2.
3.
4.
7.
8.
9.
10. Iman
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang Karena rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini bias terselesaikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
fasilitator yang telah membimbing selama diskusi drg.Andriani Effendi, M.kes dan kepada
teman-teman tutorial yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil dari diskusi pemicu 1. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Bila ada kesalahan atau kesilapan pada
penulissan makalah ini dimohonkan kritik dan sarannya dari pembaca makalah ini.
Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
......................................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................
.............................................................................................................................................
1
1.2. Batasan Masalah..........................................................................................................
.............................................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Prosedur diagnosis.......................................................................................................
.............................................................................................................................................
3
2.1.1. Anamnesis..............................................................................................................
..........................................................................................................................................
3
2.1.2. Pemeriksaan umum................................................................................................
..........................................................................................................................................
4
2.1.3. Pemeriksaan Ektraoral...........................................................................................
..........................................................................................................................................
5
2.1.4. Pemeriksaan intraoral.............................................................................................
..........................................................................................................................................
5
2.1.5 Pemeriksaan............................................................................................................
..........................................................................................................................................
6
ii
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Infeksi odontogonik oromaksilafasial adalah proses masuknya mikroorganisme ke
dalam tubuh, mikroorganisme tersebut mengadakan penetrasi dan menghacurkan host secara
perlahan-lahan sehingga berkembang biak. Etiologi umum dari kebanyakan infeksi orofasial
dapat berupa abses periapikal akut sampai dengan sellulitis servikofasial bilateral (ludwig
angina), adalah patologi, trauma,atau perawatan gigi dan jaringan pendukungnya. Riwayat
alami dari infeksi odontogenik biasanya dimulai dengan terjadinya kematian pulpa,invansi
bakteri dan perluasan proses infeksi ke arah periapikal. Terjadinya keradangan yang
terlokalisir (osteitis periapikal kronis) atau abses periapikal akut.2
1.2
BATASAN MASALAH
1. Prosedur Diagnosis
1.1.
Anamnesis
1.2.
Pemeriksaan Klinis
1.3.
Pemeriksaan Ekstraoral
1.4.
Pemeriksaan Intraoral
1.5.
Pemeriksaan Penunjang
2. Infeksi Odontogenik Oromaksilafasial
2.1.
Definisi
2.2.
etiologi
2.3.
Patogenesis
2.4.
Faktor yang Mempengaruhi
3. Abses Spasium Submandibula
3.1.
Definisi
3.2.
Etiologi
3.3.
Patogenesis
3.4.
Faktor yang Mempengaruhi
3.5.
Perbedaan antara Abses dengan Cellulitis
3.6.
Macam-macam yang Melibatkan Spasium
4. Fokal infeksi dan phlegmon
4.1.
Definisi
5. Osteomielitis
5.1.
Definisi
5.2.
Etiologi
5.3.
Patogenesis
5.4.
Faktor yang Mempengaruhi
6. Diagosis dan Diagnosis Banding
7. Rencana Perawatan
8. Terapi Perawatan Holistik dan Komprehensif
9. Terapi Supportive dari Kedua Kasus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Prosedur Diagnosis
2.1.1 Anamnesis
Anamnesis
Merupakan tanya jawab antara pasien dengan dokter gigi, meliputi data pasien yaitu
nama, umur, alamat, pekerjaan dan lain-laian. Setelah itu pasien akan memberitahukan
penyakit apa yang sedang dirasakan, berupa keluhan utama. Keluhan utama dari pasien
didapatkan dengan cara menanyakan kepada pasien tentang masalah penyakit apa yang
pasien rasakan sehingga pasien tersebut datang untuk meminta perawatan. Keluhan utama
dicatat berdasarkan perkataan pasien sendiri tanpa menggunakan bahasa diagnosis formal.
Dokter dapat memberikan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dari pasien.
Contoh pertanyaan :
o Kapan penyakit tersebut dimulai?
o Kapan rasa sakit dirasakan ?
o Apakah penyakitnya sudah pernah diperiksa sebelumnya?
