea masuk dan meniadakan hambatan
perdagangan nontarif (NTB). Dengan adanya kebijakan yang melemahkan nilai tukar
renmimbi, ternyata China telah menggantikan penurunan tarif bea masuk dan NTB dengan

kebijakan mata uang yang terlalu rendah sebagai instrumen proteksi perdagangan. Karena
kombinasi antara penurunan tarif bea masuk serta NTB dan nilai tukar renmimbi yang
terlalu rendah itu, ASEAN tak mampu bersaing dengan produk pertanian serta industri
manufaktur China, baik di pasar dalam negeri masing-masing maupun di pasar dunia,
seperti di AS dan Uni Eropa, yang dewasa ini melemah karena resesi ekonomi. Penurunan
ekspor industri manufaktur karena kalah bersaing dari China sedikit dikompensasi
kenaikan ekspor bahan mentah, seperti energi (migas dan batu bara), minyak kelapa sawit,
serta hasil tambang dan hasil pertanian lain ke China dan India. Korban kebijakan AS
Indonesia sekaligus korban QE. Tingkat suku bunga yang rendah di negara-negara maju
meningkatkan disparitas suku bunga di negara-negara berkembang dan di negara-negara
maju. Dewasa ini, balas jasa obligasi negara jangka panjang di AS di bawah 3 persen
setahun, sedangkan di Indonesia di atas 6,5 persen. Pada gilirannya, disparitas suku bunga
yang tinggi telah mendorong derasnya aliran modal swasta berjangka pendek dari negaranegara maju ke negara-negara berkembang. Bursa saham dan obligasi kita yang masih
sempit dan dangkal jadi lebih bergairah, stabil, serta likuid. Di lain pihak, gabungan antara
peningkatan ekspor bahan mentah dan pemasukan modal jangka pendek yang terlalu besar
telah menyebabkan nilai tukar rupiah jadi menguat, meningkatkan inflasi serta menurunkan
tingkat suku bunga. Penguatan rupiah mendatangkan berbagai penyakit (the Dutch disease)
pada perekonomian Indonesia. Pertama, kurs rupiah yang menguat itu bagaikan pajak bagi
ekspor sehingga jadi kian kurang mampu bersaing di pasar dunia dan subsidi bagi barang
impor sehingga harganya semakin murah menyaingi produksi dalam negeri. Karena
terbatasnya tenaga kerja terampil dan yang memiliki pendidikan, Indonesia tak mampu

beralih pada industri manufaktur yang menghasilkan nilai tambah lebih tinggi. Sebagian
besar hasil bumi yang kita ekspor belum diolah.
Kurs rupiah yang menguat sekaligus menurunkan efisiensi perekonomian nasional
karena mendorong realokasi faktor produksi dari sektor traded yang lebih produktif ke
sektor non-traded yang kurang produktif. Sektor traded menghasilkan barang dan jasa yang
diekspor dan diimpor. Sektor non-traded menghasillkan komoditas yang dikonsumsi di
pasar lokal, seperti real estate termasuk perumahan, mal, dan lapangan golf. The Dutch
disease sekaligus menimbulkan ketimpangan regional karena bahan mentah yang sedang
naik daun (boom) itu diproduksi di luar Jawa. Pertambangan perlu teknologi padat modal
yang kurang memerlukan tenaga kerja. Di lain pihak, hasil pertanian dan industri
manufaktur yang kalah bersaing dengan impor terutama diproduksi di Jawa yang sangat
padat penduduknya. Pemasukan modal asing jangka pendek juga dapat meningkatkan
inefisiensi industri perbankan Indonesia jika sumber dana mereka kian bergantung pada
pinjaman luar negeri.

Biaya moneter
Kemampuan BI sangat terbatas, baik untuk membatasi pemasukan modal jangka
pendek maupun menyerap pemasukan modal asing jangka pendek yang besar tersebut
guna memupuk cadangan luar negerinya. Sejak awal 1970-an, Indonesia sudah
menjalankan sistem devisa bebas dan meninggalkan kontrol administratif lalu lintas
devisa yang diintroduksi di era Orde Lama. Selain menimbulkan distorsi, kontrol devisa
ketat rawan korupsi. Dalam sistem devisa bebas, kontrol devisa dilakukan secara tidak
langsung melalui instrumen pasar. Termasuk penggunaan aturan prudensial perbankan,
seperti giro wajib minimum (GWM), posisi devisa neto (PDN), rasio kredit terhadap

simpanan (LDR) maupun batas minimum pemberian kredit (BMPK) kepada pihak
terkait. Dewasa ini, BI mensyaratkan masa penahanan investasi portepel (holding
period) di Indonesia, minimum 1 bulan, tidak menerbitkan SBI berjangka 1 dan 3
bulan. Berbeda dengan negara lain, pemerintah belum membatasi akses investor asing
pada pasar sekuritas ataupun memajaki pendapatan investasinya. Sementara itu, biaya
operasi moneter untuk menyerap modal asing jangka pendek yang masuk sangat mahal,
baik bagi neraca BI maupun bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Biaya
bagi perekonomian nasional diukur berdasarkan biaya oportunitas pemupukan
cadangan luar negeri dengan penggunaannya untuk proyek-proyek pembangunan
ataupun menambah infrastruktur yang merupakan faktor penghambat kegiatan
perekonomian kita dewasa ini. Untuk membeli mata uang asing, BI membayarnya
dengan mengkreditkan rekening bank komersial penjualnya yang ada di BI ataupun
dengan mencetak uang baru. Untuk mencegah terjadinya pertambahan uang yang
menyebabkan kenaikan tingkat inflasi, BI menyerap kembali tambahan rekening bank
komersial serta tambahan uang yang diedarkannya itu. Di negara-negara lain, biaya
operasi moneter ditanggung pemerintah dan menggunakan Surat Perbendaharaan
Negara (SPN) atau T-bills berjangka pendek sebagai instrumennya.
Di Indonesia, SPN mulai diterbitkan 2008, tetapi jumlahnya baru sedikit dan
belum cukup berarti untuk digunakan sebagai instrumen moneter. Hingga saat ini
instrumen operasi moneter BI baru terbatas pada surat utang yang diterbitkannya
sendiri, berupa SBI konvensional maupun SBI syariah, dengan jangka waktu bervariasi
antara 1 bulan hingga 1 tahun. Instrumen lain adalah FASBI dan FTO (fine tuning
operation). Seperti SBI, FASBI maupun dana milik bank, pemerintah, dan dunia usaha

yang disimpan di BI adalah kewajiban BI yang diberikan balas jasa bunga, walaupun
lebih rendah daripada bunga yang berlaku di pasar. Ini berbeda dengan pengedaran
uang yang merupakan kewajiban moneter BI tanpa membayar bunga. Sebaliknya, BI
mendapatkan keuntungan dari pengedaran uang tersebut, berupa seigniorage, yakni
perbedaan nilai nominal uang dengan ongkos pencetakannya. Dengan demikian, beban
bunga BI jadi semakin besar dengan bertambahnya SBI yang diterbitkan dan dana
perbankan maupun dana pemerintah yang diserapnya. Sementara itu, BI juga merugi
dari transaksi valuta asing karena menjualnya pada tingkat kurs lebih rendah.
Penerimaan dari balas jasa penempatan cadangan di luar negeri (umumnya berupa
obligasi negara di AS, Eropa, dan Jepang) sangat rendah. Semua itu menunjukkan,
dengan memupuk cadangan devisa, BI kian menambah aset yang memberikan balas
jasa rendah yang dibelinya dengan menerbitkan SBI dan FASBI yang memberikan suku
bunga jauh lebih tinggi. Apresiasi kurs sekaligus menyebabkan kerugian kurs bagi BI.
Kerugian ini mengganggu kesehatan neraca atau keuangan BI dan menimbulkan erosi
pada modal dasar BI sebesar Rp 2 triliun dewasa ini. Rekapitalisasi atau penambahan
modal akan mengganggu reputasi atau independensinya. Dalam 10 tahun terakhir, nilai
nominal cadangan luar negeri BI naik tiga kali lipat lebih, dari 29 miliar dollar AS
(2000) menjadi di atas 90 miliar dollar AS dewasa ini. Namun, sebagai persentase
terhadap PDB turun dari 24,9 persen jadi sekitar 12 persen. Seharusnya, sistem kurs
mengambang tak lagi perlu cadangan besar untuk memelihara stabilitas kurs secara
berlebihan. Keperluan memupuk sendiri cadangan devisa juga kian berkurang dengan
kian tersedianya kredit dari IMF, Chiang Mai Initiative di lingkungan ASEAN+3,
ataupun fasilitas imbal beli mata uang antarbank sentral.