Riwayat gigi
Menentukan apakah penyakit yang sedang dialami berasal dari komplikasi dental dan
faktor medis seperti restorasi dan jaringan periodontal yang berkaitan dengan gangguan
sistemik, seperti DM yang harus diketahui, yaitu :
o
o
o
o
Riwayat transfusi
Mengetahui bahwa sebelumnya pasien memiliki masalah medis serius atau
Riwayat alergi
Reaksi alergi dapat ditandai dengan tanda-tanda seperti pingsan, sakit perut, lemah
gatal.
-
Riwayat medikasi
Membantu mengenal penyakit iatrogenic dan gangguan pada mulut yang
Riwayat keluarga
Apakah ada penyakit genetis.
2.1.2
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Umum
1.
2.
3.
4.
Tingkat respirasi
Aliran pernafasan normal selama istirahat adalah 14-20 kali pernafasan/menit
Temperature
Temperature normal mulut adalah 37C
Denyut Nadi
Normalnya berada diantara 60-100 denyut/ menit
Tekanan Darah
Non hipertensi
Optimal = sistolik <120 mm/hg diastolic <80 mm/hg
Normal = sistolik <130 mm/hg diastolic <85 mm/hg
Sangat normal = sistolik 120-139 mm/hg diastolik 85-89 mm/hg
Hipertensi
Tahap 1 = sistolik 140-149 mm/hg diatolik 90-99 mm/hg
Tahap 2 = sistolik 160-170 mm/hg diastolic 100-109 mm/hg
Tahap 3 = sistolik >180 mm/hg diatolik >110 mm/hg
1.
2.
3.
1.
pembengkakan.
Pipi
Tandai beberapa perubahan pigmentasi dan kemampuan mukosa untuk bergerak.
2.1.4. Pemeriksaan Intraoral
Mucobuccal Fold maksila dan mandibula
Amati warna, tekstur, pembengkakan dan fistula. Palpasi untuk pembengkakan dan
kelunakan insersi buccinators dengan menekan secara lateral dengan jari dimasukkan
2.
3.
4.
5.
tekstur.
Dasar mulut
Gingival
Perhatikan warna, tekstrur, kontur dan perlekatan frenulum. Tandai adanya ulser,
inflamasi margin gingival.
6.
kista maupun tumor. Selain itu apabila abses berkembang semakin parah atau pada
tahap selulitis maka akan terjadi kerusakan pada tulang alveolar.
-
Laboratorium
Pemeriksaan darah dan urine yang meliputi jumlah sel darah, kadar Hb, waktu
perdarahan dan pembekuan darah.
Mikrobiologi
Untuk melihat berbagai macam mikroorganisme aerob dan anaerob.
2.2
dalam tubuh, mikroorganisme tersebut mengadakan penetrasi dan menghacurkan host secara
perlahan-lahan sehingga berkembang biak.2
2.2.2.
Etiologi
Bakteri kkus anaerob gram positif, kokus anaerob gram positif, dan batang anaerob
gram negatif, bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis dan periodontitis.
Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan poket periodontsl
dalam, maka akan terjadi infeksi odontogenik.
Apabila perkembangbiakan telah terjadi maka, pada jaringan mengalami berbagai
macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat bahkan dapat berakibat fatal
seperti abses, selulitis juga phlegmon/ ludwigs Angina.2
2.2.3.
Patogenesis
Etiologi umum dari kebanyakan infeksi orofasial dapat berupa abses periapikal akut
sampai dengan sellulitis servikofasial bilateral (ludwig angina), adalah patologi, trauma,atau
perawatan gigi dan jaringan pendukungnya. Riwayat alami dari infeksi odontogenik biasanya
dimulai dengan terjadinya kematian pulpa,invansi bakteri dan perluasan proses infeksi ke
arah periapikal. Terjadinya keradangan yang terlokalisir (osteitis periapikal kronis) atau abses
periapikal akut, (penghancuran jaringan dengan pembentukan eksudat purulen) tergantung
dari virulensi kuman, dan efektivitas pertahanan hospes.