2.2 Transaction Exposure


Transaction exposure adalah eksposur valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya
dengan negara lain dimana transaksi tersebut terjadi pada saat ini namun pembayarannya
dilakukan pada masa datang, pada saat jatuh tempo/penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan atau kerugian mata uang. Dengan kata lain,
selama periode komitmen-komitmen pembayaran atau penerimaan tersebut belum jatuh
tempo, kurs nominal dapat berubah dan membuat nilai transaksi ada dalam risiko.
Perusahaan yang memiliki cash flows valas yang relative besar, biasanya akan mempunyai
resiko yang relative tinggi terhadap fluktuasi kurs valas. Hal ini mendorong perusahaan
melakukan pengendalian atau transaction exposure guna menghindari atau mengurangi
dengan melakukan hedging. Contohnya adalah piutang dan hutang dalam valas.

2.2.1 Jenis-Jenis Exposure Valuta Asing


Valuta asing atau biasa disebut juga dengan kata lain seperti valas, FOREIGN
EXCHANGE, forex atau juga fx adalah mata uang yang di keluarkan sebagai alat
pembayaran yang sah di negara lain, pasar valuta asing sendiri mengalami pertumbuhan
yang pesat pada awal decade 70an. Valuta Asing yang biasa disingkat Valas atau dalam
bahasa inggris dikenal sebagai forex ( singkatan dari Foreign Exchange ), yang berarti
pertukaran uang dari nilai mata uang yang berbeda, pasar valuta asing ini menyediakan
pasar sarana fisik maupun dalam pasar kelembagaan untuk melakukan perdagangan mata
uang asing, menentukan nilai tukar mata uang asing, dan menerapkan managemen mata
uang asing.
Jenis Exposure Valuta Asing :

1. Transaction Exposure adalah exposure valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya


dengan negara lain dimana transaksi tersebut terjadi pada saat ini, namun
pembayarannya dilakukan pada masa datang. Pada saat jatuh tempo/penyelesaian
transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan/kerugian-kerugian mata
uang. Dengan kata lain, selama periode komitmen-komitmen pembayaran atau
penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dengan membuat
nilai transaksi ada dalam resiko. Eksposur transaksi terjadi ketika perusahaan terlibat
dalam transaksi yang didenominasi mata uang asing/valas yang akan terjadi di masa
yang akan datang.
2. Economic Exposure adalah exposure valas cash flows perusahaan terhadap perubahanperubahan nilai tukar riil. Dengan kata lain, economic exposureadalah mengukur
perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur
dalam PV cash flows masa datang yang diharapkan/berfokus pada dampak perubahanperubahan nilai tukar terhadap nilai perusahaan yang diukur dari present value dari
seluruh cash flows masa datang yang diharapkan/expected future cash flows. Eksposur
yang didasarkan pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan finansial
perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
3. Translation (Accounting) Exposure, yang juga disebut sebagai accounting exposure,
timbul karena laporan keuangan perusahaan anak di luar negeri yang dinyatakan
dalam mata uang asing harus disajikan kembali dalam mata uang pelaporan
perusahaan induk agar perusahaan dapat menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Proses akuntansi untuk translasi mencakup pengubahan (konversi) laporan keuangan
perusahaan anak di luar negeri menjadi laporan keuangan yang berdenominasi
rupiah. Eksposur translasi juga merupakan potensi kenaikan atau penurunan kekayaan

bersih dan laba bersih per usahaan induk, yang disebabkan oleh perubahan kurs nilai
tukar

sejak

tanggal

terakhir

dilakukanya

translasi.

Translation (accounting)

exposure timbul dari kebutuhan untuk maksud-maksud pelaporan dan konsolidasi,


untuk mengkonversi laporan keuangan operasi asing/luar negeri dari mata uang lokal
(perusahaan subsidiary) ke mata uang perusahaan induk (parent company). Jika kurs
telah

berubah

sejak

periode

pelaporan

sebelumnya,

translasi

(restatement)

dari assets dan liabilities, revenues, gains, dan loses yang didenominasi dalam valas
akan menghasilkan gains/loses dalam valas (foreign exchange gains/loses).