Kerusakan pada ligamen periodontium bisa memberikan kemungkinan masuknya bakteri dan
akhirnya terjadi abses periodontal akut. Apabila gigi tidak erupsi sempurna, mukosa yang
menutupi sebagian gigi tersebut mengakibatkan terperangkap dan terkumpulnya bakteri dan
debris, sehingga menyebabkan abses perikoronal. Infeksi ini dapat menyebar ke subperiosteal
yang nantinya akan menyebabkan radang pada tulang.2
5
2.2.4
Infeksi odontogenik dipengaruhi oleh faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor sitemik
yang mempengaruhi infeksi odontogenik berupa mikroba yang meliputi jumlah organisme
yang dikenali host dan status kesehatan umum host, respon imun, level imun. Faktor lokal
yang mempengaruhi infeksi odontogenik adalah tulang alveolar dan periosteum serta jaringan
lunak dan otot.3
2.3.
submandibula space inin terbentang antara otot mylohyoid dan dasar kulit dan superfisial
fascia. Batas posterior submandibula space berhubungan dengan secondary space posterior
rahang. Infeksi ini menyebabkan pembengkakan yang dimmulai pada tepi inferior mandibula
dan meluas ke otot digastrik dan secara posterior ke otot hyoid.7
2.3.2.
Etiologi
M3 mandibula yaitu gigi yang paling banyak menyebabkan infeksi submansibila space,
secara utama. Sedangkan M2 juga dapat terlibat pada sublingual/ submental space, tergantung
pada panjang akar gigi secara individu, dan bisa juga melibatkankedua spasium tersebut.7
2.3.3.
Patogenesis
Infeksi ini muncul dengan pembengkakan moderat pada area submandibula, yang
menyebar, membuat edema lebih besar yang indurated dan berwarna kemerahan dari
overlying skin, sudut mandibula juga tertutupi, nyeri pada saat palpasi dan moderat trismus,
melibatkan otot pterygoid medial harus diobservasi.7
2.3.4.
Selulitis
Abses
Durasi
Akut
Kronis
2.3.6
Sakit
Hebat, menyebar
Terlokalisir
Luas
Luas
Kecil
Lokasi
Difus
Baerbatas tegas
Palpasi
Keras
Lunak
Adanya pus
Tidak ada
Ada
Tingkat keparahan
Serius
Kurang
Bakteri
Aerob
Anaerob
Kelompok/Nama
Mandibular
Submandibular
Hubungan
Molar bawah
Sublingual
Submental
Submaseterik
Pterigomandibular
Maksilar
Fossa canina
Periorbital
Submaseterik, pterigomandibular,
faringeal, lateral
Lateral
Buccinator
Parotis
Faringeal
Lateral
Retrofaringeal
Kranial
Temporal
Intratemporal
Pterigomandibular,infratemporal
Pterigomandibular melalui plexus
venosus pterygoideus
Servicalis
Fascia profunda
Etiologi
2.
Penyebab skunder: trauma, terutama pada compound fraktur yang tidak dirawat
3.
Penyebab lainnya: kondisi sistemik yang dapat mengubah resistensi host dan
mempengaruhi penyebaran penyakit.4
2.5.3
Patogenesis
2.5.4
Sakit
Demam intermiten
Gigi goyang
Trismus
Malaise
Fistulas/fistel.
Diagnosis
9
Kasus Tuan A.
Kasus Tuan B.
Rencana Perawatan
Abses 6
a. Bedah
Tujuan
utama
pembedahan
adalah
menghilangkan
pulpa
nekrotik
dan
2.
Insisi
10
B. non bedah
Pemberian antibiotik
Indikasi :
Pembengkakan yang berproses cepat
Pembengkakan yang meluas
Pertahanan tubuh yang baik
Keterlibatan spasia wajah
Pericoronitis parah
Ostomylietis
Kontra indikasi :
Abses kronik yang terlokasir
Abses vestibular minor
Soket kering
Pericomonitis ringan
Jenis Obat
1. Penisilin
: 500 mg, tiap 6 jam
Efek samping : alergi
Bakteri
: gram (+), rentan streptococcus,stapyhlococus
2. Ampicilin
: 250 mg tiap 6 jam
Efek samping : sp. luas, gram (+) dan gram negatif (-)
3. Clindamysin
: 150 300 gram tiap 6 jam
Efek samping : alergi, kolitis
Bakteri
: cocci gram (+), aerob dan anaerob
Pemberian analgetik
Zat yang mengurangi rasa sakit / nyeri
c. Asam mefenamat
Sifat : NSAID ( non streoid analgesik)
d. Piralozon
Ahalgesik kuat
2.