2.2.2 Mengapa Dilakukan Nilai lindung


Pertama, dengan melakukan hedging maka ini merupakan salah satu bentuk
perencanaan arus kas, dimana risiko variasi arus kas jadi berkurang
Kedua, manajemen mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan investor
individual mengenai risiko mata uang asing yang dihadapi oleh perusahaan.
Ketiga,

pasar

biasanya

dalam

kondisi

disequillibrium

disebabkan

ketidaksempurnaannya baik secara struktural maupun institusional. Sehingga, pasar


umumnya selalu bergerak, dan ini mengakibatkan ketidakpastian.
Exposure pertama yang dihadapi perusahaan adalah transaction exposure, yakni risiko
yang dihadapi oleh perusahaan ketika melakukan transaksi dengan pihak lain dan terkait
dengan valas. Sehingga, perusahaan yang terlibat transaksi ini terekspos terhadap risiko
perubahan nilai valas di masa depan. Ketika perusahaan menghadapi transaction exposure,

ia mempunyai dua opsi, yakni hedging atau tidak. Seandainya perusahaan tidak mau
melakukan hedging, maka opsi yang dimilikinya untuk meminimalisir risiko valas adalah:
1. Mentransfer risiko tersebut terhadap pihak lain. Misalnya, perusahaan Indonesia
mengenakan harga jual produk ekspornya ke AS dalam Rupiah, bukannya Dollar.
Sehingga, pihak lawan (importir AS) yang terekspos terhadap pergerakan mata uang
Rupiah.
2. Meminta pelunasan cepat. Risiko mata uang asing dapat diminimalisir jika perusahaan
meminta pelunasan secepatnya, sehingga bisa menggunakan nilai mata uang spot.
3. Melakukan netting. Ini biasanya dilakukan oleh perusahaan MNC yang punya banyak
cabang

dan

melakukan

banyak

transaksi

valas.

Yang

dilakukan

adalah

mengkonsolidasikan seluruh posisi mata uang asing dalam satu negara, dan dihitung
net-nya dari transaksi-transaksi yang terjadi dengan pihak lain.
2.2.3 Pengukuran Transaction Exposure
Eksposur transaksi muncul dari berikut ini:

Membeli atau menjual kredit barang atau jasa ketika harga dinyatakan dalam mata uang

asing.
Meminjam atau meminjamkan dana saat pembayaran harus dilakukan dalam mata uang

asing.
Menjadi pihak kontrak berjangka valuta asing unperformed.
Jika tidak memperoleh aktiva atau kewajiban menimbulkan dalam mata uang asing.

Dua langkah yang dilakukan dalam mengukur exposure transaksi adalah:


1. Memprekdisi jumlah neto dalam tiap mata uang
2. Mengukur potensi dampak dari eksposure mata uang tersebut.
Exposure Transaksi dari Arus Kas Netto

Arus kas-arus kas masuk masa depan dalam suatu valuta setelah dikurangi denan
arus kas-arus kas keluar masa depan dalam nilai tukar. Pengukuran exposure transaksi
memerlukan proyeksi atas arus kas masuk dan keluar dari semua nak perusahaan (arus
kas konsolidasi), dan digolongkan menurut masing-masing valuta. Anak perusahaan X
mungkin memiliki arus kas kasuk netto $ 500.000, sementara anak perusahaan Y
mungkin memiliki arus kas keluar netto $ 600.000. sehingga arus kas masuk konsolidasi
adalah -$ 100.000.
Exposure Transaksi Berbasis Variabilitas Valuta
Angka standar deviasi merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk
mengukur segnifikansi pergerakan nilai masing-masing valuta. Untuk menunjukkan
pemakain standar deviasi, pertimbangan sebuah perushaan multinasional AS yang tengah
mencoba nilai pergerakan beberapa valuta. Perusahaan multinasional ini dapat
mengevaluasi variabilitas hostoris dari masing-masing valuta berbasis angka standar
deviasi. Dari gambar jelas terlihat bahwa sejumlah valuta memiliki fluktuasi lebih tinggi
dari valuta-valuta yang lain.
Variabilitas Valuta Sepanjang Waktu
Variabilitas suatu valuta belum tentu tetap dari suatu periode waktu ke periodw
waktu yang lain. Karena tingkat variabilitas valuta berubah setiap saat, penilaian
variabilitas suatu valuta dimasa depan yang dilakukan oleh sebuah MNC tidak akan
sempurna keakuratannya jika periode waktu sebelumnya digunakan sebagai indikator.
Namun MNC dapat memeroleh manfaat dari informasi seperti yang terdapat dalam
gambar. Walaupun MNC tidak mampu meramalkan variabilitas valuta dimasa depan
dengan akurasi yang sempurna, MNC dapat mengidentifikasi valuta-valuta yang nilainya
besar kemungkinan akan stabil atau sebaliknya sangat bergejolak dimasa depan.
Exposure Transaksi Berdasarkan Korelasi Valuta
Meskipun analsis diatas dapat membuat MNC mengukur exposure transaknya,
kerelasi antara valuta juga harus dinalai. Pengaruh korelasi terhadap valuta korelasi

pergerakan

valuta

ditunjukkan

oleh

koefisien

korelasi.

Koefisian

korelasi

mengindikasikan sejauh mana dua valuta bergerak dalam hubunganya dengan yang lain.
Jadi, perusahaan-perusahaan multinasional dapat menggunakan informasi semacam ini
untuk mementukan tingkat exposure transaksi mereka.
Korelasi Valuta Sepanjang Waktu
Korelasi waktu merupakan pengukur hubungan pergerakan antara dua valuta. Jika
korelasi tidak konstan setiap saat MNC tidak bisa menggunakan korelasi masa lalu untuk
memprediksi korelasi-korelasi masa depan dengan keakuratan sempurna, Namun ada
sejumlah pasangan valuta yang korelasinya cukup stabil sepanjang waktu. Pergerakan
aktual penting dari sejumlah valuta penting terhadap dolar AS.
Menilai eksposure transaksi: sebuah contoh Konsep korelasi valuta dapat
diaplikasikan terhadap contoh kita sebelumnya, Yaitu eksprosure transaksi miami
company. Jika valuta eropa sepeti mark jerman, frans prancis dan frans swiss memiliki
korelasi yang sangat tinggi, maka eksprosure terhadap arus kas masuk atau keluar dalam
valuta- valuta ini akan saling menghilangkan, paling tidak secara parsial.
Jika siklus depresiasi dolar terjadi, perushaan akan dirugikan oleh eksprosure
terhadap mark jerman dan frans swiss, tetapi diuntungkan oleh eksprosure frans prancis.
Selama siklus apresiasi- dolar, eksprosure frans prancis akan merugikan dan eksprosure
mark jerman dan franc swiss akan menguntungkan. Dalam kedua kondisi ini yang akan
menjadi fokus kekhawatiran perusahaan adalah dolar kanada.

2.2.4Transsaction Exposure dan Pengelolaan Utang Dagang


Contoh yang paling umum dari eksposur transaksi muncul ketika suatu perusahaan
memiliki piutang atau hutang dalam mata uang asing. Sebuah eksposur transaksi
sebenarnya dibuat pada saat pertama penjual mengutip harga dalam mata uang asing untuk
calon pembeli. Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat

dipergunakan adalah dengan cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh mata uang
asing, maka dapat dilakukanHedging. Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam
rangka mengantisipasi pergerakan mata uang asing.
Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas,
serta mengurangi variasi dari arus kas di masa depan. Perusahaan memperoleh suatu
kepastian melalui hedging. Teknik-teknik hedging yang pada umumnya digunakan untuk
mengatasi transaction exposure antara lain adalah:
1. Mengelola Foreign Exchange Risk
Transaction exposure dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain contractual,
operating dan financial hedge. Contractual hedge ini meliputi kontrak forward, future,
dan option. Sementara itu operating dan financial hedge meliputi penggunaan risksharing agreement, leads & lags, swap, dan strategi lainnya yang juga digunakan untuk
mengatasi operating exposure.
2. Forward hedge
Cara yang paling sederhana dalam menghilangkan transaction exposure adalah
dengan melakukan forward hedge. Forward hedge memungkinkan perusahaan untuk
mematok nilai valas untuk masa depan, yang sudah ditentukan sejak hari ini. Kontrak
forward pada umumnya dilakukan dengan pihak bank sebagai counterparty.
Misalnya, sebuah perusahaan AS mengekspor ke Eropa, dan akan menerima
pembayaran sebesar 50,000 dalam 90 hari ke depan. Misalnya spot rate saat ini adalah
$1.2790/, sementara 3-month forward rate adalah $1.2850/. Dengan melakukan
forward hedge, maka dalam 3 bulan mendatang perusahaan AS akan menerima 50,000
dan menukarkannya pada rate $1.2850/, dan menerima $64,250. Dengan melakukan
forward hedge berarti transaction exposure tereliminasi. Tanpa melakukan hedging,
maka perusahaan terekspos oleh risiko pergerakan mata uang asing, bisa gain ataupun
loss.
3. Futures hedge