Osteomielitis6
a. Bedah
Perawatan bedah pada osteomylitis harus cepat, karena area kerusakan dan
kematian tulang yang luas . jari dengan vaskular harus di ambil dan jar, dengan
suplay darah yang memadai di sediakan untuk melancarkan antibiotik dan defense
area host.
Insisi ekstra oral biasanya di lakukan dengan semua tulang nekrotik di angkat.
Peristiwa pengangkatan area infeksi dan semua tulang nonustal di angkat dengan
bu ( decortisasi dan soucerisasi ). Tulang di angkat sampai tulang pendarahan vital
pada tulang mencapai semuanya.
Iringan dan penyedotan aliran harus di tempatkan selama pembedahan pasien di
rumh sakit selama 6 -18 haridengan melanjutkan antibiotik intravena.
b. Non bedah : akut
Pemberian antibiotik penicilin karena ini efektif untuk streptococci dan anaerob
yang biasanya ada pada asteomyelits, pasien dengan asteomylitis akut harus di
bawa ke rs untuk mendapatkan antibiotik intravena.
Jika pasien alergi penicilin : maka di berikan clindamysin dan bagus melawan
streptococci causativ.
2.8.
12
2.
Pasien infeksi dan menderita demam serta kehilangan cairan tubuhnya untuk setiap
tingkat pencapaian temperaturnya, maka ambulatory patiens harus minimum 8-10
3.
4.
5.
6.
7.
2.10.
antibodi.
Roboronsia (penambah stamina) pemberian vitamin.
Diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein). 2
Prosedur Hospitalisasi
Prosedur hospitalisasi
Dokter gigi dapat memutuskan apakah pasien perlu dilakukan rawat inap. Dalam perawatan
gigi dengan keadaan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gangguan perdarahan akibat penyakit herediter, kerusakan pada tulang sumsum, dan
penyakit hati yang parah.
Shok akibat ketidak mampuan adrenotopikal atau DM tidak terkontrol
Penyakit jantung yang parah
Infeksi akibat imunodefisiensi primer/sekunder
Membutuhkan sedasi tingkat tinggi/anastesi keseluruhan
Gangguan neuromuskular yang memerlukan instrumen gigi khusus untuk penanganan
perawatan.2
BAB III
KESIMPULAN
Bakteri kokus anaerob gram positif, kokus anaerob gram positif, dan batang anaerob
gram negatif, bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis dan periodontitis.
Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan poket periodontsl
dalam, maka akan terjadi infeksi odontogenik.
Apabila perkembangbiakan telah terjadi maka, pada jaringan mengalami berbagai
macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat bahkan dapat berakibat fatal
seperti abses, selulitis juga phlegmon/ ludwigs Angina.
Etiologi umum dari kebanyakan infeksiorofasial dapat berupa abses periapikal akut
sampai dengan sellulitis servikofasial bilateral (ludwig angina), adalah patologi, trauma, atau
perawatan gigi dan jaringan pendukungnya. Riwayat alami dari infeksiodontogenik biasanya
13
dimulai dengan terjadinya kematian pulpa, invansi bakteri dan perluasan proses infeksi
kearah periapikal.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Birnbaum, warren. 2009. Diagnossis Kelainan dalam Mulut. Jakarta: EGC
2. Pedersen,gordon. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa : Purwanto.
Jakarta. EGC
3. Bhalaji. 2007. Textbook oral and maxilofacial surgery. New delhi. Elvesier.
4. Morton H.goldberg DMD. Oral and maxillofacial infection and richard.
5. Topazian RG. Golberg. MH.2004. Oral and Maxillo Facial Infection. 4th ed.
Philadelphia. W.B Sauser Cu.
6. larry Peterson oral dan maksilofacial surgery th 8 ed mosby Page : 427 428
7. Frogiskos D. Frogiskos.2007. Oral Surgery. Springer. 2007. Newyork.
14