Konsep dalam forward dan futures hedge pada dasarnya sama, yang berbeda
adalah mekanismenya. Jika forward maka counterparty adalah bank, maka dalam
futures ada perantara yakni clearing exchange. Kelemahan dari metode ini adalah
penggunaan marked to market, sehingga dalam pergerakan harian bisa tercipta gain
4.

ataupun loss, dan jika margin tidak cukup kuat, maka bisa terkena call margin.
Money market hedge
Hedging di pasar uang yakni aktivitas lindung nilai untuk utang maupun piutang
di masa depan, dengan cara mengambil posisi di pasar uang. Money market hedge
meliputi aktivitas meminjam dan berinvestasi dengan mata uang yang berbeda.
Misalnya, jika sebuah perusahaan di Eropa punya piutang sebanyak $100,000, maka
terekspos risiko jika nantinya Dollar melemah terhadap Euro. Untuk mengeliminasi
risiko tersebut, maka perusahaan bisa mengambil pinjaman dalam Dollar, menukarnya
ke Euro, kemudian berinvestasi pada pasar uang. Selanjutnya hasil pembayaran

5.

piutang tersebut akan digunakan untuk melunasi pinjaman.


Currency Option Hedge
Hedging menggunakan option yakni dengan menggunakan hak beli atau hak jual
sejumlah mata uang asing pada tingkat harga tertentu untuk melakukan lindung nilai.
Hedging options memungkinkan perusahaan untuk melindungi risiko pergerakan mata
uang asing yang tidak diharapkan, juga memungkinkan perusahaan untuk menangguk
untung.

2.2.5Praktik Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Manajemen risiko keuangan terfokus pada
risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Tujuan

utama manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil risiko.Perantara jasa keuangan
dan pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan yang
memungkinkan seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak
terduga kepada orang lain-pihak lawan.
Komponen Utama Risiko Mata Uang Asing
Untuk meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing,
harga komoditas, tingkat suku bunga, dan harga sekuritas, industri jasa keuangan banyak
menawarkan produk lindung nilai keuangan, seperti swap, suku bunga, dan juga opsi.
Kebanyakan instrument keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca
oleh

sejumlah

perusahaan

yang

melakukan

pelaporan

keuangan

secara

internasional.Akibatnya, risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan instrument ini sering


kali tertutupi, dan sampai sekarang pembuat standar akuntansi dunia melakukan
pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang tepat untuk produk-produk
keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya adalah membahas pelaporan internal
dan masalah pengendalian yang terkait dengan masalah yang sangat penting. Ada beberapa
komponen utama dalam risiko mata uang asing, yaitu:
a. Accounting risk (risiko akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih
disukai atas suatu transaksi tidak tersedia.
b. Balance sheet hedge (lindung nilai neraca) : Mengurangi eksposur valuta asing yang
dihadapi dengan membedakan berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu
perusahaan.

c. Counterparty (pihak lawan) : Individu/lembaga yang terpengaruh dengan suatu


transaksi.
d. Credit risk (risiko kredit) : Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas
kewajibannya.
e. Derivatif : Perjanjian kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus
dengan nilai yang berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
f. Economic exposure (eksposur ekonomi) : Pengaruh perubahan kurs valuta asing
terhadap biaya dan pendapatan perusahaan di masa depan.
g. Exposure management (manajemen eksposur) : Penyusunan strukturdalam perusahaan
untuk meminimalkan pengaruh buruk perubahan kurs terhadap laba.
h. Foreign currency commitment (komitmen mata uang asing)

Komitmen

penjualan/pembelian perusahaan yang berdenominasi dalam mata uang asing.


i. Inflation differential (perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara
atau lebih.
j. Liquidity risk (risiko likuiditas) : Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan
suatu instrument keuangan dengan tepat waktu.
k. Market discontinuities (diskontinuitas pasar) : Perubahan nilai pasar secara mendadak
dan signifikan.
l. Market risk (risiko pasar) : Risiko kerugian akibat perubahan tak terduga dalam harga
valuta asing, kredit komoditas, dan ekuitas.
m. Net exposed asset position (risiko potensial posisi aktiva bersih) : Kelebihan posisi
aktiva terhadap posisi kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif).
n. Net exposed liability position (risiko potensial posisi kewajiban bersih) : Kelebihan
posisi kewajiban terhadap posisi aktiva (juga disebut sebagai posisi negatif).
o. Net investment (investasi bersih) : Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih yang
terjadi pada suatu perusahaan.
p. National amount (jumlah nasional) : Jumlah pokok yang dinyatakan dalam kontrak
untuk menentukan penyelesaian.

q. Operational hedge (lindung nilai operasional) : Perlindungan risiko valutaasing yang


memfokuskan pada variabel yang mempengaruhi pendapatandan beban suatu
perusahaan dalam mata uang asing.
r. Option (opsi) : Hak (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual suatu kontrak
keuangan sebesar harga yang ditentukan sebelum atau pada saat tanggal tertentu di
masa datang.
s. Regulatory risk (risiko regulator) : Risiko bahwa suatu undang-undang public akan
membatasi maksud penggunaan suatu produk keuangan.
t. Risk mapping (pemetaan risiko) : Mengamati hubungan temporal berbagai risiko pasar
dengan berbagai variabel laporan keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan dan
menganalisis kemungkinan terjadinya.
u. Structural hedges (lindung nilai struktural) : Pemilihan atau relokasi operasi untuk
mengurangi keseluruhan eksposur valuta asing suatu perusahaan.
v. Tax risk (risiko pajak) : Risiko bahwa tidak adanya perlakuan pajak yang diinginkan.
w. Translation exposure (eksposur translasi) : Mengukur pengaruh dalam mata uang induk
perusahaan atas perubahan valuta asing terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
beban dalam mata uang asing.
x. Transaction potential risk (risiko potensial transaksi) : Keuntungan ataukerugian valuta
asing yang timbul dari penyelesaian atau konversitransaksi dalam mata uang asing.
y. Value at risk (nilai atas risiko) : Risiko kerugian atas portofolio perdagangan suatu
perusahaan yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi pasar.
z. Value driver (pemicu nilai) : Akun-akun neraca dan laporan

laba

rugi

yangmempengaruhi nilai perusahaan.


Tugas dalam mengelola risiko mata uang asing
Manajemen risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengidentifikasi,
mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi secara aktif. Jika nilai
perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang
aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan berikut:

1. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan.


Aliran arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga
meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi
kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin
tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi
pada risiko bisnisnya yang utama. Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat
melakukan lindung nilai risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat
berkonsentrasi pada produksi dan pemasaran.
3. Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari
manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko yang
lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur
perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang
obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelola pemberi
kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk
berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument
terkait secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko harga dan suku
bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi,
manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh konsumen.
BAB III
KESIMPULAN

Perusahaan multinasional memerlukan peramalan kurs untuk mengambil keputusan


mengenai lindung nilai utang piutang, pendanaan dan investasi jangka pendek, pengnggaran
modal, dan pendanaan jangka panjang. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk
menentukan nilai tukar (exchange rate) yaitu pendekatan moneter (monetary approach) dan
pendekatan pasar asset (asset market approach).
Proses membuat peramalan dari indicator pasar yang dikenal dengan peramalan berbasis
pasar (market based forecasting) meliputi kurs spot yaitu mencerminkan perkiraan pasar atas
kurs spot dalam jangka waktu dekat. Sedangkan untuk tanggal tertentu di masa depan biasanya
digunakan kurs forward sebagai perkiraan kurs spot di masa depan

DAFTAR PUSTAKA

http://adnantandzil.blogspot.co.id/2015/08/a-pengertian-valuta-asing-dan-risiko.html
http://dokumen.tips/documents/eksposur-transaksi.html
http://irniafatmawati.blogspot.co.id/2013/12/manajemen-keuangan-internasional.html

Anda mungkin juga menyukai